Duduk termenung dengan penuh rasa bersalah meskipun beberapa kali telah ditenangkan oleh pacarnya. Hal itulah yang sedang dialami oleh Qilla sekarang.
Awalnya Qilla tak mau bekerja sama dengan mereka. Dia sahabat Melfa, tidak tega jika harus membohongi Melfa. Namun apa daya jika Diven terus memaksanya. Ditambah lagi dengan pacarnya yang membantu Diven.
"Udah santai aja, Melfa nggak akan kenapa-kenapa," ucap Yosha untuk menenangkan Qilla. Tangannya mengusap lembut rambut Qilla, memberikan kenyamanan pada gadisnya.
"Gimana aku mau santai kalau udah bohongin sahabatku sendiri? Nggak kebayang deh gimana marahnya Melfa besok," Qilla meremas rok seragamnya sampai kusut.
Tian dan Yoshi hanya duduk diam di sofa pojok melihat sepasang kekasih itu. Kasihan pada Qilla yang dirundung rasa bersalah dan sedikit kesal melihat Yosha bisa berduaan dengan Qilla.
Mereka sekarang sedang berada di rumah Tian. Tadinya sih mereka mau mengantarkan Qilla untuk memastikan kalau Melfa tidak kenapa-kenapa. Tapi Tian menyarankan untuk ke rumahnya saja daripada Diven tahu, dia bisa marah besar.
"Melfa kan baik, pasti besok kamu dimaafin kok. Percaya deh sama aku," Yosha mengusap pipi Qilla lembut.
Qilla memegang tangan Yosha, menatap pria itu penuh kasih sayang. "Iya, aku percaya sama tutu. Tapi besok temenin aku buat minta maaf, ya?"
Yosha mengangguk mantap. Mana mungkin ia membiarkan pacarnya menghadapi masalahnya sendiri. Apalagi masalah itu bukan sepenuhnya salah Qilla.
"Kalau perlu besok gue sama Yoshi ajak Diven sekalian. Biar Melfa juga percaya," ucap Tian untuk membantu Yosha meyakinkan Qilla.
"Ajak sekelas aja sekalian. Biar rame tuh kayak orang naik haji," seloroh Yoshi asal yang berhasil membuat Yosha melemparkan tatapan mematikannya.
Suka heran dengan orang satu ini. Senang sekali mengatakan sesuatu di waktu yang tak tepat. Apalagi yang berhubungan dengan kembarannya, dia akan semakin gencar untuk mengerjainya.
"Itu mulut apa cocor bebek? Cerewet banget jadi cowok," cerca Yosha kesal.
"Bukan mulut, bukan cocor bebek. Tapi knalpot bocor!" balas Yoshi asal. Kesal sekali dengan kembarannya. Untung ia masih ingat ada Qilla. Kalau tidak ya sudah, jadilah Yosha dan Yoshi bergulat.
"Diem, tai! Mulut lo dari tadi nyerocos mulu," teriak Yosha agar Yoshi segera diam.
"Tutu! Nggak boleh ngomong jorok sama kembarannya sendiri," Qilla menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Menatap Yosha dengan kesal.
Mudah sekali membuat Yosha kicep, hanya dengan teguran dari Qilla saja ternyata. Bahkan pria itu seperti di bawah kendali Qilla sekarang.
"Modar sia! Kuwalat sama kembaran sendiri sih. Kalau kata Diven ya, lo itu bego!" seru Yoshi berapi-api dengan tangannya menunjuk Yosha.
"Lo juga diem! Sama kembaran sendiri nggak pernah akur," tegur Tian yang membuat Yoshi langsung kicep karena Tian terlihat begitu mengerikan.
Satu sama.
Diam-diam Yosha mencibir Yoshi dengan menjulurkan lidahnya. Membuat Yoshi ingin sekali melemparnya dengan jus yang ada di tangannya. Tapi niatnya terurungkan, karena Tian lebih dulu menatapnya dengan garang.
![](https://img.wattpad.com/cover/229911297-288-k437342.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...