Chapter 14

176 12 0
                                    

Enjoy!

Orang-orang di sana yang menjadi saksi terlihat kebingungan, kejadian yang dikira akan berakhir dengan perkelahian besar antar dua, malah berakhir menjadi acara makan indomie bersama. Ibu pemilik warung pun sudah kembali dan mengucap syukur warungnya tak dihancurkan meski telah disewa dengan harga yang lebih mahal dari warungnya.

"Ini kita oke?" tanya laki-laki tadi masih bingung.

"Gue sama lo sih oke, sama dia-" Liora menunjuk Bobbi yang kini sudah diperban luka sobekan pada bibirnya, "kaga."

"Btw, gue Rama, panggil aja Rama," laki-laki bernama Rama, "makasih udah traktirin indomie gue sama temen-temen."

"Hm," Liora mengangguk lalu menyeruput kuah soto mienya.

Dilla berbisik pada Liora, "woi, maksud lo ini semua apa?"

"Ini namanya nyari aliansi, kalau mau tawuran macam-macam kita butuh pasukan. Emang berani kita maju bertiga doang?" balas Liora.

"Ah, pinter banget sih temen gue."

Rama terkekeh, "suara kalian itu gede loh, gue bisa denger," ucapnya di depan mereka, "kita bisa jadi temen lo pada. Lagian kita butuh orang yang ngintimidasi kayak lo."

Sudut bibir Liora tertarik, "okey, asal temen lo nggak ada yang keberatan."

Rama memandang teman-temannya yang lain, "ada yang keberatan?" mereka menggeleng, "Bob?"

"Nggak gimana, tapi perut gue nih. Masih perih." keluh Bobbi memegang perutnya.

"Elah katanya berandalan kok lemah," sindir Dilla pedas,

Bobbi melayangkan tatapan miring, "Menurut lo aja ditendang sakit apa nggak?"

Liora mengeluarkan kartu nama rumah sakit milik Mamanya, gadis itu mengambil beberapa lembar kartu nama itu, just in case dirinya menjahili atau memukuli orang hingga membutuhkan perawatan medis. Gadis ajaib memang.

Ia menyodornya kartu nama itu ke Bobbi, "nih habis ini ke rumah sakit ini, bilang aja disuruh Liora Antares. Dah lo nggak bayar lagi perawatan sampe sembuh."

"Janvers Hospital? Lo nggak bercanda?" tanya Bobbi ragu.

Dilla memutar matanya, "Ih banyak bacot ya lo udah bonyok juga, itu punya nyokapnya ngapain becanda."

Laki-laki itu menelan air liurnya, ia salah mencari lawan dengan anak pemilik rumah sakit terbesar di Jakarta. Konon, saking kayanya keluarga besar itu punya kekuasaan di Indonesia.

"Thanks." balas Bobbi canggung.

_÷_

Leander baru tiba di rumah, ia menaruh tasnya dan berjalan menuju dapur. Kegiatan sekolah yang cukup melelahkan membuatnya lapar.

"Bibi kemana ya? Mana gue laper."

Tak ada makanan di meja, Leander menghela nafas.

"Apa masak aja? Tapi gue nggak bisa masak, telpon Lio aja deh suruh beli makanan." Leander bermonolog, ia kemudian menghubungi saudari kembarnya itu.

"Halo, Lean? Napa?" terdengar sahutan Liora disana, dengan suara ramai.

"Lio dimana?"

"Lio lagi makan sama temen-temen, di deket sekolah."

"Oh oke deh, Lean tadinya mau nitip beliin makanan. Tapi nggak usah deh, order online aja."

"Ohh gitu, Lean order makanan aja ya. Disini cuma ada indomie doang soalnya, mau?"

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang