Habis baca jangan lupa votes dan comments yaa!
Enjoy!
Suasana sekitar restoran tampak ramai dengan pekerja kantoran maupun pelanggan biasa. Letak restoran yang tak lain adalah milik Alrine terletak di antara perkantoran dan rumah sakit di depannya hingga restoran itu selalu ramai.
Usai dari kantor polisi, mereka memutuskan untuk makan siang di restoran tersebut.
"So, was habe ich die ganze Zeit vermisst? (Jadi, apa yang aku lewatkan selama ini?)" tanya Bryant dengan bahasa jermannya.
Alrine mengulas senyumnya mendengar bahasa yang sudah jarang ia gunakan, "Ja, du hast viel verpasst. (Ya, kamu melewatkan banyak.)"
Tak jauh dari dua orang dewasa itu duduk, kembar terlihat bosan memainkan game pada Ipad mereka. Apalagi perhatian Mama mereka "direbut" oleh Bryant. Resya juga sedang sibuk dengan ponselnya.
"Lean, i'm bored."
"I'm hungry."
Pandangan Liora tertuju pada pelayan yang baru memasuki pintu menuju dapur.
"Ikut Lio yuk,"
"Nggak mau, Lio ajaran sesat." tolak Leander mentah-mentah.
Liora berdecak kesal, "Yaudah, Lio pergi sendiri." kaki kecil itu turun dari kursinya dan berlari menuju arah pintu tujuannya.
Klek
Bunyi pintu tertutup, gadis kecil itu berhasil masuk. Matanya melebar melihat deretan makanan yang sedang menunggu diantarkan ke pelanggan. Dengan tubuhnya yang kecil, ia naik ke bangku yang ada di dekat meja itu.
"Waaah surgaaa!"
Tangannya mulai mencomot kentang goreng yang sungguh menggoda perut, ia juga menemukan milkshake stroberi kesukaannya di sana.
Srrrp
Anak itu begitu menikmati sampai tak menyadari ada seseorang dibelakangnya.
"ADUUUH!" rintih Liora merasakan telinganya ditarik ke atas.
"Anak nakal! Turun! Makanan orang kok dimakan!" omel seorang pelayan membuat Liora loncat dari bangku tadi.
"Itu kan makanan Lio juga!" bela Liora lagipula ia pikir itu makanan mereka karena ia ingat memesan itu. Pelayan itu menariknya keluar dari dapur.
"Tapi anak-anak nggak boleh disini!" gertak pelayan itu, "orangtua kamu dimana sih?"
"Kenapa nggak boleh? Ini resto punya Mama!" balas Lio tak mau kalah. Ia menatap tajam gadis yang menyebabkan daun telinganya perih, "tante juga! Jewer jewer telinga Lio kalo copot gimana!"
Pelayan itu menegang bukan karena ucapan yang dilontarkan anak itu namun karena sepasang mata biru laut seolah ingin menenggelamkannya.
"Nga-ngaku-ngaku aja!" balasnya terbata-bata.
"Ini kenapa berisik?" Seorang pelayan yang lebih tua datang melerai adu sengit antara pelayan muda dan anak perempuan berseragam TK.
"Ini Bu, ada anak kecil ngambil makanan buat pelanggan di dapur." adu pelayan muda itu.
"Kan Lio makan punya Lio," Liora membela dirinya.
"Kamu yakin banget itu punya kamu?"
Pelayan tua itu pusing sendiri melihat perdebatan tak imbang itu.
"Itu buat meja berapa? Langsung dianterin aja daripada berantem sama anak kecil, ada pemilik restoran lagi makan disini. Kamu mau dipecat karena berisik?"
Pelayan muda itu menggeleng cepat, ia kembali ke dapur mengambil makanan tadi.
"Meja VIP 2, Bu."
"Astaga, itu meja pemilik resto," raut wajah pelayan tua berubah pias, "suruh masak lagi makanan yang diambil sama anak ini. Nanti ibu yang minta maaf karena terlambat."
Melihat wajah panik kedua pelayan itu, ide jahil Liora timbul ke permukaan. Ia berlari meninggalkan dua pelayan itu.
