Tok tok tok
Melfa yang tengah asyik berkutat dengan laptopnya untuk mengerjakan tugas sejarah membuat makalah langsung beranjak dan membuka pintu kamarnya.
"Ada apa, Bi?" tanya Melfa saat mendapati Bi Siti yang telah berdiri di depan pintu kamar untuk menunggunya.
"Itu di bawah ada temen Kakak yang datang," jawab Bi Siti. Memang pekerja di rumah Melfa itu memanggilnya dengan sebutan 'kakak'. Raffa yang memintanya, katanya untuk membiasakan Kayla memanggil Melfa dengan sebutan kakak.
Melfa mengangguk-angguk kecil, paling yang datang Qilla. Memangnya siapa lagi yang akan datang ke rumahnya tanpa memberitahunya dulu selain Qilla?
"Papa belum pulang, Bi?" tanya Melfa lagi sembari menuruni tangga.
"Belum, Kak. Mama sama adek juga masih pergi ke supermarket," jawab Bi Siti sekaligus dengan memberitahu keberadaan Nara dan Kayla.
Sesampainya di ujung tangga, Melfa dan Bi Siti menuju arah berlawanan. Melfa menuju pintu depan dan Bi Siti yang kembali ke dapur melanjutkan pekerjaannya.
Alangkah terkejutnya Melfa saat mendapati siapa temannya yang datang. Memang benar Qilla yang datang, tapi masih ada dua orang lagi selain gadis itu.
Di sana juga ada Vanes dan Nesya! Bagaimana Melfa tidak kaget? Ya ampun mereka berdua sepertinya memang sangat ingin dekat dengan Melfa dan Qilla ternyata.
"Kalian ngapain ke sini? Ini Qilla juga ikut sama kalian?" Melfa menunjuk Qilla yang tengah duduk di kursi kayu yang ada di teras rumah Melfa.
"Tau nih mereka berdua. Gue lagi enak-enak kencan sama bantal malah disamperin sama mereka," Qilla melihat Vanes dan Nesya malas.
"Kita tuh niatnya baik, mau ajak kalian refreshing daripada di rumah mulu," sahut Nesya yang terlihat ceria, berbalikan dengan Qilla.
Dua orang terlihat ceria, yang satu sangat malas, dan satunya lagi tak tahu harus berekspresi apa. Kedatangan mereka saja membuatnya kaget apalagi dengan diajak pergi seperti ini.
Melfa membalikkan badannya, melihat jam dinding yang ada di ruang tamu. "Udah jam setengah lima sore, emangnya mau ke mana?"
Bukannya menjawab, Vanes dan Nesya malah saling melempar pandangan dan tersenyum penuh arti. Membuat Melfa dan Qilla juga turut melempar pandangan karena tak mengerti.
"Taraaa!!" Vanes menunjukkan empat lembar kertas berbentuk persegi panjang. "Gue punya tiket buat kita berempat nonton sekarang!"
"D-di bioskop?" tanya Melfa yang masih tak percaya pada Vanes. Gadis itu mengangguk ceria, membuat Melfa semakin heran dengan sikapnya.
"Ya iyalah, Mel, di bioskop. Emangnya lo mau nonton di toko bangunan?" sahut Qilla yang masih terlihat ogah-ogahan.
"Buruan kita berangkat! Mau nonton My Boyfriend's Fault nggak?" Nesya mengiming-imingi Melfa dengan menyebutkan judul film-nya.
"HAH!! MY BOYFRIEND'S FAULT?!!"
Bukan Melfa pelakunya, tapi Qilla. Lihat saja siapa tadi yang malas-malasan saat diajak nonton? Sekarang malah jadi yang paling heboh sendiri.
Memang sih film My Boyfriend's Fault sekarang sedang booming di kalangan remaja. Hampir semua orang ingin sekali menonton fim itu.
Qilla juga sebenarnya lagi ngidam nonton film itu, tapi Melfa yang diajak selalu menolak. Kalau Yosha sudah pasti tak mau, dia kan anti dengan film-film yang berbau cinta-cintaan.
"Gass kita berangkat sekarang!" seru Qilla sambil beranjak berdiri. Semangatnya yang tadi hanya 1% kini telah full menjadi 100%.
"Yaudah ayo, Mel! Keburu film-nya mulai nih," Vanes menarik tangan Melfa. Tapi gadis itu malah tak beranjak dari tempatnya sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Fiksi Remaja[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...