Aqilla:
Gw main rumah lo nih
Bukain gerbang dongMelfa:
Biasa jg buka sendiri, jangan manja dehAqilla:
Ini kan ga biasa
Cepetan ah, lama!Melfa:
Qilla klo ribet pulang aja dehAqilla:
Ohh gitu sama gw
Yaudah nih gw teriakMelfa:
Iya iya bentar!Pagi-pagi, hari Minggu pula, tapi Melfa sudah mendapat gangguan dari sahabatnya satu itu. Padahal hari Minggu itu hari istimewa untuk Melfa memadu kasih dengan kasur empuk kesayangannya.
Melfa berjalan lunglai menuju pintu kamarnya. Untuk berdiri saja rasanya sangat malas, tapi ia harus membukakan gerbang untuk Qilla daripada gadis itu berteriak seperti orang gila.
"BAAA...!!"
"HUWAAA PAPAA!!!"
Melfa refleks berteriak saat ia membuka pintu, ternyata Qilla sudah di depan kamarnya dan mengagetkannya. Parahnya gadis itu malah tertawa puas melihat ekspresi terkejut Melfa.
"Jangan teriak-teriak dong, Mel!" seru Raffa yang ada di lantai bawah. Memperingati anak gadisnya karena suaranya cukup keras.
"Nah kan, kena tegur Papa tembok. Makanya jangan teriak-teriak ya, cantik!" ujar Nara yang baru saja keluar dari kamar Kayla. Mama cantik itu dan Kayla terkekeh geli, kemudian berlalu begitu saja.
"Gara-gara lo nih," Melfa mencebikkan bibirnya kesal saat melihat Qilla yang menutup mulutnya dengan tangan, menahan tawanya agar tak pecah.
Harusnya hari Minggu menjadi hari santai, hari penuh keceriaan, tapi hari Minggu ini justru membuat Melfa kesal. Sudah pasti Melfa akan menjadikan hari Minggu ini sebagai hari Minggu bersejarah untuknya.
"Ngapain ke sini? Biasanya kalau hari Minggu gue ajak keluar lo sibuk mulu sama Yosha," ucap Melfa ketus.
"Utututu... Marah nih betina satu. My tutu Yosha lagi touring bareng De Knapste sama anak basket SMA Kejora," Qilla mengekori Melfa yang telah masuk ke dalam kamarnya.
"Ke mana?" Tanya Melfa sembari merebahkan tubuhnya yang masih terbalut piyama bergambar Winnie The Pooh ke atas kasur empuknya.
"Diven ngajakin ke Bandung," jawab Qilla sesuai apa yang ia ketahui. Melfa mengangguk kecil.
Ingatan Melfa kembali pada kejadian semalam, Diven yang menjadi pendiam. Sepertinya itu hanya prasangka Melfa saja. Buktinya sekarang pria itu masih bisa bermain-main, bahkan touring bersama De Knapste dan anak basket SMA Kejora ke Bandung.
Melfa menatap Qilla yang kini telah duduk manis di kursi meja belajarnya. Diingatnya kembali saat Qilla mengucapkan De Knapste touring bersama anak basket SMA Kejora.
"Erfan juga ikut touring?" tanya Melfa penasaran. Setahunya sih hubungan antara De Knapste dengan anak basket SMA Kejora bernama Erfan itu memang tidak baik.
"Sebenernya sih dia nggak diajak, cuman Zico nggak enak karena Erfan marah. Akhirnya dia diajak deh," jawab Qilla sesuai apa yang Yosha katakan padanya. "Lo diem aja emang tau Zico yang mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent
Fiksi Remaja[COMPLETED] Ini kisah milik Melfa, gadis polos dengan paras cantik bak bidadari. Dia memang imut, kecil, dan mungil, tapi daya tariknya tak perlu diragukan lagi. Bukan hanya Melfa, ini juga kisah milik Diven, cowok berdarah Indonesia-Belanda yang ny...