Chapter 45

104 11 1
                                    

Enjoy!

"Are you okay?" tanya Xaidan memperhatikan gadis yang sudah berstatus pacarnya. Jam istirahat sekolah menjadi waktu mereka untuk bertemu, keduanya duduk berhadapan tanpa orang lain di kursi mereka.

"Semalam begadang, ya?" tanyanya sekali lagi karena tidak mendapat jawaban sedangkan yang ditanya hanya melamun sambil memainkan sedotan di es tehnya.

"Hei," Gadis itu tersadar ketika dagunya diangkat menatap sepasang mata hitam yang meneduhkan, kedua remaja saling berpandangan.

Xaidan dapat melihat kesedihan dalam iris mata biru laut nan indah milik Liora.

"Ada apa?"

"Masalah keluarga," Liora tersenyum tipis, "kak Xaidan, boleh beliin air nggak?" pintanya mengalihkan topik.

Xaidan tahu Liora sedang mengalihkan topik, walau begitu ia tetap mengangguk dan berdiri dari kursinya, "Panggil Idan aja,"

"Kalau 'sayang'?"

Pertanyaan Liora sontak membuatnya menoleh, gadis itu mengangkat alis sebelahnya dengan senyuman menggoda.

Xaidan ikut tersenyum melihat gadis itu sudah mulai ceria, "Asal jangan pas jam sekolah, boleh aja."

_~_

Sepuluh menit lagi, bel istirahat berakhir akan berbunyi. Setelah berpisah jalan dengan Xaidan—karena kelas pacarnya itu berbeda lantai dengannya— ia memilih ke toilet untuk meminum obatnya, kepalanya sedikit pusing sejak di kantin. Sampai sekarang ia belum pernah melewatkan obat yang rutin di minum bila efek samping dari cairan suntikan itu muncul. Efek yang ia rasakan seperti cepat lelah, pusing, demam hingga mimisan. Namun syukurlah, terakhir kali ia mimisan adalah waktu kejadian di lapangan sekolah.

"Eh ada pacarnya ketos, nih."

Apesnya, ia berpapasan dengan Cindy bersama teman-temannya. Ingat anggota ekskul basket yang dikalahkan Liora? Gadis itu masih belum terima kekalahannya.

Empat perempuan itu memandang Liora remeh, mengelilingi gadis itu bagaikan kawanan singa yang mengawasi mangsanya.

Liora meniup poninya kesal, "Mau lo pada apa? Gue lagi nggak mood, minggir!" usirnya karena mereka menghalanginya masuk ke bilik toilet.

"Mau gue lo cabut dari sekolah ini, deh. Lo nggak layak pacaran sama ketos." jawab Cindy sinis.

"Enak aja, emang sekolah punya lo?" balas Liora tanpa rasa takut sedikit pun.

Emosi Cindy meluap mendengar balasan gadis di depannya, mendadak tangannya mendorong Liora yang tidak waspada hingga menabrak pintu toilet yang tidak terkunci. Bokongnya pun mendarat nahas di atas kloset duduk sekolah.

"Hahaha!" Cindy dan teman-temannya tertawa senang melihat Liora mengaduh.

"Lemah banget lo! Nyali doang gede!"

Tangan Liora mengepal erat, ia menahan sakit pada pinggangnya juga pusingnya semakin terasa.

"Lo mungkin ratu di sekolah lama lo, tapi di sini lo bukan apa-apa." telunjuk Cindy menekan jidat Liora.

Liora tidak tahan lagi, ia menangkap tangan Cindy lalu memelintir hingga wajah gadis itu menempel di bilik toilet.

"Aw! Lepasin Aw!" Cindy mengaduh karena tubuhnya dikunci.

"Apa? Gue nggak denger?" tanya Liora berpura-pura tuli.

"Woi bantu gue— AW!"

Wajah sebelah Cindy terbentur sisi bilik yang lain. Teman-temannya ingin menolong namun dicegat Liora.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang