Enjoy!
Leander sedang memperhatikan guru yang mengajar ketika mendapat pesan dari adiknya bahwa ia sudah pulang lebib dulu. Bertepatan saat ia memasukan kembali ponselnya ke dalam tas, ia melihat Rain berjalan masuk kelas dengan mata sembab merah sehabis menangis. Gurunya pun kasihan mempersilahkan Rain duduk, tak lama setelah itu Donna dan dua temannya masuk. Ia baru menyadari empat gadis itu tidak langsung masuk tadi setelah istirahat.
Apa ini ada hubungannya dengan adiknya? Apa yang dilakukan Liora dan Donna sehingga Rain tampak kacau seperti itu.
Adiknya benar-benar tega, bagaimana bisa Liora percaya dengan mulut sesat semacam Donna.
Alvaren pula yang berada di samping Rain juga menyadari hal yang sama terlebih melihat ekpresi Leander, ia menyimpulkan laki-laki itu sudah dalam mood yang tidak baik sejak tadi pagi.
_÷_
Liora tidak langsung pulang ke rumahnya, karena bosan ia memutuskan untuk ke rumah Opa dan Omanya yang kebetulan baru tiba dari liburan mereka di negara kelahiran Richard, Jerman.
Ia berjalan masuk setelah menyapa satpam rumah besar nan megah itu, kadang ia merasa kasihan pada kedua orangtua Mamanya itu. Rumah yang besar dulunya pernah ditinggali tiga anak kembar, hingga sekarang sudah berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri. Maka dari itu, tiap seminggu sekali atau "segabut" Liora dan Leander sering mendatangi rumah keluarga besar Janvers. Kadang mengadakan acara sebulan sekali untuk keluarga besar berkumpul.
"Omaaa Opaaa!" teriak Liora memanggil setelah membuka pintu masuk. Tak ada yang menjawab, ia pun beranjak menuju dapur karena perutnya sudah keroncongan.
Ia hanya menemukan seorang berpakaian pelayan sedang mencuci piring sambil bersenandung, Liora mengenal pembantu rumah yang bekerja di rumah Opanya sejak ia kecil.
"Dor!" Liora menepuk bahu pembantu itu hingga piring yang dipegang wanita itu terlempar dan terjatuh, untung saja masih di atas bak cuci piring.
"Astaghfirullah!" seru pembantu itu terkejut. Ia berbalik melihat siapa dalangnya, "astaga dek Lio! Masih aja ngagetin Mbak!"
Liora menyengir memperlihatkan giginya, "Hehe kebiasaan," ucapnya dengan cengiran, "ada makanan nggak, Mbak Tami? Laperrr!"
"Ada tuh di meja, Mbak baru masakin buat Tuan Nyonya besar." jawab pembantu yang biasa dipanggil Mbak Tami.
"Astaga Oma kira ada kucing masuk rumah pecahin barang!" Liora beralih menengok suara ayu khas orangtua.
"Hehe, Oma Opa!" Liora mengecup pipi kedua orang tua itu, "Bosen di rumah jadi Lio ke sini."
Mereka duduk di kursi makan yang berjumlah banyak yang terlihat kosong karena hanya mereka bertiga yang duduk di sana.
"Tumben, emang pulang sekolah jam segini?" tanya Richard, Opanya, sambil melihat jam tangannya.
"Rapat ortu, Opa. Tau deh tadi baru nyampe sekolah baru ada pengumumannya." jawab Liora sambil mengambil nasi dan lauk yang tersaji di atas meja, ia pula turut mengambilkan untuk sang Oma tercinta.
"Itu bibir Lio luka?" tanya Andina menyelidik, ia memegang dagu cucunya.
Liora menyengir, rupanya Mama atau Papanya belum mengabari Opa dan Omanya tentang kejadian kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Teen FictionLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...