Chapter 7

189 15 0
                                    

Belum direvisi dan mungkin banyak typo hehe

Enjoy!

Leander, Liora dan Alvaren berjalan menuju kelas setelah istirahat berakhir, sepanjang jalan jantung Liora berdebar karena ia ditelpon Mamanya untuk ke rumah sakit tempat Mamanya bekerja. Tak salah lagi, ia pasti akan diomeli.

Ketegangannya disadari Leander, adiknya itu suka mencari masalah. Padahal tahu pasti akan diomeli Mama mereka.

Anak laki-laki itu merangkul adiknya, "minta maaf sama Mama nanti, dan jangan jahil lagi. Mama pasti maafin kok." ucapnya menenangkan Liora.

"Makanya jangan jahil Lio," tambah  Alvare lalu mencubit gemas pipi sepupunya.

"Lean bantuin Lio biar nggak dimarahin Mama, ya?" Liora memohon dengan mata binarnya, Leander pun mengangguk.

Sesampainya mereka di kelas, mereka langsung dikerubungi anak-anak sekelas mereka.

"Liora kenalin aku Fadilla, panggil aja Dilla sekarang kita temenan ya." Seorang anak perempuan dengan rambut diikat satu menjulurkan tangannya pada Liora.

Liora menerima jabatan tangan sambil tersenyum tipis, "iya," jawabnya singkat.

"Ih Dilla! Nggak usah temenan sama dia, dia kan nakal!" serbu seorang anak berkacamata yang tadi melaporkan Liora ke Bu Hilda.

"Dia lucu kok! Keren!" puji Dilla yang disetujui serentak oleh beberapa anak.

Leander dan Alvaren mengangkat alis mereka. Ada saja yang menganggap kejahilan Liora keren.

"Ibunya bikin ngantuk, aku hampir ketiduran. Pas ibunya jatuh aku ngakak." timpal anak laki-laki sambil tertawa, anak laki-laki itu bernama Gilang.

"AAAA KECOA AAA!" Anak laki-laki itu meniru saat guru tadi terkejut membuat semua anak-anak di situ tertawa.

Liora ikut tertawa melupakan ketegangannya tadi, ia senang mendapat teman di hari pertamanya sekolah.

"Ini kenapa ngumpul-ngumpul?" tanya seorang wanita dengan seragam gurunya membuat mereka berpencar kembali ke tempat duduk.

Pembelajaran pun dimulai, kali ini Liora memperhatikan gurunya karena menurutnya Miss Raisa lebih menyenangkan dari gurunya yang sebelumnya. Tak hanya Liora, Leander juga merasakan yang sama, anak laki-laki itu aktif menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.

_÷_

Wanita berpakaian jas dokter berkalung stetoskop tampak keluar dari ruang operasi. Alrine mengelap peluhnya dengan punggung tangannya, ia baru selesai mengeluarkan serpihan kaca dari perut seorang laki-laki yang mengalami kecelakaan. Operasi yang sangat beresiko dan memerlukan kesabaran serta ketelitian begitu menguras tenaga dan mental.

Seorang perawat tergopoh-gopoh mendatanginya, "Dok, ada ibu-ibu katanya guru TK Angkasa mau ketemu."

Alrine mengangguk lalu berjalan menuju guru iti, rupanya itu guru yang diusili Liora , "udah diperiksa dokter Galih kan? Hasilnya?"

"Sudah dok, tidak ada bagian tubuh  yang terbentur parah."

Alrine menghebus nafas lega, "bagus deh. Ohiya, kalau anak-anak udah dateng bilang ke ruangan saya ya, sus." Perawat itu mengangguk lalu pamit pergi melanjutkan pekerjaannya.

Menemukan guru tersebut yang sedang duduk di sofa ruang tunggu, Alrine berjalan mendekati wanita itu.

"Bu Hilda?" tegur Alrine sopan.

Guru itu menoleh lalu berdiri memandang Alrine dari atas ke bawah. Seperti membantin "Ternyata lebih cantik kembarannya yang model itu."

Tentu saja Alreni terlihat cantik karena berdandan sesuai pekerjaannya sebagai model sedangkan Alrine lebih suka lebih natural dengan pakaian santai yang menurutnya nyaman.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang