Chapter 31

115 9 0
                                    

Enjoy!

"Kak Echa!" panggil Liora yang baru tiba dengan ojeknya. Setelah membayar, ia segera menghampiri gadis berumur 19 tahun yang sudah ia anggap kakak perempuan.

Resya menoleh ke arah Liora dengan wajah sembabnya, ia memeluk erat gadis yang lebih kecil darinya. Meluapkan semua tangisannya pada bahu gadis itu.

"Li, kakak nggak tahu lagi mau ngomong sama siapa." ucapnya di sela tangisannya.

Liora yang tidak tahu apa yang terjadi, hanya mengelus bahu Resya menenangkan gadis itu.

"Cerita dulu, kak Echa kenapa?"

Resya mengusap air matanya, "pacar kakak, Jackson. Dia..." ia menggantungkan kata-katanya, kejadian beberapa saat lalu membuat hatinya perih.

Tangan Liora menggenggam tangan Resya dan mata coklat nan tajamnya menatap gadis di depannya intens, "Kak Echa diapain sama dia?"

Emosinya mulai naik melihat kakak perempuannya menangis, seumur hidup ia tak pernah melihat Resya sedih. Resya yang ia kenal adalah Resya yang selalu ceria meskipun tak se-ekstrovert dirinya. Entah apa yang diperbuat pacar kakaknya itu sehingga membuat Resya menangis sehisteris ini.

Tatapan Liora membuat Resya akhirnya bercerita, "Kakak disuruh berhubungan badan sama dia," tuturnya sesegukan, mata Liora membulat mendengar cerita Resya, "aku langsung nolak, tapi dia ngancem bakal nyebarin tuduhan kakak yang mengajak dia berbuat hal najis kayak gitu. Secara teman-teman dia lebih banyak yang percaya dia dari kakak."

Liora mengepalkan tangannya yang bebas, ia pun berdiri, "Dimana si bangsat itu, Kak?"

Resya terkejut mengusap air matanya, "Emang kamu mau ngapain?"

"Mau ku kasih pelajaran," jawab Liora serius. Resya pun menjitak dahi adiknya, membuat Liora mengaduh.

"Lio kira dia anak SMA? Dia udah mau lulus, badannya aja lebih gede dari kak Echa apalagi kamu!" omel Resya tak habis pikir dengan pikiran bar-bar gadis di depannya, "belum lagi temen-temennya."

Timpalan akhir Resya membuat alis Liora terangkat, ia pun mengambil ponselnya dari sakunya dan menghubungi kontak seseorang.

"Woi, Ram, dimana lo?" tanya Liora setelah orang di seberang mengangkat teleponnya, "bisa kalian ke sini? Univ *****. Urgent. Oke gue tunggu."

"Mau ngapain?" tanya Resya sekali lagi, dadanya sendiri sudah berdebar karena suara Liora sedang tak dalam mode santainya.

"Dia biasa dimana, kak?" tanya Liora memaksa tanpa menjawab pertanyaan Resya.

"Cafe punya bokapnya deket kampus, dia sama temen-temennya suka ngumpul di situ," jawab Resya pasrah. Ia tak tahu apa yang akan dilakukan Liora, tapi sepengetahuannya gadis itu suka mencari masalah.

_÷_

"Woy, Li!" panggil seseorang dengan keras dari depan gerbang kampus membuat Liora dan Resya langsung menoleh.

Rama datang dengan motornya membonceng Bobby bersama Gilang dan belasan teman-temannya. Satpam kampus pun menghampiri para remaja yang masih berpakaian seragam SMA.

"Kalian mau apa ke sini?" tanya satpam itu.

"Mau jemput temen, Pak," jawab Rama sopan, "tuh, di sana!"

Satpam mengernyit bingung, jemput teman kok bisa kayak mau tawuran begitu.

Liora dan Resya mendatangi mereka, Liora mengajak Rama dan teman-temannya agak menjauh dari gerbang kampus agar tidak menimbulkan keributan.

P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang