Enjoy!
Alarm ponsel Liora berbunyi kencang membangunkan semua orang di kamarnya. Karena hari libur, saudara-saudaranya dari sisi Opanya memutuskan untuk menginap di rumah kembar. Mereka baru tertidur pukul 2 pagi tadi sebab menghabiskan waktu untuk bermain
"Woi alarm siapa tuh!" seru Alvaren setengah sadar.
"Lio matiin alarmnya!" tambah Leander menepuk-nepuk tubuh Liora mengingat suara alarm adiknya.
Liora berdecak bangun dengan muka bantalnya untuk mematikan alarm, ia mengucek matanya ketika mengingat alasannya memasang alarm.
Ia menggoyangkan tubuh kakaknya lalu berbisik tepat pada telinga Leander, "Bangun, kita harus ke rumah sakit."
Leander pun ikut bangun dari ranjang, lalu berjalan malas menuju kamarnya. Sedangkan Liora mengendap-ngendap mengambil bajunya di lemari tanpa membangunkan saudara-saudaranya yang tidur melantai.
_~_
"Hasil pemeriksaan hari ini cukup baik, obat-obat yang diberikan beberapa hari lalu berpengaruh baik pada tubuh kamu, dengan bantuan antibiotik yang rutin diminum akan membantu sel-sel darah putih untuk melawan efek samping bakteri itu." Dokter menjelaskan kabar baik itu kepada dua remaja itu.
Leander dan Liora tersenyum senang mendengar penjelasan dokter.
"Tapi tetep nggak boleh lengah ya, jangan lupa minum obat, hidup sehat, dan nggak boleh kecapean. Fisik kamu harus kuat agar bisa mempercepat matinya bakteri itu."
Liora mengangguk, "siap, Dok."
"Oke, saya tambahkan resep yang sama, check up selanjutnya bisa 2 minggu lagi," Dokter memberikan lembar kertas berisi resep, "lekas sembuh ya!"
Leander dan Liora berucap terima kasih lalu pamit dari ruangan dokter.
"Bagus deh, artinya Lio bisa sembuh." ucap Leander menoel hidung adiknya.
"Semoga aja, kita nggak butuh penawar itu nanti. Biar nenek sihir itu nggak bisa lagi ngancem kita." ucap Liora berapi-api, keyakinannya bertambah untuk mengalahkan kelicikan Amelia.
"Yaudah yuk, kita beli pizza buat yang lain," Leander merangkul adiknya berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.
Tanpa mereka sadari lagi, seseorang yang duduk di dekat kedua remaja itu mendengar perbincangan mereka.
_~_
"Ini nggak boleh terjadi! Bagaimana anak itu bisa membaik dengan cepat?!"
Sebuah vas bunga melayang dan hancur menabrak dinding. Amarah Amelia memuncak dan melempar barang-barang yang lain di kamarnya.
"DEVANO!" panggil Amelia pada putranya. Yang dipanggil pun masuk dengan menunduk takut.
Amelia mendekati anaknya itu dan membisikkan rencana yang lain.
Wajah Devano memucat mendengar rencana Mamanya, "Mama yakin?" tanyanya ragu dan ingin menolak, namun melihat ekspresi tak ingin dibantah wanita itu. Devano tidak bisa menolak.
_~_
Kembar kembali ke rumahnya setelah pulang dari rumah sakit, sesampainya mereka seluruh anggota keluarga menatap mereka heran.
"Kalian darimana?" tanya Alvaren bingung sebab kedua sepupunya itu sudah pergi dari pagi dan pulang hampir tengah hari.
"Ini tadi Lean nemenin gue ke sekolah gue, ada urusan sama guru," bohong Liora berusaha menormalkan jantungnya, karena ancaman Amelia, ia jadi lebih sering berpura-pura kepada keluarganya, "pulang sekolah kita singgah ke restoran, beli ini," tunjuknya ke arah dus-dusa pizza yang dipegang Leander.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.S Don't Tell Anyone [HIATUS]
Ficção AdolescenteLeander dan Liora Antares adalah kembar dengan sifat yang bertolak belakang. Putra-putri dari keluarga kaya, dikelilingi oleh orangtua serta keluarga besar yang menyayangi mereka, tampak sempurna bagi orang yang melihat. Sedikit yang tahu termasuk m...