Jangan lupa vote dan komen ya!
Enjoy!
Pagi hari di hari sabtu merupakan saat yang tenang untuk menikmati hidup, beristirahat sejenak dan berkumpul dengan keluarga. Seperti yang dilakukan keluarga Antares, Lionel sedang duduk makan bersama kedua anak kembarnya yang sudah berumur 4 tahun.
Ia memperhatikan anak perempuannya yang tidak menyentuh sayur di piringnya. Sementara anak laki-laki di sampingnya sudah selesai makan.
"Li, dimakan sayurnya dong. Itu Lean udah habis." suruh Lionel lembut.
Anak perempuan dengan rambut sebahu, mengembungkan pipi tembamnya dan menggeleng, "pahit Papa, Lio suka manis."
"Mamaaa Lio nggak makan sayul-- hmmpph!" Bibir tipis Leander dibungkam tangan mungil saudari kembarnya.
Alrine datang sambil membawa semangkuk es krim, "Siapa tadi yang nggak makan sayur?" tanyanya berpura-pura garang.
Liora melepas bungkamannya dan berlari ke arah sang Papa sebagai tameng. Lionel hanya mengangkat bahunya lalu melanjutkan makan yang tertunda, anak perempuannya itu takut dengan Alrine padahal mamanya sendiri. Ia pun heran.
Alrine tersenyum tipis melihat betapa gemasnya anak bungsunya, "Liora, sini."
Liora berlari kecil mendatangi mamanya, "makan ya, biar mama suapin."
Gadis kecil itu tampak lega, dan menerima suapan sayur dari Alrine -meski terpaksa-. Untung saja mamanya tidak marah.
Meskipun Alrine tidak pernah memarahi mereka berdua bahkan mengomel pun jarang. Tapi sewaktu ikut Alrine bekerja, mereka sempat mengintip saat Mama memarahi orang di rumah sakit. Kalau kata Liora, Mamanya itu seseram Valak, hantu perempuan di film horror kesukaan Om Ian. Sejak saat itupun, mereka tak ingin membuat Alrine marah.
"Yah kalau tau bakal disuapin, Lean nggak makan sayul deh," Leander memasang wajah sedih.
Alrine terkekeh dan merangkul anak laki-lakinya, "Lean pinter, udah makan sayur tanpa harus disuruh. Nanti abis ini Mama suapin es krim, ya?"
Leander mengangguk antusias dengan mata berbinar.
"Rin, rumah sebelah lagi pindahan?" tanya Lionel sedari tadi mendengar suara mobil truk.
"Iya, tetangga kita Bu Karina mau pindah sama anaknya Rega."
"Suaminya nggak ikut?"
"Denger-denger sih, mereka cerai jadi Rega ikut Mamanya. Suaminya udah pergi dari rumah sebulan lalu."
"Celai itu apa, Mah?" tanya Leander ingin tahu.
"Cerai itu berpisah, sayang."
"Bagus dong, Lega pelgi Lio sama Lean nggak ada yang gangguin lagi." celoteh Liora sehabis mengunyah makanannya.
"Awas kangen loh, Li." Lionel menggoda anaknya.
Liora memasang wajah jijik, "no no no," ia menggeleng-geleng. Mana mungkin dia merindukan anak gendut nakal itu.
"Mama, Lio besok mau beli mainan lagi, ya." pinta Liora setelah makanannya habis.
"Loh, kan kemarin baru beli mainan masak-masakan satu set. Kurang mainannya?" tanya Lionel.
"Kata Mommy Siela pisonya jelek nggak tajem buat motong olang," jawab Liora polos, "motong olang itu gimana, Mah?
Alrine dan Lionel saling melirik. Memang kemarin Alrine sesaat membiarkan Sierra mengambil alih tubuhnya untuk bermain dengan anak-anaknya. Ia tak menyangka sosok itu sedemikian frontal pada anak polos berumur 4 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Teen FictionLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...