Pada hari Minggu ini mumpung dirinya memiliki waktu senggang, Melfa mengajak Kayla bermain ke sebuah taman kota. Jika dihitung, sudah lumayan lama sejak terakhir kali ia mengajak Kayla bermain ke taman kota.
Tak dapat terkira betapa bahagianya Kayla ketika mereka tiba di taman kota. Saking senangnya gadis kecil itu terus berlarian kesana-kemari sampai membuat Melfa lelah mengejarnya.
Rasa lelah yang ia rasakan tak seberapa, asalkan ia dapat melihat Kayla bahagia. Selama ini ia terlalu sibuk dengan tugas sekolahnya. Sampai ia hampir tidak punya waktu untuk bermain dengan Kayla.
"Duduk dulu, Kay. Capek dari tadi lari-lari mulu," ucap Melfa dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Tangannya melambai agar Kayla mengikutinya duduk.
Tanpa harus berteriak dan mengulang perintahnya, Kayla sudah mendekat dan duduk di sampingnya. Mungkin sebenarnya gadis kecil itu juga merasa lelah.
"Habis ini mau langsung pulang apa main lagi?" tanya Melfa lembut. Tangannya mengusap rambut Kayla yang digerai.
"Kalau main lagi boleh?" tanya Kayla dengan ragu.
Kedua alis Melfa bertaut. Ia memiringkan kepalanya dan menatap Kayla lekat-lekat. Gadis kecil itu terlihat takut saat bertanya tadi.
"Boleh asalkan nggak lama. Nanti dihukum Papa Tembok kalau main nggak tau waktu," tutur Melfa seraya bergidik ngeri.
Tangan Kayla terulur memukul lengan Melfa. Bibirnya mengerucut dan menatap Melfa kesal. "Nggak boleh cebut papa Kayla pakai tembok!"
"Iya-iya, maaf," ucap Melfa sambil menoel pipi chubby Kayla. "Tenggorokan Kakak kering, haus dari tadi. Kakak beli minum dulu, ya?"
"Kayla mau minum cucu coklat," pinta Kayla.
"Iya, Kakak beliin. Tapi Kayla di sini dulu ya, jangan kemana-mana! Atau mau ikut aja?" tawar Melfa.
"Nggak mau, Kayla tunggu di cini aja," jawab Kayla Mantap.
"Ya udah, tapi janji ya jangan kemana-mana," peringat Melfa.
Kayla mengangguk semangat. Melfa yang merasa gemas mencubit pipi Kayla dan berlari pergi sebelum adiknya itu membalasnya.
Sebisa mungkin Melfa berjalan dengan cepat menuju sebuah minimarket terdekat. Sebenarnya ia tak sampai hati meninggalkan Kayla sendirian di taman besar ini.
Di minimarket tujuannya dengan cepat ia meraih satu kotak susu coklat, lalu tangannya hendak meraih sebuah softdrink. Tapi dengan cepat ia menarik tangannya lagi, mengingat Raffa yang mengizinkannya minum softdrink maksimal satu kali dalam seminggu. Dan seingatnya minggu ini ia telah minum softdrink.
Tangannya bergeser ke tempat di samping rak softdrink. Kemudian Melfa meraih sebotol air mineral daripada terlalu lama memilih dan membuat Kayla menunggu lama.
"Sama apa lagi, Kak?" tanya sang pegawai minimarket dengan ramah saat Melfa meletakkannya di meja kasir.
"Udah ini aja," balas Melfa sembari tersenyum manis.
Pegawai itu mengangguk. Kemudian ia men-scan barcode di susu coklat dan air mineral yang dibeli Melfa ke barcode scanner. Melfa segera mengambil dompetnya dan mengambil selembar uang kertas berwarna biru saat melihat jumlah yang harus ia bayar di komputer.
Pegawai minimarket itu dengan cekatan menerima uang Melfa dan memberikan kembaliannya. Melfa mengambil kantong belanjannya dan pergi dari minimarket secepat mungkin.
Pikirnya ini sudah sangat lama bagi anak kecil berumur tiga tahun menunggu sendirian di sebuah taman kota yang besar. Tentunya juga banyak orang yang tidak dikenal Kayla hingga pasti gadis kecil itu merasa terasing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...