Chapter 32

117 8 0
                                    

Enjoy!

"Fyuh! Untung otak lo lagi jalan, Li!" celetuk Gilang setelah keluar dari cafe, polisi-polisi tadi sudah pergi membawa Jackson untuk diproses di kantor polisi.

Plak

Gilang mengaduh akibat tangan yang mendarat tepat pada kepala belakangnya.

"Maksud lo otak gue nggak jalan-jalan?!" tanya Liora garang, Gilang hanya menyengir.

Resya terkekeh kecil melihat tingkah Liora dengan temannya.

"Li, makasih ya, kamu udah bantuin kakak." Resya memeluk Liora erat.

"Iya, Kak, sama-sama. Lain kali jangan takut buat cerita ke orang lain. Om Bryant, Om Reza sama Tante Reyna harus tahu." pesan Liora lalu melepas pelukannya.

"Aku nggak mau kak Bryant ngelarang aku pacaran, Li. Kalo kakak jomblo selamanya gimana?" gurau Resya mencairkan suasana.

"Gampang itu mah, pacaran aja sama sepupu-sepupu aku, Kak. Aku restuin."

Resya tertawa keras, sejenak ia melupakan kejadian tadi siang yang membuatnya trauma.

"Ada-ada aja kamu, sepupu-sepupumu masih SMA! Masa pacaran sama brondong." balas Resya merengut.

"Ada kak Arka yang di Denmar, kayaknya seumuran kak Echa deh. Mau nggak?"

Resya mengacak rambut remaja itu, "ada-ada aja kamu nih."

Usai berbincang antar dua perempuan itu, mereka pun berpisah karena harus pulang. Resya pulang dengan taksi sedangkan Liora diantarkan oleh Gilang menuju rumah sakit.

_÷_

"Hai, Ma!" sapa Liora saat masuk ke dalam kamar Mamanya, tangannya menentengi tas belanjaan yang ia beli di minimarket di bawah.

"Eh, Lio, tumben baru pulang nggak bareng Lean?" tanya Alrine pada putrinya.

Liora mengernyit, "Loh, Lean belum pulang?"

Jantung Alrine tiba-tiba berdebar ketika anaknya bertanya balik. Hari sudah mulai gelap, dan tak biasanya putranya itu telat pulang tanpa mengabari.

"Kalian nggak pulang bareng?!" tanya Alrine panik, ia takut terjadi sesuatu dengan Leander.

"Uhm tadi Lio sama Lean makan di restoran bareng temennya Lean. Kak Echa nelpon, Lio langsung ke kampusnya." jelas Liora ikut panik melihat Mamanya panik.

Alrine berusaha menggapai ponsel di meja sampingnya, tangannya bergetar hingga ponselnya jatuh. Otaknya terasa berputar, nafasnya tercekat hingga dadanya terasa pengap.

Kepanikan Liora bertambah melihat Mamanya megap-megap, "Mama! Mama kenapa?"

"Ha t-tel-telpon ha Le-an!" ucap Alrine terbata seraya berusaha menghirup nafas sebanyak mungkin.

Liora mengangguk dan langsung menghubungi kontak kakaknya.

"Halo? Lean dimana sih?! Cepat kesini!" Liora langsung memutuskan telepon sepihak setelah Leander menjawab.

"Mama tenang ya, Lean udah sampai. Lagi naik ke sini." ucap Liora menenangkan Mamanya. Ia belum pernah melihat Mamanya panik hingga sesak nafas seperti tadi, ia takut keadaan Mamanya memburuk akibat kecelakaan.

"Ma!" Leander tiba dengan peluhnya, laki-laki itu langsung berlari cepat dari parkiran menuju kamar Mamanya setelah mendapat telepon dari adiknya yang terdengar panik.

Alrine mulai bernafas normal, melihat putranya berdiri dengan sehat walafiat.

"Lean dari mana aja, sih?!" omel Liora, kalau saja Leander lama pulang karena lupa waktu dengan gadis bernama Rain tadi. Kembarannya itu benar-benar keterlaluan.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang