Riuh ramai teriakan para siswa kelas XI MIPA 1 memenuhi ruangan. Jangan ditanyakan lagi, sekarang waktunya istirahat, sudah pasti kelas ini akan ramai bak pasar. Seakan mereka telah lupa bahwa mereka adalah golongan siswa tercerdas di SMA BW.
Di meja guru, ada beberapa siswi yang berbincang sambil sesekali melihat ke layar ponsel mereka. Di bagian belakang kelas, para siswa laki-laki tengah bermain bola. Banyak juga siswi yang protes dan berteriak karena bola itu mengenai kepalanya.
Di bangkunya, Ray hanya diam melihat kelakuan teman sekelasnya. Bisa dibilang hanya dia yang normal di kelas ini. Pemikirannya sesuai dengan pemikiran manusia berumur 17 tahun. Tidak seperti teman-temannya yang hanya fisiknya berumur 17 tahun tapi kelakuannya seperti anak 5 tahun.
Diliriknya Andra yang tengah sibuk dengan ponselnya. Kini pria itu yang menjadi teman sebangkunya. Sejak Andra pindah ke SMA BW, Ray meminta Aldy untuk pindah duduk di belakangnya. Jahat memang, tapi Aldy tetap menurutinya meski sempat menolak.
"What the hell?!! Ini akun instagram sekolah lagi nge-prank atau di-hack orang, sih?!" teriak Andra tiba-tiba. Raut wajahnya terlihat antara terkejut dan kebingungan.
Ray yang duduk di sampingnya langsung memberikan tatapan mautnya karena merasa ketenangannya terganggu. Sepertinya bukan hanya Ray yang terganggu, karena semua siswa kelas XI MIPA 1 telah melihat ke arah Andra dengan tatapan yang beragam.
"Lo tuh emang dasar pengganggu, ya. Pertama lo ganggu pertemanan gue sama Ray, kedua lo ganggu ketenangan sekelas!" Aldy menggetok kepala Andra menggunakan botol minumnya.
Bukannya Aldy jahat ya, tapi dia tuh masih ada rasa kesal pada Andra. Bayangkan saja, selama ini tuh dia sudah sering mendapat perlakuan dingin dari Ray. Lalu datanglah Andra yang semakin membuat Ray dingin padanya dan bahkan sampai mengusirnya untuk pindah tempat duduk.
"Ah, bodo amat! Liat dulu nih, masa instagram sekolah post foto Melfa sama Diven lagi di parkiran sekolah," sahut Andra tanpa peduli ucapan Aldy yang bisa dibilang cukup nyelekit.
"Cuma foto apa bagusnya?" yanya Ray yang terlihat tak tertarik. Lagipula kan benar, hanya foto dan tidak ada yang aneh. Kalau Melfa disiksa, baru dia kaget.
"Ck. Makanya baca caption-nya, dijamin deh bikin lo kesel," Andra menyodorkan ponselnya tepat di depan muka Ray. Tak mau ketinggalan, Aldy ikut melihatnya.
Di layar benda pipih itu menampilkan akun instagram SMA BW. Bukan akun official dari sekolah sih, tapi official dari siswa. Akun khusus untuk update tentang SMA BW atau hal-hal yang berbau dengan siswa famous di sekolah. Sebelas dua belas dengan lambe turah lah.
"TADI PAGI SI TAMPAN KEBANGGAAN KITA, KETUA DE KNAPSTE, CUCU MR. VANDENBERG, DIVEN, NEMBAK MELFA ANAK KELAS XI IPS 2 DI PARKIRAN SEKOLAH. DAN MEREKA TELAH RESMI PACARAN!!!" Aldy membaca dengan volume tinggi hingga membuat seisi kelas terkejut.
Mereka dengan cepat membuka ponsel dan masuk ke instagram untuk memeriksa update terbaru dari akun lambe turah SMA BW. Tak bisa dipungkiri, ekspresi mereka terlihat sangat terkejut seperti Aldy.
Rahang Ray mengeras melihat foto dan caption yang ada di bawahnya. Bukan ia cemburu, tapi karena ia tahu ini bukan kemauan Melfa. Pasti pria itu lah yang memaksa Melfa sampai beritanya tersebar seperti ini.
Di tempat duduknya, De Knapste yang mulai menyadari topik perbincangan semua siswa adalah ketuanya sendiri langsung melihat ke arah Diven. Namun sang tokoh utama kini malah terlihat sangat santai.
Bahkan saat Ray telah tiba di hadapannya dengan wajahnya yang amat garang, tatapan tajam yang begitu menusuk mata Diven, pria itu tetap santai. Lalu dengan beraninya ia berdiri menghadap Ray dan mengembangkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...