Chapter 63

60 4 0
                                    

Maap author keenakan hiatus hehe.

Enjoy!

"Jadi semalam break up sama Idan?"

Liora mengangguk setelah menceritakan perihal kemarin malam tanpa dikurangi pada kembarannya. Ia lebih nyaman bercerita kepada Leander, laki-laki itu hanya mendengar dan memberikan saran seperlunya. Namun bila terkait masalah perempuan, kadang Mamanya lah yang jadi pendengar.

"Terus setelah break up..."

Flashback

Hati Liora seakan hancur melihat tatapan Xaidan kepadanya, ia hanya bisa berlari meninggalkan laki-laki itu. Bahkan acara Api Unggun tidak lagi menarik baginya, ia butuh bahu untuk bersandar dan mengadu.

Setelah berlari masuk ke dalam hutan, tak lupa ia menyalakan senter di ponselnya sebelum kegelapan menjemput. Ia memelankan langkah kakinya, mencari-cari sosok untuk mengantarkannya ke Villa keluarganya. Yang dicari pun muncul tiba-tiba dari belakang pohon besar.

"Antar aku ke Villa," lirihnya pelan.

Gedebuk

Liora dan pria berjubah hitam itu menengok ke arah suara orang terjatuh,

"Liora!"

Senter menyoroti Rama yang tersungkur di atas tanah, Liora terkejut melihat Rama ternyata mengikutinya dari tadi.

"Lio samping lo!" teriak Rama kemudian seorang berjubah hitam yang lain memukul tengkuk lelaki itu hingga pingsan.

"Eh kok dipukul!" kesal Liora karena tindakan pria yang memukul Rama tiba-tiba.

Pria itu menunduk, "Maaf, Nona, tidak boleh ada orang asing yang melihat kami dengan pakaian ini."

Liora berdecak, "yaudah, kalian bawa dia dekat tenda. Aku mau ke Villa, ayo anter." suruhnya bagaikan bos mereka. Padahal ia tahu orang-orang ini bisa memakannya kapan saja mereka mau.

Pria berjubah itu mengangguk patuh, "Baik, Nona. Mari saya antar ke mobil."

End of flashback

Leander terkekeh mendengar cerita adiknya, ada sedihnya ada lucunya.

"Kok ketawa?" Liora menonjok lengan kakaknya.

"Kok bisa berani banget sama mereka? Lean aja masih merinding dideketin." tanyanya setelah menghentikan tawa.

"Lio udah bener-bener capek, nggak peduli mau mereka kanibal kek, setan kek yang penting ke Villa dulu ketemu Mama," alasan gadis itu, "sampai Villa baru nangis, curhat ke Mama abis itu kerasa pegelnya."

Leander mengacak rambut adiknya gemas, ia tahu dibalik wajah ceria adiknya itu terdapat kesedihan yang tersembunyi. Namun satu hal yang ia senangi dari Liora, gadis itu terbuka dengan emosinya terhadap keluarga.

_~_

Malam hari, mereka berkumpul untuk makan malam di sebuah meja besar di dalam Villa. Beragam masakan telah tersaji di atas meja, membuat siapapun tergiur untuk menyicipi makanan-makanan itu.

"Widih, enak nih malam ini tidur full senyum." celetuk Alvaren yang baru tiba, meraba perutnya yang keroncongan.

"Cuci tangan dulu sana kalian," suruh Alreni layaknya ibu-ibu kebanyakan.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang