28 ~ Achtentwintig

500 40 2
                                    

Bersama seorang anak kecil itu menyenangkan. Bisa jadi teman agar kita tak dirundung rasa kesepian karena keceriaannya. Apalagi jika anak kecil itu adik dari gadis spesial, bahagianya tak ada tandingan lagi.

Sebenarnya Diven bingung akan membawa Kayla kemana, karena tadi ia sempat ke rumahnya tapi kedua orang tua Kayla dan kakaknya tidak ada di rumah.

Pembantu rumah tangga di sana meminta Diven untuk meninggalkan Kayla saja, tapi pria itu merasa tidak tega pada Kayla. Takut jika Kayla merasa kesepian tanpa ada kedua orang tua dan kakaknya.

Alhasil sekarang Diven membawa Kayla ke basecamp De Knapste, atau lebih tepatnya rumah Tian. Karena Diven yakin di sini pasti ada si kembar yang tentunya juga bisa menghibur Kayla dengan tingkah konyolnya.

Diven masuk ke dalam rumah Tian dengan Menggendong Kayla. Ia memang lebih suka menggendong Kayla daripada membiarkan gadis kecil itu berjalan sendiri karena baginya Kayla adalah pincess-nya. Sangat spesial memang, berbeda dengan perlakuannya pada Melfa.

"Anjir! Dateng-dateng bawa anak, udah gede pula anaknya," seru Yoshi yang terkejut saat hendak memakan kwacinya namun Diven muncul bersama Kayla.

"Ada anak kecil, ngomongnya yang bener!" tegur Diven dengan tatapan tajamnya karena bahasa kasar Yoshi mulai keluar. Tangannya semakin mendekap Kayla karena ia tahu Kayla belum terbiasa dengan teman-temannya itu.

"Galak amat dah nih bapak satu," celetuk Yoshi dengan melanjutkan aktivitas memakan kwacinya. "Eh, btw tuh anak lo mirip Melfa. Jangan-jangan emang bener itu hasil dari lo sama Melfa?!"

Ucapan Yoshi berhasil mengundang perhatian Tian dan Yosha. Kedua pria itu meneliti setiap inci wajah Kayla. Memang benar, wajahnya sangat mirip dengan Melfa.

Berbeda dengan Diven, pria itu berlalu duduk di samping Tian dengan Kayla yang ada di pangkuannya. Lalu memberikan susu kotak yang tadi sempat ia beli pada Kayla.

"Gila, Diven parah juga. Udah kayak banteng ternak," ujar Yosha yang terkejut melihat perlakuan Diven pada Kayla. Tian yang tak paham maksud Yosha pun mengangkat sebelah alisnya. "Bapak ganteng anter anak maksud gue," sahut Yosha cepat.

Helaan nafas keluar dari bibir merah alami milik Diven. "Kayla, adik Melfa. Tadi dia ikut mamanya ke rumah tetangga gue. Pas liat gue, dia nggak mau ikut mamanya pergi," jelas Diven sesuai fakta.

"Wuidih cara PDKT baru, nih. Deketin adeknya dulu baru gaspol ke kakaknya, ye nggak?" Yoshi menaik turunkan alisnya menggoda Diven.

Sayangnya tindakannya itu mendapat respons yang buruk dari Yosha. Kembarannya itu melemparkan bantal sofa ke kepalanya. Bukannya apa-apa, hanya saja Yosha geli melihat wajah Yoshi yang seperti itu.

Gelak tawa Kayla mengunci indra pendengaran keempat kaum Adam berparas rupawan itu. Rupanya kelakuan si kembar dapat mengundang tawa sang princess.

Tanpa sadar Diven terkekeh melihatnya. Gemas sekali pada gadis kecil satu ini. Pipi gembulnya memerah, mirip sekali dengan Melfa saat tersipu malu.

"See? Anak kecil aja seneng liat lo sengsara," tutur Tian yang ditujukan pada Yoshi. Rasanya seperti ada belati menancap di dada Yoshi. Tapi tak apa, Yoshi sudah biasa dengan mulut cabai pria itu.

"Ini kan udah malem, emang lo nggak dimarahin bokap nyokapnya kalau Kayla nggak lo anterin pulang?" tanya Yosha yang merasa khawatir. Takutnya mereka nanti juga terlibat atas laporan penculikan anak karena Diven membawanya bersama mereka.

"Gue udah ke rumahnya, masih pada pergi semua," balas Diven sembari mengusap tangan kecil Kayla dengan lembut. Seperti Kayla ini adik kandungnya sendiri, bahkan seperti anaknya sendiri.

IridescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang