51 ~ Éénenvijftig

380 28 1
                                    

Hening malam dengan langit bertaburan seribu bintang menjadi sahabat Melfa. Apa yang sedang dirasakannya sangat selaras dengan langit malam. Terlihat indah dengan bintang, sangat tenang, namun gelap.

Malam ini Melfa mengajak Kayla ke taman yang berada tepat di samping rumahnya. Duduk di atas rumput dengan suasana taman yang sepi. Melihat kaca kamar Melfa yang biasanya digunakan oleh gadis itu melihat taman ini.

"Kak Melfa, Kayla kalo tinggi bisa ambil bintang itu nggak, ya?" tanya Kayla polos sembari menunjuk bintang-bintang di langit.

"Bisa mungkin. Emang kalo Kayla ambil bintang itu mau buat apa?" Melfa mengulurkan tangannya untuk mengusap pipi gembul adik kecilnya.

"Kayla pengen kasih Kak Melfa, biar Kak Melfa seneng kalo malem tidur ditemenin bintang," jawab Kayla dengan senyum cerianya.

Mendengar penuturan adiknya, Melfa tersenyum bahagia. Senang memiliki adik seperti Kayla. Meskipun masih kecil, dia selalu tahu bagaimana cara untuk menghibur kakaknya saat sedang sedih.

"Kak Melfa! Ada bintang jatuh, Kayla habis liat!!" seru Kayla tiba-tiba. Bahkan gadis kecil itu sampai berdiri dan melompat-lompat kegirangan.

"Mana? Kak Melfa nggak liat tuh," Melfa celingukan melihat langit dengan lautan bintang itu.

"Itu tadi ada. Kayla liat jatuh syuuu gitu," sahut Kayla dengan tangannya yang mempraktikkan bagaimana bintang jatuh yang dia lihat.

"Yaudah, sekarang make a wish dulu. Berdoa, minta apa yang Kayla mau," ucap Melfa lembut. Kayla mengangguk antusias.

Keduanya saling menunduk, memejamkan mata. Meminta apa yang mereka harapkan dan inginkan agar terkabul. Semua yang diinginkan selama ini mereka ungkapkan.

Semoga Melfa bisa lewatin semua masalah ini. Melfa berharap Diven bahagia dengan jalannya. Apapun itu pilihannya, semoga Diven selalu merasakan kebahagiaan, Melfa mengungkapkan apa yang ia inginkan di dalam hati.

Setelah itu dia membuka mata, menoleh pada Kayla yang ternyata juga sudah selesai dengan make a wish-nya. Jujur saja Melfa sangat penasaran apa yang diharapkan oleh Kayla.

"Kayla make a wish-nya gimana?" tanya Melfa.

"Semoga Papa, Mama, Kak Melfa, dan Kayla sehat terus," jawab Kayla lugu.

"Cuma itu?" tanya Melfa lagi, merasa belum puas.

"Ada satu lagi, semoga Kayla bisa cepet-cepet ketemu Kakak ganteng. Soalnya Kayla udah kangen," ungkap Kayla yang berhasil membungkam Melfa.

Lagi-lagi senyum manis namun palsu itu ia tampakkan. Mungkin harapan Kayla yang satu ini tidak akan terwujud, karena Melfa sudah tidak ada hubungannya lagi dengan Diven.

*****

Di sebuah sudut kafe dengan gaya lawas, tiga orang pria dengan style-nya yang memikat mata kaum hawa tengah berbincang secara jantan. Mereka tak sekalipun bertingkah menggoda wanita, namun banyak sekali yang tergoda.

Mereka adalah Ray, Tian, dan Zico. Ray dan Tian sudah merencanakan untuk bertemu Zico di tempat ini, namun tidak untuk mengajak Diven, Yosha, Yoshi, dan Andra meskipun mereka sepakat bekerja sama.

Ada alasan mengapa mereka tak mengajak empat orang itu. Pertama, mereka tahu Diven sudah banyak beban, jadi tak mungkin untuk mengajaknya. Kedua, Yosha dan Yoshi kerap beradu mulut sehingga akan menyusahkan. Ketiga, Andra tidak mengerti apapun.

"Kenapa? Kayaknya ada hal penting banget liat ekspresi kalian yang kayak gitu," ujar Zico sambil memotong steak-nya dan memasukkannya ke mulut.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang