Double up biar yg gak 'tahan' baca chapter sebelumnya bisa skip ke chapter ini
Enjoy!
"Mama udah tahu semuanya," ucap Alrine pada kedua anaknya yang duduk di depannya. Setelah Devano mengungkap semua rencana Amelia, ia bisa membenarkan firasatnya selama ini.
Kecurigaan Alrine bertambah sejak menyadari keanehan dalam penculikan anak kembarnya, membuatnya memperketat pengawasan kepada Leander dan Liora, untung saja ketika menerima laporan bahwa Liora dijebak dari anak buahnya Alrine dan Lionel segera menyusul putrinya.
"Kalian nggak perlu takut menyimpan rahasia lagi,"
Leander menunduk mendengar ucapan Mamanya, "Maaf, Ma. Lean Lion nggak berniat berbohong selama ini, kami dipaksa tutup mulut agar Lio mendapat obat dari... suntikan itu."
"Emang apa efek dari suntikan itu?" Lionel bertanya masih berusaha memproses semua informasi yang diceritakan istrinya tadi.
"Kata dokter, itu berisi bakteri Staph. Bisa membuat daya tahan tubuh Lio lemah, sampai bisa sakit-sakitan," Leander berusaha menjelaskan, "tapi terakhir kemarin kami check up, Lio mulai membaik dengan obat-obatan dari dokter." tambahnya cepat.
Alrine berdiri menghampiri mereka dan duduk di tengah kedua anaknya. Tangannya mendekap mereka erat, ia tak menyangka kedua anaknya harus ikut menanggung dosa masa lalu Sierra.
"Maafkan Mama. Kalian nggak seharusnya menghadapi ini."
_~_
Satu hari yang berat mulai berakhir, Leander menemani adiknya tidur. Ia memperhatikan mata sembab Liora yang dari tadi siang mengeluarkan air mata.
Di luar kamar, Leander mendengar pertengkaran antara kedua orangtuanya. Ia memilih memutar lagu dari ponselnya dengan volume sedang, agar Liora tidak terbangun.
Adiknya sudah cukup melalui banyak hal yang dapat mengganggu mentalnya di masa mudanya, Leander takut Liora trauma. Ia tidak ingin kehilangan senyum ceria gadis itu, ia tidak ingin melihat adiknya sedih lagi. Cukup untuk hari ini saja, jangan berlarut-larut.
"I promise, i'll do anything, to make you happy. I always gonna be with you at your worst, love you, sis." janjinya lalu mengecup dahi Liora lembut. Ia lalu membaringkan tubuhnya tidur di samping adiknya.
_~_
"Terus aku harus apa, Leo?!" Alrine membungkam wajahnya frustasi.
"Kita nggak bisa selamanya begini, Rin! Oke, aku nggak bakal minta Sierra pergi lagi. Tapi tolong, hentikan dan tinggalkan semua pekerjaan itu!"
"Itu nggak semudah yang kamu pikirin, Leo! Kamu ingat yang terjadi 17 tahun lalu? Nggak cuma keluarga kita yang kena imbasnya, seluruh keluarga besar akan diincar mereka!" Alrine terduduk memijit kepalanya yang terasa pening, ingatannya berputar ke masa lalu saat Damian membahayakan anggota keluarganya.
Lionel duduk di samping istrinya, ia sama frustasinya. Permasalahan keluarganya terlalu rumit dan tak ada habisnya.
Alrine memijit pangkal hidungnya berpikir, otaknya memberikan ide terkait suatu hal yang sulit namun dapat mengakhiri permasalahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Fiksi RemajaLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...