"Eh mau kemana?! Kejar anak itu!" teriak pelayan tua spontan membuat pelayan lain yang mendengar ikut mengejar.
Kaki kecil Liora dengan gesit berlari dan menghidari orang-orang yang berjalan.
Ia tiba di ruang makan tempat Mamanya berada, dengan nafas tak teratur habis berlari ia memeluk Alrine.
Alis Alrine berkerut, "Darimana aja sampe ngos-ngosan gini?" tanyanya sembari mengelap peluh yang mengucur di dahi anak perempuannya itu.
Liora hanya menyengir, yang tampak lucu bagi orang-orang di situ. Namun tidak bagi Leander. Anak laki-laki itu mengetahui sesuatu di balik cengiran adiknya.
Knock knock
Bunyi ketukan pintu terdengar membuat Liora langsung bersembunyi di bawah meja.
Alrine tak kunjung mendapat jawaban dari anaknya, karena muncul pelayan tua bersama beberapa pelayan termasuk pelayan muda dari pintu.
"Maaf, Dokter Alrine. Ada anak perempuan kabur dan masuk ke sini."
Anak kecil di bawah meja menahan tawanya, ketika ditatap langsung oleh Mamanya.
Leander dan Resya menepuk jidat mereka kompak. Sedangkan Bryant terlihat bingung.
"Anak ini?" Alrine meraih Liora dan memangkunya, dengan wajah menyebalkan Liora mengecup pipi Alrine dan memeletkan lidah pada pelayan itu.
Wajah kedua pelayan tadi terkejut dengan mata dan mulut melebar. Jantung mereka berdetak semakin tak karuan mengetahui anak yang mereka kejar tadi adalah anak pemilik restoran.
Pelayan tua menunduk, "Maaf, Dok. Tadi nona saya kejar karena ngambil makanan di dapur." ucapnya.
"Lio laper terus ngambil makanan pesanan Lio kok, Mah. Ada tulisannya juga. Nggak salah kan?" ucap Liora tak berdosa.
Alrine menghela nafas panjang, kemudian beralih memandang pelayan tua itu.
"Bawain aja makanannya, nggak perlu dimasak lagi." suruhnya pada pelayan itu karena memang perutnya juga sudah keroncongan.
Pelayan itupun mengangguk dan menunduk pamit pergi dari sana.
"Nggak tobat-tobat," sindir Leander pada adiknya.
Liora mengangkat dagunya, "Biarin, tadi sih Lio bilang resto punya Mama kagak percaya."
Celetukan dari Liora mengundang tertawaan Bryant hingga terbatuk.
"Ini sih fix anak lu sih, Rin. 100%." ujarnya disela tawa. Bahkan ini kali pertamanya ia tertawa puas setelah beberapa tahun mendekam di sel dingin.
"Ye maksud lo Lio anak siapa?!" sambar Alrine garang.
"Pada mau tahu nggak? Cerita Mama kalian versus manajer hotel di Berlin?" pancing Bryant tak menghiraukan tatapan setajam silet dari wanita depannya.
Kedua kembar dan Resya mengangguk antusias mendengar cerita Bryant bahkan tak menyadari makanan mereka sudah tiba.
_÷_
"Thanks ya, lo udah bantuin gue. Gue bener-bener makasih banget. Setelah gue dapet izin praktik lagi, gue janji bakal balas semuanya." ucap Bryant tulus pada Alrine di sebuah lobby apartemen yang akan ditinggalinya.
Alrine mengulas senyum, "Don't say thanks anymore, udah cukup sekali aja. Lo itu sahabat sekaligus udah gue anggap kakak. Keluarga itu nggak perhitungan," ucapnya, "yaudah, gue balik dulu yaa anak-anak besok sekolah. Echa bawa baju seragam kan?"
Resya langsung mengangguk, "ada, kak. Echa udah ngabarin Papa Reza sama Mama Reyna bakal nginap sama Kak Ayen sampe minggu."
"Sip, deh. Dadah." Ia mengacungkan jempolnya dan berbalik berjalan meninggalkan dua kakak adik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Ficção AdolescenteLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...