Chapter 39

114 10 0
                                    

Enjoy!

Keesokan harinya, Leander sudah tiba di sekolah dan duduk menunggu gadis yang terus berputar di pikirannya. Semalam ia tak bisa tertidur karena memikirkan bagaimana cara menjauhkan Rain dari Mamanya yang abusive itu. Semalam juga ia mengirimkan pesan pada Rain, namun gadis itu tidak membaca apalagi membalas pesannya. Sekarang, ia berniat ingin bertanya langsung kepada gadis itu apakah mempunyai kerabat lain yang bisa membantu Rain jauh dari Tante Amelia, Mamanya.

Mendekati bunyi bel masuk, murid-murid berbondong-bondong masuk ke dalam kelas untuk mengikuti mata pelajaran pertama. Mata biru Leander berkeliaran mencari gadis yang selalu menggunakan hoodie itu, namun nihil hingga bel masik berbunyi dan guru datang. Batang hidung gadis itu pun tidak terlihat.

"Pagi, anak-anak. Hari ini kita akan belajar mengenai Logika Matematika, sebelumnya bapak minta doa buat teman kita Rain Ivanka yang izin sakit seminggu ini agar kembali sehat agar dapat membawa nama sekolah untuk olimpiade nasional nanti." tutur Pak Rudy membuat Leander mengernyit.

Rain nggak biasanya izin sakit selama itu, kemarin juga dia sehat-sehat aja. Apa dia dianiaya Mamanya lagi? Nggak bisa dibiarin. batin Leander cemas, ia merogoh ponselnya untuk mengirim pesan kepada Liora.

_~_

Di sisi lain, Liora yang sedang bolos pelajaran untuk makan di kantin menerima pesan dari kembarannya. Ia pun membalas pesan Leander sekaligus menenangkan laki-laki itu.

Liora rasa kembarannya memiliki perasaan pada gadis itu, karena Leander adalah tipe orang cuek, yang hanya peduli dan mau ikut campur urusan orang terdekatnya atau dianggapnya penting.

"Li! Li!" Tepukan bertubi-tubi dari Dilla membuat pikirannya teralihkan.

"Apasih?!" Liora menengok ke arah Dilla, lalu tak sengaja melihat tubuh laki-laki tinggi di belakang sahabatnya itu.

"Bolos lagi?"

Liora menyengir memperlihatkan deretan giginya, "kak Xaidan, kok masih di luar? Nggak kelas kak?"

"Saya piket hari ini, ngawasin murid-murid yang nggak masuk kelas."

"Aw!" Liora merintih karena lengannya dicubit Dilla.

"Elo sih! Kan udah gue bilang kalau bolos jangan matpel pertama ada yang piket!" bisik Dilla cukup terdengar di telinga Xaidan.

"Mau matpel pertama, matpel lain kek. Nggak boleh bolos kelas," tutur Xaidan tegas, "poin pelanggaran kalian udah banyak di ruang OSIS, lama-lama sekolah bisa tindak tegas kelakuan kalian."

Liora dan Dilla hanya saling mendorong bahu menyalahkan satu sama lain.

"Pulang sekolah ketemu saya di ruang OSIS, sekarang kalian balik ke kelas." titah Xaidan tidak ingin dibantah. Laki-laki itu pun pergi meninggalkan dua gadis itu.

Liora dan Dilla pun kembali ke kelas mereka setelah dimarahi ketua OSIS itu.

_~_

"Ini rumahnya?"

Leander mengangguk menjawab pertanyaan adiknya. Usai sekolah, kedua kembar itu langsung menuju rumah Rain untuk memastikan kondisi gadis itu. Mereka berangkat menggunakan taksi sebab supir mereka sedang libur.

Liora sendiri mangkir dari panggilan Xaidan karena bujukan Leander. Pasti ketua OSIS itu marah padanya terlebih pesan dari Dilla yang disuruh menyampaikan bahwa besok ia mendapat hukuman lain.

Leander mencoba membuka gerbang yang ternyata tidak terkunci.

"Rumah sebesar ini nggak ada penjagaan gitu?" Liora mengernyit heran sembari berjalan masuk memerhatikan sekeliling halaman rumah yang terlihat sepi.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang