Suasana di rumah keluarga Janvers semakin ramai karena anak-anak yang berenang di kolam halaman belakang rumah.
Liora yang masih diajari Lionel berenang terlihat berusaha menggerakan kaki-kaki mungilnya. Sementara Leander dan Alvaren serta Brandon sedang beradu balap siapa tercepat dalam berenang. Juga Jayden yang masih kecil begitu gembira menyentuh air dengan digendong Alrian.
Alrine duduk di bangku gazebo menyaksikan keseruan mereka sambil sesekali mengigit pizza pepperoni favoritnya. Ia tidak sendiri melainkan bersama ibu-ibu lainnya, yang tak lain Alreni, Brie dan Keira.
"Alva kalau nggak salah udah bisa sekolah kan?" tanya Brie pada Alreni.
Alreni mengangguk, "kemarin gue sama Vero udah bujuk, tapi katanya mau barengan sama Lean Lio. Dia nggak mau sendiri."
"Alva pinter sih, belum TK aja udah bisa baca tulis."
"Mamanya nganggur soalnya." celetuk Alreni membuat mereka tergelak.
"Udah nggak modelling lagi emang?"
"Masih tapi udah nggak sepadat dulu, paling-paling kalau event doang," jelas Alreni, "btw, Rin, lo kan jadwalnya masih sibuk, Leo juga kerja. Anak-anak gimana?"
Alrine menoleh ketika namanya disebut, "Anak-anak gue bawa ke RS kalau emang jadwal sampe malam. Awalnya sih nggak dibolehin Leo, takut mereka ganggu atau nggak betah. Tapi mereka betah-betah aja sih."
"Kenapa nggak pake pengasuh aja?"
Ia menggeleng, "selama gue sama Leo masih bisa ngurus kenapa harus orang lain?"
Keira mengangguki jawaban adik iparnya, di antara mereka hanya Alrine yang masih sibuk menjalani profesinya sebagai dokter sekaligus direktur rumah sakit. Keira dan Brie lebih memilih menjadi ibu rumah tangga saja untuk mengurus anak mereka.
"Untungnya juga si kembar udah mandiri, bisa ditinggal di rumah. Di RS juga kadang gue cari taunya udah di kantin berdua." Alrine menceritakan kedua anaknya yang begitu mandiri, meski Alrine selalu menyuruh anak buah Sierra untuk menjaga Leander dan Liora dari jauh tanpa sepengetahuan dua anak kecil itu.
"Tapi Liora untung aja nggak buat ulah kan?" tanya Alreni tentang ponakan perempuannya yang jahil, Liora bahkan pernah memecahkan keramik kesayangan Andina di rumah. Untung saja uang Alrine dan Lionel lebih dari cukup untuk mengganti keramik kesayangan Mama mereka. Andina pun tak bisa marah, karena lebih menyayangi cucunya ketimbang harta.
"Sering banget ngacak ruangan, mainin kursi roda, manggil-manggil suster katanya dicariin gue," Semuanya melongo mendengar kejahilan anak perempuan Alrine.
"Mending kembar di rumah gue aja, Rin. Alva sendiri juga."
"Nggak apa-apa, nanti Liora ngerepotin lu," tolak Alrine pada tawaran saudarinya.
"Lo kayak ke siapa aja, gue mah oke aja, kalau nakal paling tinggal diiket." canda Alreni mendapat delikan tajam Alrine.
"Canda bunds," Alreni menyengir.
"LIOOOO!" Seluruh orangtua sontak menoleh ke arah suara. Ternyata asal suara itu dari Alvaren yang berdecak pinggang, celana renangnya melorot memperlihatkan celana dalamnya.
Sadar banyak mata tertuju padanya, wajah Alvaren memerah malu dan dengan cepat menaikan celananya lagi.
Si pelaku hanya tertawa terbahak-bahak melihat sepupunya.
"Boys! Serang si Mashaaa!!!" ujar Alvaren mulai berlari diikuti Leander dan Brandon mengejar Liora yang dipanggil Masha seperti karakter anak kecil perempuan di kartun Rusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Teen FictionLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...