Chapter 22

153 11 0
                                    

Enjoy!

Seperti pagi biasa, dua kembar yang sudah siap dengan seragam sekolah turun dari kamar mereka di lantai dua untuk menuju ruang makan. Namun mereka tidak menemukan keberadaan Mama mereka di sana, hanya Lionel yang duduk sambil menikmati kopinya.

"Mama mana, Pah?" Leander bertanya sambil mengambil sarapan pagi. Liora pula melakukan hal yang sama.

"Mama kalian masih tidur, hangover." jawab Lionel pada anak pertamanya sebelum terdengar teriakan yang memecah kedamaian pagi.

"LEOOO!"

"Tuh panjang umur," celetuk Lionel mengundang tawa kedua anaknya.

Alrine datang dengan muka bantalnya, "kok nggak bangunin?! Kan aku udah bilang ada jadwal operasi pagi!" omelnya lalu mendudukan kasar bokongnya ke atas kursi makan.

"Tadi aku bangunin, kamunya minta 5 menit mulu," Lionel membela dirinya.

"Ya bangunin paksa kek gimana kek, kamu sebagai suami nggak ada usaha!"

"Loh aku salah?"

Leander dan Liora menggeleng-geleng melihat pertengkaran kecil antara dua orangtua mereka.

Alrine mendengus lalu mengambil roti di atas meja makan dan mengunyahnya kesal. Moodnya benar-benar hancur, bangun pagi dengan kepala pusing dan mata yang berkunang-kunang, ditambah ia punya jadwal operasi jam 6 dan ini sudah hampir jam 7. Oh ya ia lupa mengabari pasiennya.

"Hp aku di mana?" tanya Alrine pada suaminya lagi.

"Semalem diambil Sierra nggak tahu di mana," jawaban Lionel membuat Alrine mendengus malas. Ia berdiri dan pergi mengambil ponselnya.

"Mama kalian itu selalu aja, tiap Mommy muncul langsung badmood. Senggol dikit marah," canda Lionel, "omong-omong kalian semalam nggak diapa-apain kan sama Mommy?"

Leander dan Liora semula tertawa mendadak diam saling bertatapan, lalu menggeleng cepat membuat Lionel curiga.

"Diapain?" tanya Lionel serius menatap satu-satu anaknya.

"Lio cuma diomelin kok, Pa," Leander yang menjawab karena Liora memalingkan wajahnya.

Lionel berdecak, "Sayang, sini!" panggilnya sedikit berteriak pada istrinya di kamar.

"Iya, Pak. Ditunda nanti siang jam 12 ya. Baik, saya janji tidak menunda lagi. Baik, terima kasih perhatiannya." Alrine datang dengan ponsel di telinganya, usai menelfon ia memutuskan panggilannya.

"Kenapa?"

"Lio dimarahin Sierra,"

Alrine kembali duduk memijit keningnya yang terasa pening akibat sisa alkohol semalam, kemudian memperhatikan ekspresi anak laki-laki dan perempuannya.

"Ehm nggak marah kok, Pa, cuma diomelin aja." ucap Liora cepat pada Papanya.

"Diomelin kayak gimana?"

Kembar hanya diam.

"Dia ngebentak Lio," Alrine yang menjawab, karena ia dapat mengingat apa telah dialami Sierra semalam, "ngancem mau... dijahit mulutnya."

Lionel berdiri dari kursinya dan berjalan meninggalkan mereka duduk di sana. Kembar kebingungan sedangkan Alrine mendesah lelah. Pagi-pagi suasana hatinya sudah buruk ditambah lagi masalah dengan suaminya.

"Kalian ke sekolah gih, bentar lagi jam 7." titah Alrine pada kedua anaknya. Kembar pun mengangguk dan mengecup pipi Mamanya kemudian pergi. Mereka berdua masih kebingungan namun mengurungkan keinginan untuk bertanya.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang