Chapter 29

114 10 0
                                    

Enjoy!

Mobil pribadi milik kembar terparkir sempurna di parkiran rumah sakit, sepulang sekolah mereka memutuskan ke tempat rawat sang Mama.

Liora berjalan santai beriringan dengan Leander yang menenteng empat dus pizza berukuran besar. Mereka sempat singgah di restoran pizza tadi.

Kembar menaiki lift khusus ke lantai paling atas gedung itu. Hanya pihak keluarga dan medis yang diizinkan saja yang memiliki kartu akses untuk naik lift tersebut.

Sesampainya mereka di lantai tersebut, tanpa sengaja Leander menemukan sesuatu yang mengganjal sejak tadi ia berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Ia melihat beberapa orang berbaju hitam dengan tatto menyeramkan di lengan mereka.

"Li, Li!" Tepukan tangan dari kakaknya membuat Liora membalikkan badan.

"Napa?"

"Itu, coba lihat arah jam 5, tapi jangan langsung lihat." bisiknya dengan wajah serius.

Liora mengernyit bingung namun karena ekspresi Leander, ia mengangguk dan menjatuhkan sebuah botol air dari tasnya. Botol itu menggelinding agak jauh dari mereka.

"Aduh! Lean kenapa nabrak sih!" omelnya berpura-pura. Leander paham dan ikut beradu akting.

"Yah sorry, tinggal ambil aja nggak usah ribet kali."

Liora pun berbalik dari saudaranya untuk mengambil botol itu, tak di sangka ia malah hampir menabrak tubuh besar.

Gadis itu sampai kesusahan meneguk air liurnya, karena tubuh pria itu besar dan tinggi bahkan melebihi Papanya. Pakaian serba hitam dan wajah penuh tatto menatapnya dingin.

"Ini, Nona." Suara bariton pria itu terdengar jelas, pria itu memberikan botol yang dijatuhkan Liora tadi.

Leander segera mengambil botol itu sebab adiknya hanya diam mematung.

"Makasih, om. Bodyguard Opa, ya?" tanya Leander berbasa-basi. Ia memang pernah melihat pengawal Opanya tapi belum pernah ia melihat pengawal ataupun orang lain dengan tampang menakutkan.

Pria itu terdiam mengangkat alisnya.

"Lean! Lio!" panggil sang Papa lalu menghampiri mereka berdua.

Lionel baru ingin membeli makanan di lantai bawah, namun ia tak sengaja melihat dua anaknya berbincang dengan salah satu anak buah Sierra.

"Tuan," Pria seram tadi menunduk singkat.

"Papa!" Liora sigap bersembunyi di bahu Papanya. "Omnya serem!" bisiknya.

Lionel terkekeh sesaat, ia juga sama takutnya dengan putrinya saat bertemu anak buah Sierra.

"Maafkan, Hamba, sudah menakuti Nona. Hamba pamit dulu." ucap Pria itu berjalan meninggalkan mereka lalu berdiri tegak seperti tadi.

Tangan Lionel merangkul dua anaknya. "Itu tadi anak buahnya Mommy,"

"Serem banget, Pah. Ada taringnya kayak vampir!" adu Liora masih bergedik ngeri.

Leander mencibir. "Mana ada vampir, Lio."

"Ih tadi, Lio lihat giginya tajem."

Lionel bergidik. Tak heran gigi anak buah tadi tajam, makan saja daging manusia.

Tak sadar ternyata mereka berjalan ke arah kamar yang lain yang bukan kamar Alrine.

"Loh, Pa? Mama pindah kamar lagi?"

"Enggak, kok. Kalian di sini aja dulu makan, istirahat. Di kamar Mama lagi dimintain keterangan sama om Reza dan pihak kepolisian ."

Alis keduanya terangkat.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang