Lagi-lagi hari ini beredar gosip bahwa Diven sudah mulai masuk sekolah. Namun mereka semua mengganti kata 'pengantin baru' dengan kata 'ketua De Knapste'. Dari sini kita tahu bahwa nama baik Diven telah kembali karena terbukti bukan dia yang menghamili Aurel.
Mendengar gosip kali ini, Melfa tak lagi berniat mendekam di kelasnya seperti saat itu. Bahkan sekarang dirinya sudah duduk manis di kantin bersama Qilla, Vanes, dan Nesya dengan seporsi nasi goreng di depannya.
"Diven nggak ada ngabarin lo kalo hari ini dia udah masuk sekolah, Mel?" tanya Qilla. Tangannya menyuapkan sesendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.
Dengan cepat Melfa menggelengkan kepala. Tak membuka mulutnya sedikit pun karena masih mengunyah nasi goreng. Oke, dia masih ingat peraturan yang diberikan Raffa untuk tidak berbicara saat makan.
"Dulu waktu pacaran sama lo Diven kayak gitu nggak sih, Van?" kini giliran Nesya yang bertanya pada Vanes. Merasa tertarik, Melfa benar-benar memperhatikan Vanes.
"Enggak," jawab Vanes yang berhasil membuat Melfa tersedak nasi gorengnya. Cepat-cepat Qilla memberikan minumnya dan menepuk punggung Melfa agar gadis itu lega.
"Pelan-pelan dong, Mel. Untung nggak sampe mati," canda Qilla. Langsung saja Melfa memberikan tatapan sengitnya pada gadis itu.
Sementara itu, Vanes terkekeh geli melihat Melfa. Dia tahu Melfa merasa iri dan cemburu, makanya sampai tersedak oleh makanannya sendiri. Padahal Vanes belum selesai berbicara.
"Malahan Diven tuh nggak pernah chat kalo bukan gue duluan yang chat dia. Itu pun balesannya singkat-singkat dan selalu alesan pergi mulu," ungkap Vanes yang lebih cenderung seperti mengadu.
"Kalo udah bawaan dari sananya bangsat mau diapain lagi?" celetuk Qilla. Tangan Melfa terulur untuk mencubit lengan gadis itu, membuatnya mengaduh kesakitan.
"Apa sih, Mel?!" protes Qilla seraya mengusap lengannya yang perih. "Nggak boleh ngomong kasar, Qilla itu cewek!" peringat Melfa sambil menggoyangkan jari telunjuknya.
Baru saja Qilla hendak membalas Melfa, seisi kantin sudah sangat ricuh. Membuat perhatian gadis itu teralih. Begitu pula dengan Melfa, Vanes, dan Nesya yang bertanya-tanya mengapa kantin yang tadinya sudah ricuh menjadi lebih ricuh dan ramai.
Pertanyaan mereka terjawab dengan datangnya De Knapste ke kantin dengan jumlah anggota yang lengkap. Dengan formasi Diven dan Tian yang memimpin jalan, serta si kembar di belakang. Mereka kembali menebar auranya yang kuat.
Melfa menelan salivanya susah payah. Ternyata benar Diven sudah mulai masuk sekolah. Namun anehnya Diven tak menyapanya dan melewatinya begitu saja. Padahal Melfa yakin pria itu melihat keberadaan dirinya di kantin ini.
"Anjir, abis sakit aja masih keren, ya? Nggak ada yang ilang sama sekali," ucap Nesya yang begitu terpesona pada Diven. Sampai matanya tak berkedip sekali pun.
"Ada yang berubah deh kalo gue liat-liat," sahut Qilla yang kini sudah kembali asyik dalam aktivitasnya memakan nasi goreng.
"Diven kayak cuek sama Melfa nggak sih?" tanya Vanes ragu-ragu. Qilla menjentikkan jarinya dan mengangguk. "Itu yang gue maksud," ucap Qilla.
Lagi-lagi Melfa hanya bisa menunjukkan senyum palsunya. Sepertinya pria itu telah berubah. Bukan berubah, tapi dia telah kembali pada sifat awalnya, seorang pria yang terlihat sombong dan angkuh. Mungkin bisa jadi ia akan mem-bully Melfa lagi.
"Coba liat deh! Bener juga kata Qilla, ada yang berubah sama Diven," Nesya menunjukkan di mana De Knapste duduk sekarang.
Banyak siswi perempuan yang menghampiri pria itu dengan berbagai macam barang, terutama coklat. Banyak sekali yang memberikan coklat pada Diven.
Benar dugaan Melfa, pria itu hanya kembali pada sifat awalnya. Diven sudah terlahir lagi dengan sifatnya yang senang sekali dengan wanita dan selalu meladeni banyak wanita.
*****
Meja yang ditempati oleh De Knapste kini telah penuh dengan berbagai macam barang dan makanan yang diberikan oleh para siswi untuk Diven. Bahkan sudah tidak ada tempat lagi untuk mereka makan.
Semua siswa yang memberi sesuatu selalu diterima oleh Diven, membuat Tian, Yosha, dan Yoshi menggelengkan kepala heran. Bukannya apa-apa, hanya saja mereka sudah lama tak menyaksikan sifat Diven yang seperti ini.
Tian membuang muka dari meja di depannya. Tanpa sengaja ia melihat Melfa yang menatap Diven dalam diam. Tersirat kesedihan di wajah gadis itu. Namun saat gadis itu sadar Tian melihatnya, cepat-cepat gadis itu melanjutkan makannya.
"Lo nggak samperin dia?" tanya Tian pada Diven. Mengerti bagaimana yang dirasakan oleh gadis itu sekarang ini.
"Dia siapa?" tanya Diven sok tak mengerti. Aslinya dia sangat mengerti dan paham, namun dia sengaja mengulur waktu. Entah apa yang ingin dilakukan oleh pria itu.
Tanpa basa-basi, Yoshi yang duduk di samping Diven menarik dagu Diven agar menghadap ke samping kiri. Melihat ke arah gadis yang berjarak dua meja dari meja mereka.
"Melfa udah lama nunggu lo, nggak kasian sama dia?" tanya Yosha. Sejujurnya ia juga tak paham bagaimana jalan pikiran temannya satu ini. Sepertinya telah berubah sepulang dari Belanda.
"Gampang, bisa gue atur," sahut Diven menyepelekan gadis itu. Sangat bertolak belakang dengan apa yang De Knapste harapkan.
"Inget, Div, gimana lo berjuang dapetin bukti biar bisa balik sama Melfa. Inget gimana perjuangan lo dapetin restu papanya yang dingin itu," Yoshi menjabarkan semuanya agar Diven sadar.
"Gue nggak nyangka, setelah lo berhasil dapetin semuanya justru sekarang lo biarin aja," Yosha menggelengkan kepalanya tak paham. Bisa dibilang ia yang kesal dengan sifat Diven.
Tak ada yang berubah meskipun si kembar telah menjabarkan semua perjuangan Diven. Pria itu sama sekali tak tergerak. Bahkan untuk melirik Melfa sedikit saja ia tak mau.
Namun De Knapste yakin, Diven seperti ini pasti ada alasannya, walaupun mereka juga tak tahu. Entah apa yang membuat pria itu kembali pada sifat awalnya, yang paling ditakutkan oleh De Knapste adalah jika saja Diven kembali mem-bully Melfa.
*****
Holaaaaa!!
Diven-nya udah comeback, nih!
T-tapi sifatnya nyebelin lagi kayak dulu. Jadi cowok nakal lagi kali, ya?
Makanya kalian vote dan comment yang banyak biar Diven itu tobat dan kembali ke bidadari cantiknya 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...