Enjoy!
Leander berjalan santai menuju kelasnya, sepanjang jalan ia menghafalkan materi-materi untuk ulangan harian nanti.
Bug
Saat memasuki pintu kelas, ia tak sengaja berpapasan dengan seorang gadis.
"Eh, Lean, sorry gue nggak lihat." ucap gadis itu meminta maaf sambil membetulkan kacamata hitam dan maskernya.
Leander mengernyit mengenal suara gadis itu namun wajah yang tertutup membuatnya bingung.
"Rain? It's okey, tapi kacamata hitam lo ganggu penglihatan. Kali ini nabrak gue, abis itu pak Rudy." balas Lean sedikit bergurau.
Rain terkekeh, "nggak bakal, karena pak Rudy lebih gendut dari lo." balas gadis itu.
Mereka pun masuk untuk duduk di kursi masing-masing. Rain duduk di kursinya, sedangkan Leander berdiri mempertimbangkan untuk duduk di kursi sepupunya yang belum datang.
Sebelum ulangan pasti guru fisikanya akan menjelaskan ulang materi, dan Leander tak ingin melewatkan itu karena keributan anak di depan tempat duduknya. Ia pun meletakan tasnya di samping kursi Rain, dan duduk di kursi itu.
"Di belakang berisik." tutur Leander singkat.
Rain hanya mengangguk sebagai balasan. Bukan Rain tidak suka kehadiran Leander di sampingnya. Tapi gadis itu berusaha menormalkan jantungnya. Ia beruntung menggunakan masker dan kacamata yang menutupi mukanya yang merah seperti tomat.
"Baik, anak-anak saya rasa kalian sudah belajar semua. Jadi kita mulai ujiannya saja." ucap seorang Guru yang baru datang mendapat keluhan dari murid-murid.
"Jangan mengeluh, nanti bapak tambahin soalnya."
Kelas pun berubah hening, Guru itu tersenyum kemenangan dan mulai membagikan kertas ulangan.
Tok tok tok
"Pak! Maaf saya telat!" Alvaren berdiri di depan pintu sambil terengah-engah.
"Alvaren! Kamu ini telat mulu, buruan duduk! Ini terakhir kali kamu terlambat, besok-besok nggak boleh masuk kelas bapak lagi!" Guru itu mengomeli Alva.
"Iya, pak. Siap!"
"Udah buruan duduk!"
Alva tersenyum lega dan berjalan cepat menuju tempat duduknya, namun mendapati sepupunya duduk di situ.
"Pinjem kursinya ya, bro!" ucap Leander menepuk lengannya. Alvaren menggaruk tengkuknya lalu mengangguk ragu.
Baru semalam ia sepakat untuk membantu Liora menjauhkan Leander dari Rain. Hari ini mereka berdua malah duduk bersama.
"Masih berdiri juga, cepat duduk!" suruh Gurunya tegas. Terpaksa Alvaren duduk di kursi belakang tempat Leander duduk sebelumnya.
"Ehm, Pak!" Donna mengangkat tangannya untuk bertanya.
"Iya, Donna?"
"Bukannya kalau di kelas, kita nggak boleh pake topi apalagi kacamata hitam?" tanya Donna lalu tersenyum miring ke arah Rain.
Guru itu memandang Rain yang menggunakan barang yang disebutkan Donna, "Ah iya, Rain, boleh dilepaskan topi dan kacamata hitam. Itu bisa mengganggu murid lain di kelas."
Rain menunduk, ia perlahan membuka kacamata hitamnya. Tampak sebuah lebam di mata kirinya bertutupkan bedak, kemudian ia membuka topinya. Tak ada yang menyadari keganjalan pada gadis itu dari jauh, namun Leander di sampingnya menyadari hal itu. Terlebih gaya rambut Rain terlihat berbeda dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Novela JuvenilLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...