Chapter 10

195 15 0
                                    

Votes comments jangan lupa:*

Enjoy!

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Begitu pula dengan umur yang terus bertambah. Kini si kembar Leander dan Liora akan menduduki bangku SMA. Tentunya selagi mendiskusikan dimana sekolah tingkat atas yang akan menjadi tempat mereka menempuh pendidikan, sudah menjadi kebiasaan ada perdebatan sengit di dalamnya.

"Masa SMA Angkasa lagi, sih, Lean. Nggak bosen apa?" Seorang gadis merengek pada saudara kembarnya.

Leander mengangkat bahu tak peduli, karena ia betah-betah saja bersekolah di sekolah milik Pamannya. Sudah gedung bagus, kualitas terbaik, teman-teman dan sepupunya juga banyak disitu. Berbanding terbalik dengan saudarinya, Liora bagaikan ratu rimba yang ditakuti seluruh siswa. Teman-temannya saja dapat dihitung satu jempol yang sefrekuensi dengan dirinya.

"Sekolah aja apa susahnya sih, kan sekolah buat belajar," ucap sang kepala keluarga.

"Eits, Papa keliru." Liora menyela, "sekolah itu bukan cuma belajar, Pah. Kan harus ada seneng-senengnya juga, masa belajar, belajar, belajar. Yang ada gangguan mental semua anak-anaknya."

"Eh Lio, jangan menyela orangtua kalo lagi ngomong!" tegur Alrine datang membawa sepiring ayam goreng.

"Hehe, maaf, Pah." cengir Liora pada Papanya.

Lionel mengangguk, "Kalo mau, pindah nggak apa-apa. Tapi kamu sendiri. Jangan paksain keinginan Lean."

Liora berpikir sejenak, memang pindah dari sekolah Angkasa adalah kemauannya sejak SMP. Tapi, dia belum pernah berpisah dengan kembarannya. Semoga keputusannya kali ini benar.

"Lean nggak papa SMA Angkasa aja, Lio juga sekolah bareng Dilla." ucapnya mantap.

Ingat Fadilla? Teman perempuan pertamanya sejak TK, mempunyai kegemaran yang sama membuat Liora dan Fadilla yang kerap dipanggil Dilla menjadi cocok hingga bersahabat sampai sekarang.

"Lean gimana?" tanya Alrine, ia tahu dalam lubuk hati anak sulungnya itu. Leander tak mau berpisah dengan kembarannya.

Leander menggendikan bahunya, "nggak papa kok, kalo Lio mau pindah. Kan di rumah masih bisa ketemu."

"Bener banget, jangan kangen Lio ya!" sorak Liora disertai kecupan pada pipi kembarannya itu.

Lionel menggeleng-geleng melihat tingkah anak gadisnya, "Emangnya kamu mau pindah sekolah mana?"

"SMA Negeri 45," jawab Liora ringan membuat Papanya hampir tersedak tulang ayam.

"Sekolah itu kan suka tawuran, dari sejak Papa SMA anak 45 suka rusakin gerbang sekolah. Kamu ada-ada aja."

"Ih papa cuma lihat dari sisi negatifnya aja sih, padahal sekolah negeri itu enak, Pah. Makanan kantin enak, murah, murid nggak milih-milih temen, anak-anak sana juga nggak kenal Lio jadi bisa dapet temen banyak, boleh ya, Papa?" bujuk Liora sambil mengeluarkan jurus pamungkas yaitu puppy eyes miliknya.

Lionel menghela nafas ia mengangkat tangan menyerah dan meminta bantuan Alrine, "Mah? Gimana anaknya?"

"Boleh, dengan tiga syarat. Satu, jangan buat ulah, dua Mama nggak mau ada panggilan dari guru BK, tiga nilai nggak boleh menurun. Setuju?"

Liora berdiri dan hormat bagaikan pemimpin upacara. Wajahnya berseri telah berhasil membujuk Papa dan Mamanya.

"Siap, laksanakan."

_÷_

Satu minggu lagi libur akan usai, dan si kembar akan bersekolah di sekolah yang berbeda, semua perlengkapan sekolah sudah siap tinggal menghabiskan hari-hari terakhir liburan mereka.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang