Happy reading
and
Hope U enjoy this story 😊😊*****
Melfa Clemira Kaylee, atau biasa disapa Melfa. Gadis cantik yang memiliki postur tubuh mungil dan kecil. Berambut panjang dan hitam legam yang kontras dengan kulit putihnya.
Bersekolah di SMA Belangrijkste Wetenschap atau yang biasa disebut SMA BW. Sebuah sekolah favorit yang dimiliki oleh keluarga Vandenberg dari Belanda.
Meskipun sekolahnya merupakan sekolah favorit, Melfa tidak terlalu suka mamanya menyekolahkannya di SMA BW.
Selain terkenal karena memang favorit dan muridnya sangat cerdas, SMA BW juga terkenal dengan muridnya yang sombong dan suka membully. Hal itulah yang tidak disukai oleh Melfa. Meskipun tidak semua murid seperti itu.
Contohnya seperti Aqilla Safira Zein atau yang biasa dipanggil Qilla. Salah satu siswa yang jauh dari kata sombong. Bahkan gadis itu telah menjadi sahabat Melfa sejak kelas 10 hingga sekarang mereka telah duduk di bangku kelas XI IPS 2.
Mereka berdua sangat klop karena sama-sama tidak suka bergabung dengan geng-geng hits di SMA BW. Walaupun banyak geng hits yang menawari mereka untuk bergabung, mereka akan selalu menolak.
Perpustakaan akan menjadi tempat favorit mereka di saat waktu luang. Bagi mereka membaca lebih baik daripada menyoraki De Knapste, geng paling hits di SMA BW yang sedang bermain basket.
Seperti sekarang ini, Melfa tengah asyik membaca sebuah novel di meja bersekat yang disediakan perpustakaan. Sedangkan Qilla asyik chatting dengan Yosha Birendra, pria yang telah berstatus menjadi pacar Qilla sejak 4 bulan yang lalu.
"Kayaknya gue udah pernah baca novel ini, Qil. Gue pengen ganti novel yang kata lo kemarin bagus aja deh. Ada di rak mana?" Melfa menutup novel yang tadinya ia baca. Seingatnya ia sudah pernah membaca novel itu.
"Novel yang kemarin ada di rak sebelah mana, Qil?" tanya Melfa lagi setelah beberapa saat tak ada sahutan dari Qilla.
Masih belum ada sahutan lagi dari gadis itu. Melfa menoleh dan mendapati gadis itu tengah senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Sontak saja ia meringis melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Eh, Mel! Lo mau nggak baca novel yang gue bilang bagus kemarin?" tanya Qilla tanpa mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari layar benda pipih itu.
Sepertinya memang dunia gadis itu hanya bergantung pada chat-nya dengan Yosha. Semua ocehan Melfa sejak tadi tak ada satupun yang masuk di telinga gadis itu.
"Rasanya gue pengen nelen lo sekarang juga, Qil. Gue dari tadi udah nanya novel itu ada di rak sebelah mana?! Hih!!" kedua tangan Melfa terkepal, greget dengan sahabatnya satu ini.
Dengan cepat Qilla segera memasukkan ponselnya ke saku seragam tanpa dimatikan. Terlihat dari sakunya yang tampak bercahaya.
"Ayo ayo! Gue anterin sekarang," ajak Qilla cepat-cepat. Takut jika Melfa akan menerkamnya seperti minggu lalu saat ia tak mendengarkan cerita gadis itu.
Sebuah rak tinggi berisi buku fiksi dengan genre romance telah terpampang di depan wajah Melfa. Banyak buku-buku yang memiliki cover hampir sama sehingga menyulitkan Melfa dan Qilla untuk mencari novel yang mereka inginkan.
"Mana?" tanya Melfa tak sabaran. Ia menepuk-nepuk pundak Qilla yang sedang fokus mencarikan novel untuknya.
"Sabar dong, ini gue juga lagi nyari," balas Qilla dengan matanya yang jelalatan membaca setiap judul novel. Matanya berbinar saat mendongak yang pertama kali ia temukan adalah novel yang dicarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Teen Fiction[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...