Alunan musik menenangkan jiwa terdengar di seluruh penjuru kafe dengan gaya retro. Barang lawas namun sedap dipandang mata terpampang di berbagai rak dan meja yang disediakan.
Di sinilah Melfa, Ray, dan Andra berada. Malam ini mereka sengaja pergi bertiga untuk mengembalikan hubungan Melfa dan Ray yang selama 2 bulan ini sedikit renggang.
Sejak kejadian itu, sifat Ray sedikit berubah pada Melfa. Sehingga Melfa harus dengan susah payah untuk membuat Ray dekat dengannya lagi. Tahu sendiri kan bagaimana tipe orang seperti Ray kalau marah?
Bahkan hubungannya sudah membaik pun ia masih susah untuk menghilangkan kecanggungannya. Makanya ia membawa Andra juga untuk mencegah atmosfer canggung itu karena pada dasarnya Andra itu terkenal dengan sifatnya yang supel.
"Perut gue udah gede, nih! Udah bisa nyaingin bumil yang usia kandungannya 3 bulan. Ya, kan?" ujar Andra seraya menepuk perutnya yang terlihat membuncit.
Melfa terkekeh geli melihat kelakuannya. Pria ini sama sekali tak berubah. Sebenarnya kalau dipikir-pikir sifatnya Andra itu sebelas dua belas dengan Yoshi dan Aldy, sama-sama bobrok. Cuman kalau Andra tidak terlalu ketara karena suka menunjukkan wajah sok cool-nya.
"Malu-maluin tau, nggak?" Ray menatap jijik meja mereka. Malu sekali dengan kelakuan temannya satu ini. Pria yang lupa akan dirinya yang kaya.
Bagaimana bisa Ray tidak malu? Lihat saja, meja mereka penuh dengan piring, padahal Ray dan Melfa hanya makan satu porsi. Dan 6 piring lainnya itu bekas makan Andra semua!
"Ya udah sana nggak usah temenan sama gue! Orang temennya laper juga malah malu. Lo kalo laper gimana?" sahut Andra tak terima.
"Gue duluin ya sebelum Ray yang jawab, kalau Ray yang jawab entar lo sakit hati. Lo itu bukan laper, tapi rakus. Hahaha!" ucap Melfa diiringi dengan tawanya yang pecah.
Sedikit informasi ya, tawa Melfa itu menular. Kalau di dekat Melfa siap-siap saja terkena virus tertawanya itu. Ray yang dingin saja bisa sampai tertular tawanya.
"Teroosss, ketawa teroosss... Udah lanjutin aja nggak papa. Emang gue tuh ditakdirin buat jadi bully-an kalian," Andra bersidekap dan membuang mukanya.
"Ciee... Anak ganteng marah. Makin jelek aja tuh muka," ucap Melfa yang semakin gencar menggoda Andra.
"Eh, coba deh liat ke arah jam 2," sahut Andra keluar dari topik pembicaraan. "Gue kira 2 bulan ini Diven nggak masuk sekolah karena bolos dan masih main sama mereka di luar. Tapi mereka juga tetep bertiga aja tuh."
Melfa dan Ray mengikuti perintah Andra. Di sana mereka dapat menemukan Tian, Yosha, dan Yoshi sedang meminum kopi dengan beberapa cemilan. Kalau dilihat-lihat memang tidak ada tanda-tanda keberadaan sang ketua karena di sana hanya ada tiga kursi.
"Bule kesemek kan lagi OSN di Kalimantan. Kalau dia ikut nongkrong, gimana nasib sekolah kita?" tutur Melfa yang teringat bahwa saat itu ada doa bersama dan melepas siswa yang mengikuti OSN.
"OSN paling lama nggak mungkin sampe 2 bulan, Mel," Ray mengambil minuman bersoda miliknya dan meneguknya hingga tersisa seperempat.
"Kalau nggak salah ada cewek yang kacamatanya tebel dari kelas XI MIPA 3 yang ikut OSN, kan?" tanya Andra sembari mengelus perutnya yang mulai terasa mual. Melfa dan Ray kompak mengangguk.
"Gue liat dia udah balik ke sekolah jauh-jauh hari," lanjut Andra.
Melfa terdiam, tadinya ia yang berpikir positif kini semakin mengarah ke sebaliknya. Apakah pergi OSN selama 2 bulan itu wajar?
Tentu saja tidak, apalagi sudah terbukti dengan peserta OSN lain yang sudah kembali ke sekolah. Biasanya pun OSN seperti ini berangkat bareng, pulangnya pun harusnya juga bareng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Fiksi Remaja[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...