19 ~ Negentien

639 50 5
                                    

Hari ini adalah hari Jumat, hari dimana tim inti basket SMA BW akan bertanding melawan tim inti basket SMA Kejora di lapangan basket SMA BW. Bisa dibilang tim inti basket SMA Kejora tak bisa diremehkan, maka dari itu tim inti basket SMA BW telah berlatih jauh-jauh hari agar mereka tak menanggung malu dengan kekalahan di kandang sendiri.

Semua orang juga tahu kalau SMA BW dan SMA Kejora selalu bersaing sengit dalam pertandingan basket. Saat ada turnamen pasti yang menjadi juara 1 adalah SMA BW dan yang menjadi juara 2 adalah SMA Kejora. Memang bisa dibilang keduanya tidak mudah untuk dikalahkan, tapi SMA BW selalu bisa menempatkan posisinya di urutan pertama.

Meskipun begitu, hubungan antara tim inti basket SMA BW dan SMA Kejora tetap baik. Bahkan, Zico sang kapten tim inti basket SMA Kejora berteman dekat dengan Diven, kapten tim inti basket SMA BW. Bagi mereka lawan hanya saat bertanding, selain itu mereka kawan.

Diven dan Vanes mulai berjalan memasuki area lapangan memimpin tim SMA BW. Keduanya tampak serasi, sangat cocok dengan Diven yang mengenakan seragam basket kebanggaan SMA BW dan Vanes yang mengenakan pakaian biru dan putih yang menjadi khas cheers SMA BW. Sayangnya itu hanya saat kegiatan seperti ini, karena mereka sudah bukan lagi sepasang kekasih.

Diven, Tian, Yosha, Yoshi, dan Ray membentuk formasi lingkaran kecil dan saling berpegangan pundak. Fokus pada sang kapten yang terlihat sangat serius dengan tatapan tajamnya dan tentunya akan memberi wejangan dan semangat.

"Jangan gampang lengah, dan yang paling penting jangan lupa taktik kita hari ini," ucap Diven tegas. Menunjukkan jiwa kepemimpinannya yang sebenarnya. Semua anggota lainnya mengangguk mantap.

Kemudian sang kapten dengan darah campuran Indonesia-Belanda itu fokus menatap Yoshi, "Khusus lo, jangan sampai kepancing sama bacotannya Erfan!"

"Lah, gue?" Yoshi menunjuk dirinya sendiri. "Gue nggak pernah kepancing si kutukupret satu itu, anjir! Kapan coba gue kepancing dia?"

"Eh, bekantan! Waktu itu lo kepancing dia sampai Ray yang malah kena sasaran bogeman lo itu," balas Diven tak kalah sengit. Hilang sudah jiwa kepemimpinannya ketika beradu mulut dengan Yoshi.

"Belum main udah ribut," sindir Ray yang mulai jengah dengan keributan kecil itu. Satu server dengan Tian yang selalu menjadi penonton gratis keributan antara Yoshi dan Diven maupun Yoshi dan Yosha.

Dalam sekejap Diven mampu mengubah ekspresinya menjadi serius seperti semula karena ia telah melihat orang yang dinantinya duduk di bangku supporter. Hari ini memang tak terlalu banyak supporter yang datang. Supporter yang diizinkan masuk hanyalah dari kedua sekolah yang bertanding saja agar tak terjadi kericuhan seperti pertandingan sebelumnya.

Setelah menyemangati satu sama lain, para pemain mulai menyebar dan menempati posisi masing-masing. Seperti biasanya, setiap ganti pertandingan, tim basket SMA BW selalu mengganti taktik bermainnya agar lawan tak mudah mengalahkannya. Bahkan semua sekolah sudah hafal dengan budaya khas tim basket SMA BW yang selalu berganti taktik bermain itu.

Pertandingan telah dimulai, suara riuh para supporter menggema di seluruh penjuru lapangan basket SMA BW. Ditambah dengan yel-yel cheers yang telah berjajar rapi di pinggir lapangan untuk menyemangati tim masing-masing.

Bola basket kini telah berada di tangan sang kapten tim basket SMA BW setelah dapat menangkap passing dari Ray. Diven mendribble bola melewati beberapa lawan. Posisinya belum bisa dikatakan dekat dengan ring, namun Zico telah menghadangnya. Tanpa ragu ia melangkah dan melakukan lay up.

Sorakan gembira dari timnya dan supporter SMA BW menggema saat Diven berhasil memasukkan bola ke dalam ring dan menghasilkan three point.

"Wagelaseh, Diven bener-bener jago main basket. Sekali lempar auto dapet three point," puji Qilla yang terpukau dengan aksi Diven.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang