Chapter 52

94 6 0
                                    

Maap lama update untuk kesekian kalinya hehe

Enjoy!

"Keluarga pasien?"

Lionel berdiri dari kursinya, "iya, Dok, saya suaminya."

"Apakah pasien sebelumnya pernah dioperasi?"

"Iya, Dok, istri saya sempat mengalami kecelakaan 2 bulan lalu dan masih dalam pemulihan."

Dokter itu mengangguk mengerti, "luka-luka memar serta goresan tidak terlalu parah dan sudah diobati, namun karena pasien sepertinya terbentur di bagian belakang maka diperlukan rontgen tulang dan perawatan inap selama beberapa hari."

"Lakukan yang terbaik, Dok, demi kesembuhan istri saya." ucap Lionel lalu diangguki dokter itu kemudian kembali masuk di ruang UGD.

Usai berbicara dengan dokter itu, Lionel menghampiri kedua anaknya yang sedang duduk, "Kalian mau di sini apa Papa anter pulang aja? Kamar inap Mama baru ada bisa besok."

"Lean pulang naik taksi aja, besok sekolah." jawab Leander berdiri, ia masih membuang tatapannya pada Lionel. Lionel sendiri memaklumi, putranya itu masih marah.

Leander memegang tangan adiknya untuk mengajak, "Lio mau di sini," tolak Liora.

"Besok sekolah," ucap Leander masih menarik tangan adiknya.

Liora menepis tangan kakaknya, ia juga tak ingin dibohongi kedua orangtuanya. Tapi kakaknya itu terlalu egois sampai berniat untuk minggat dari rumah.

Leander sempat menatap adiknya intens sebelum pergi meninggalkan Papa dan adiknya di sana.

_~_

Taksi yang dinaiki Leander mulai melaju meninggalkan area rumah sakit. Matanya menerawang ke luar jendela mobil, pikirannya sibuk memproses semuanya yang terasa berat. Ia merasa bimbang dengan perasaaannya sekarang, ia benar-benar sendirian. Liora yang selama ini menemani hidupnya terlanjur kecewa padanya, ia juga tidak mungkin menghubungi para sepupunya.

Ia benar-benar membutuhkan seseorang saat ini.

"Mas, saya boleh izin berhenti di minimarket? Kebelet nih," tanya supir taksi itu padanya.

Leander mengangguk tidak keberatan. Taksinya pun berhenti terparkir di depan salah satu minimarket.

Karena mendadak haus, Leander turun dari taksinya dan berjalan masuk ke minimarket. Ia mengambil sebotol air mineral di dalam lemari pendingin, ia juga memilih-milih untuk mengambil minuman lain.

"Maaf, mas, saya mau lewat." tegur seorang perempuan di sebelah pintu lemari pendingin yang dibuka. Leander pun segera menutup pintu itu, namun tak sengaja melihat wajah perempuan yang menegurnya.

"Rain? Lo ngapain?" tanyanya penasaran mengapa gadis itu keluar malam-malam.

"Apa urusan lo?" jawab Rain dingin, ia membuang mukanya lalu segera berjalan menuju kasir. Leander tak tinggal diam, ia menyusul Rain.

"Rain, please, gue udah bilang gue nggak tahu soal kakak lo." Tak sadar tangan Leander memegang lengan Rain.

Rain menghela nafas pasrah, "Lepas! Kalau nggak gue nggak mau ngomong sama lo lagi."

Leander menarik kembali tangannya yang ia sendiri tak tahu kenapa bisa bersanggar di lengan gadis itu.

"Totalnya 250 ribu, ya mba." ucap seorang kasir, Rain pun segera membayar belanjaannya untuk cepat-cepat pergi.

Melihat itu Leander langsung memberikan sebotol airnya pada kasir itu.

"Ini, mba, kembaliannya ambil aja." Leander memberikan uang selembar berwarna biru, lalu mengambil kembali botol air itu, tak lupa juga ia membayar taksinya tadi dan berlari mengejar Rain.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang