Chapter 59

76 6 0
                                    

Enjoy!

Di bawah kegelapan langit malam dan pepohonan lebat, terdapat beberapa remaja sedang melaksanakan sebuah kegiatan bernama "Jurit Malam", seperti yang sudah dijelaskan oleh panitia perkemahan sebelumnya.

"Aw! Lo jangan nginjek kaki gue dong!" omel Cindy pada temannya di belakang.

"Sorry gue nggak bisa lihat," balas temannya dengan mata tertutup.

Kesepuluh murid itu berjalan saling berpegang pundak dengan Rama di depan memimpin jalan dengan mata tanpa tutupan, di belakang Rama ada Gilang, selanjutnya Dilla lalu Liora kemudian Cindy dan empat temannya juga satu siswa laki-laki di paling belakang.

"Lo pada jangan toa bisa nggak?" bisik Liora kesal. Meskipun perkebunan milik Opanya tidak ada binatang buasnya, tetap saja tidak baik bila malam-malam ada yang mengganggu ketenangan penghuni kebun yang dipenuhi pepohonan pinus.

"Santai aja kali, namanya juga refleks." bisik Cindy ketus.

"Li! Ini kebun gede kan yang punya keluarga lo, ada binatang buas atau hantu-hantunya nggak?" tanya teman Cindy dari belakang.

Liora tersenyum jahil mendapati ide berlian di otaknya, "binatang buas nggak ada, sih, tapi Opa gue sering cerita katanya ada sosok kuntilanak merah yang sering muncul." bisiknya dengan nada pura-pura takut. Karena hening, bisikannya itu didengar oleh seluruh anggota kelompok, "matanya merah, rambutnya panjang, wajahnya pucat."

"Hah serius lo? Ihh serem!" rengek teman Cindy.

"Gue mau balik, nggak kuat!" tambah teman Cindy yang lain.

"C-cemen banget sih kalian!" omel Cindy meskipun bulu kuduknya ikut berdiri.

Liora menahan tawanya, dari suara saja ia tahu Cindy sedang ketakutan.

"Ram, masih jauh nggak?" tanya Dilla mulai lelah, rasanya ia lebih baik berjalan jauh dengan mata terbuka daripada tertutup yang tak tahu kapan sampainya.

Rama menggaruk kepalanya bingung dengan peta rute yang diberikan,
"kayaknya kita pernah lewat pohon ini deh."

"Yang bener?!" panik Dilla meninggi.

Krek

Liora menutup mulut sahabatnya, "diem, ada orang di semak-semak." Jantungnya berdebar-debar waspada, sepengetahuannya pembina mereka hanya mengawasi dari jauh, jadi hanya mereka saja yang berjalan berbarisan.

Tidak mungkin ada orang di semak-semak.

"Mungkin kelinci," bisik Gilang menenangkan gadis-gadis dibelakangnya.

Krek

Suasana menjadi hening, kesepuluh remaja itu mematung mendengar suara dari semak-semak lagi.

Karena hanya Rama yang tidak menggunakan penutup mata, ia pun memberanikan diri untuk melihat ke arah semak-semak. Betapa terkejutnya ia melihat sosok pria besar berjubah hitam berdiri dan hilang sekejap dibalik pohon.

"AAA SETAN!" teriak Rama membuat yang lain berteriak dan lari terbirit-birit termasuk Cindy dan teman-temannya.

"Eh! Kok pada kabur?" Liora panik karena ia mendengar teriakan teman-temannya menjauh. Ia pun membuka penutup matanya dan menoleh ke arah semak tadi.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang