56 ~ Zesenvijftig

456 35 16
                                    

Dengan berbekal alamat yang diberikan oleh pekerja di rumah Diven, De Knapste bersama dengan Aurel telah tiba di rumah Kakek Hendra. Tujuan mereka ke sini untuk menanyakan di mana keberadaan Ria.

Awalnya sulit bagi mereka untuk membawa Aurel karena gadis itu menolak dan sudah tahu bahwa ujung-ujungnya dia akan dipertemukan dengan Ria. Pastinya semua kebohongannya selama ini akan terbongkar.

"Kamu teman-temannya Diven, kan? Kenapa bawa istri cucu saya juga?" tanya Kakek Hendra saat melihat Tian, Yosha, dan Yoshi bersama dengan Aurel.

"Kek, tolongin Aurel! Mereka maksa Aurel terus, padahal mereka tau Aurel lagi hamil anak Diven," Aurel menangis meminta pertolongan Kakek Hendra.

Melihat istri cucu kesayangannya diperlakukan seperti itu, Kakek Hendra terlihat marah. Beliau mengambil alih Aurel dari tiga pria itu.

"Jangan sekali-kali sakitin istri cucu saya, apalagi dia sedang mengandung. Katanya teman Diven, kok berbuat seperti ini pada istrinya," ujar Kakek Hendra yang memandang sebelah mata pada mereka bertiga.

"Kenapa Diven nggak ada?" tanya Kakek Hendra pada Aurel.

Ketiga pria itu saling melihat satu sama lain. Ternyata Kakek Hendra tidak tahu menahu sedikit pun tentang Diven yang sudah dibawa ke Belanda oleh Mr. Vandenberg.

Bertepatan dengan itu, sebuah taksi berhenti di depan rumah Kakek Hendra. Seorang gadis mengenakan celana jeans, kaos putih, dan cardigan pink turun dari taksi.

Gadis itu terlihat sangat terkejut saat melihat keberadaan Tian, Yosha, dan Yoshi serta dengan Aurel yang berdiri di samping Kakek Hendra.

"Ria! Tolong bawa Aurel masuk. Jangan sampai dia bertemu tiga pria ini lagi. Bisa-bisa nanti membahayakan calon anak Diven," perintah Kakek Hendra pada Ria. Beliau masih terlihat marah pada tiga pria itu.

Mata Ria menemukan sebuah motor yang sangat ia kenal terparkir di garasi. Perlahan Ria melangkah menghampiri Aurel tanpa melihat ke arah Yosha sedikit pun.

"Dedek bayi sehat-sehat, ya. Itu ayah kamu ada di dalem," ujar Ria sembari mengusap-usap perut Aurel dengan lembut. Membuat gadis itu menegang di tempatnya.

"Diven nggak ikut ke sini, Ria," Kakek Hendra membenarkan Ria yang sepertinya salah bicara.

"Erfan!!" teriak gadis itu tiba-tiba. Tian, Yosha, dan Yoshi semakin dibuat bingung. Kenapa gadis itu memanggil Erfan dari sini?

Tak lama Erfan keluar dengan balutan celana santai dan kaos hitam. Wajahnya menunjukkan keterkejutannya saat melihat De Knapste dan Aurel ada bersama dengan Ria dan Kakek Hendra.

"Gue udah capek nutupin ini semua. Gue juga ngerasa bersalah sama Diven yang nggak tau apa-apa," ujar Ria dengan santai.

"Kek, bayinya Aurel emang cucu Kakek. Tapi bukan anak Diven, melainkan anak Erfan. Mereka berdua sengaja fitnah Diven," ungkap Ria pada Kakek Hendra.

Kakek Hendra terlihat sangat terkejut. Beliau sampai memegang dada kirinya yang terasa sakit karena beliau memiliki sakit jantung.

Sementara itu, Tian, Yosha, dan Yoshi hanya berdiri diam mencerna setiap ucapan Ria. Ternyata Erfan adalah saudara Diven, namun Diven tak pernah memberitahu mereka.

"Kenapa kamu berbuat seperti itu pada sepupu kamu sendiri?! Kamu membiarkan Diven menikahi gadis yang hamil karena ulah kamu!" bentak Kakek Hendra kelewat murka.

"Kamu juga! Perempuan macam apa kamu ini?! Tidak tahu malu sama sekali!" kini gantian Aurel yang dimarahi oleh Kakek Hendra.

"Maaf, Kek. Erfan tau kalo Erfan sa--,"

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang