Hari ini menjadi hari yang sangat berarti berarti bagi SMA BW. Semua warga sekolah sedang bersenang-senang merayakan hari jadi SMA BW yang ke 42 tahun sekaligus sebagai penyegaran bagi siswa SMA BW setelah ujian kenaikan kelas.
Di lapangan terdapat sebuah panggung utama dan di sekitarnya dikelilingi oleh stand-stand per kelas yang memamerkan hasil karyanya serta menjual makanan atau souvenir.
Acara tahun ini bertema dandelion, karena nama SMA BW yang terus merekah dan bisa terbang tinggi seperti bunga dandelion. Serta para siswa mengenakan kaos khusus acara ini yang berwarna seperti dandelion putih.
"Mel, ini takarannya udah bener belum sih? Gue takut salah, entar yang ada malah ngerugiin kelas," Nesya mencolek Melfa yang tengah menyiapkan beberapa cup.
"Tambahin dikit lagi, takutnya nanti nggak manis," sahut Melfa setelah melihat cup yang dibawa Nesya.
Kelas XI IPS 2 dibagi atas tiga kelompok, yaitu kelompok pentas, pameran, dan usaha. Melfa dan Nesya lebih memilih andil dalam kelompok usaha yang menjual minuman di stand mereka.
Melfa membawa nampan dengan beberapa cup minuman di atasnya. Dia bermaksud untuk memberikan pada teman-temannya yang ada di stand pameran. Kasihan karena mereka pasti haus.
"Buat kita nih, Mel?" sambut Qilla dengan mata berbinar saat melihat Melfa masuk ke dalam stand pameran. Gadis itu mengangguk kecil dan meletakkannya di sebuah meja.
"Pas nih kita udah haus banget. Kalian bisa ambil minuman yang Melfa bawa nih, guys!!" seru Vanes memberitahu yang lain.
Tak perlu menunggu lama beberapa cup minuman itu sudah habis diserbu teman-temannya. Melfa tersenyum senang, bahagia karena usahanya sangat dihargai.
"MEL! KOK GUE NGGAK DIKASIH MINUM?!"
Di seberang stand pameran kelas XI IPS 2 ada Yoshi berteriak dari depan stand kelasnya. Iri karena dia tak diberi minum oleh Melfa.
"Kalo mau, beli aja di stand usaha kelas kita, tuh! Minta aja Melfa yang buat biar serasa dikasih bukan beli," sahut Qilla diiringi kekehannya.
"Gue maunya gratis, itu mah sama aja bayar, dugong!" balas Yoshi dengan bersungut-sungut.
"Nggak bisa gratis, nanti kitanya juga rugi," Melfa menambahi dengan cengiran kudanya.
Sesekali Melfa melirik Qilla, gadis itu terlihat baik-baik saja meskipun di seberang sana juga ada Yosha. Mungkin gadis itu perlahan mulai merelakan Yosha, karena dia juga tidak terlalu memaksa Melfa dan De Knapste lagi untuk mengetahui siapa selingkuhan Yosha.
Syukurlah, seenggaknya lo bisa lebih tenang dan nggak bergantung sama Yosha, Qil, batin Melfa.
"Yang jaga stand pameran kelas lo siapa aja, Yos?" tanya Vanes yang ikut keluar ke depan stand kelas mereka.
"Bilang aja mau nyariin Diven!!" balas Yosha dan Yoshi bersamaan. Membuat keduanya pun saling melihat satu sama lain.
"Kok lo ngikutin gue?" tanya Yoshi pada kembarannya.
"Siapa yang ngikutin lo?"
"Itu tadi apa?"
"Nama gue kan pake Yos juga, berarti salah Vanes dong," Yosha menyalahkan Vanes yang membuat mereka berdebat.
Sebenarnya betul juga sih, nama mereka berdua kan hanya beda satu huruf di belakangnya saja. Bisa dibilang memang ini salah Vanes.
"RAY!" teriak Melfa dengan wajah gembiranya serta tangannya yang melambai pada seorang pria di dalam stand pameran kelas XI MIPA 1.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...