Chapter 25

157 12 3
                                    

Hi moga masih inget cerita ini ya wkwkwk

Typo mohon dimaklumi

Enjoy!
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Lionel dengan tangan bergetar, ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan istrinya.

Setelah menerima panggilan, ia dan kedua anaknya sangat shock. Lionel bahkan tak dapat menyetir sehingga harus menyuruh supir pribadi mereka. Jantungnya ingin berhenti melihat mobil istrinya hancur di jalan menuju rumah sakit.

Kembar hanya dapat saling berpelukan menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Liora menangis histeris sehingga Leander berusaha menenangkan adiknya. Peristiwa mengejutkan ini sangat menyiksa batin mereka.

"Dokter Alrine sedang dalam kondisi kritis karena pendarahan di kepala yang cukup parah dan akan dipindahkan ke ruang operasi. Syukur beliau dapat dibawa segera, sehingga kami bisa menyelamatkannya segera." ucap dokter yang menangani, semakin menambah kekhawatiran Lionel.

Pria yang biasa tampil tegas nan berwibawa itu kini terduduk lemas di atas dinginnya lantai rumah sakit, seakan mendapat kilas balik dari kejadian yang sama ia rasakan ketika hampir kehilangan Alrine untuk selama-lamanya.

"Lean, Lio?" Seorang wanita berjubah dokter mendatangi kembar dan memeluk mereka. Ia adalah Alicia, sahabat Alrine sekaligus dokter yang menangani kelahiran si kembar.

Ia juga sama shocknya mendengar kabar kecelakaan Alrine yang membuat semua tenaga medis di rumah sakit gempar karena kecelakaan terjadi tak jauh dari rumah sakit.

"Kalian tenang ya, Mama kalian orang yang kuat, kalian juga harus." ucap Alicia penuh keyakinan pada dua remaja kembar anak sahabatnya.

Tak lama, keluarga besar Janvers tiba. Alreni menangis di pelukan Alvaren, sedangkan Alrian dengan frustasinya mencoba menerobos masuk ke dalam ruang IGD di mana adiknya sedang ditangani.

Seluruh keluarga besar terkejut, termasuk Richard mendapat kabar menggemparkan tentang anak bungsunya sangat membuatnya terpukul. Bahkan Andina, istrinya harus ditinggalkan karena pingsan dan dirawat oleh asisten rumah tangga di rumah.

Namun pria tua itu harus berusaha menenangkan Alrian, karena perawat-perawat di sana kualahan menghadapi tubuh besar Alrian.

"MINGGIR GUE MAU KETEMU ADEK GUE!" Pria itu bahkan memukul salah satu perawat laki-laki yang menghalanginya hingga terjungkal.

"IAN!" Richard menampar anaknya karena tubuh rentanya sudah tak mampu menahan, "Kamu tenang atau pergi dari sini?! Dokter lagi berjuang menyelamatkan Rin, harusnya kamu tenangin diri jangan emosi kayak gini. Kamu nyusahin mereka!"

Pegangan Alrian pada pintu mengendur, ia berjalan mundur dan menghampiri Alreni lalu memeluk adiknya. Dua saudara kembar itu merasa deja-vu, keadaan seperti ini sama seperti kejadian-kejadian beberapa tahun silam, di saat mereka hanya dapat saling menguatkan tanpa berbuat apapun yang dapat menyelamatkan sang adik.

Tampak brankar rumah sakit didorong keluar dari pintu IGD, di sana Alrine terbaring dengan alat penopang hidupnya. Mata lentik itu tertutup, goresan kaca melukai wajahnya, baju yang dikenakannya berbecak darah. Menambah perih di dada setiap orang yang melihatnya.

Liora dengan air mata membasahi wajahnya, meraih tangan sang Mama, "Maafin, Lio, Mah. Maaf, mah!" jeritnya berusaha membangunkan Mamanya.

"Maaf, pasien harus segera dipindahkan ke ICU." Seorang perawat melepas tangan remaja perempuan itu namun Liora menghentakkan tangan perawat itu. Tak mau melepaskan tangan wanita yang telah melahirkannya.

Leander menarik adiknya dalam pelukannya agar perawat dapat lanjut mendorong brankar. Ia juga memiliki penyesalan dan kesedihan yang sama. Tapi ia harus berusaha tegar untuk adiknya.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang