51 | Let Me Hear You Say

73 15 0
                                    

Nari bergidik begitu angin malam menusuk lehernya melalui sela rambut. Kedua tangannya kini bertumpuk diatas paha dengan sesekali matanya mencuri pandang pada layar ponsel di genggamannya. Ia masih berusaha mengontrol perasaan setelah Ayahnya mengetahui fakta jika hubungannya dengan Mingyu sudah berakhir. "Ayahku sudah tahu semuanya," kata Nari pelan.

"Aku minta maaf," jawab Mingyu yang sedari tadi duduk diam di samping gadis itu. Ia sengaja datang ke rumah Nari untuk menjelaskan jika kabar pertunangannya dengan Hana itu tidak benar, namun Nari enggan.

"Lagi pula apapun yang kau lakukan, tidak akan membuat keadaan berubah,"lanjut Nari. Ia menghela nafas, kemudian menoleh laki-laki yang terus menatapnya. "Lalu kenapa kau tiba-tiba pergi kemari?" Nari menggosok kedua telapak tangannya hingga terasa sedikit hangat. Cuaca memang sedang buruk akhir-akhir ini, sedang dirinya sendiri lah yang memaksa Mingyu untuk bicara di taman bermain di dekat rumahnya meski angin berhembus cukup kencang.

"Hana yang mengatakan padaku. Dia bilang akan bertemu dengan Ayahmu dan mengatakan tentang kabar pertunangan itu."

"Mingyu-ya," panggil Nari.

"Kau hanya perlu tahu jika itu tidak benar, dan aku tidak akan melakukannya. Tolong percayalah padaku kali ini."

"Mingyu-ya," panggil Nari lagi.

"Aku mohon," pinta Mingyu dengan mata nanar.

"Hubungan kita sudah berakhir," ucap Nari pada akhirnya. "Dan kau harus tahu itu."

"Nari-ya, aku masih mencintaimu."

Nari mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sungguh ia tidak mau jika harus kembali terkungkung di dalam perasaan yang sangat menyakitkan itu. Mungkin memang sulit melupakan seseorang yang sudah bersama selama bertahun-tahun, namun lebih sulit lagi jika harus kembali mengukir luka di tempat yang sama. "Mingyu-ya, aku minta maaf. Lakukan saja apapun yang mau kau lakukan, tapi aku mohon, jangan kembali padaku. Aku tidak peduli lagi jika kau bertunangan dengan Hana atau tidak."

Suasana hening. Nari juga Mingyu sibuk dalam lamunannya. Kedua anak manusia itu tetap teguh dengan pendiriannya masing-masing. Bukan, bukan ego yang mereka tunjukkan, namun keputusan yang memang sangat sulit untuk diambil. Keputusan yang terbaik bagi mereka berdua, meski harus ada pihak yang tersakiti.

"Kau sangat mencintai Wonu?" tanya Mingyu tiba-tiba.

"..."

"Aku yakin kau mendengarku. Jadi, jawab pertanyaanku."

"Kau sangat beda dengan Wonu kau tahu," kata Nari tiba-tiba. "Dia tidak pernah membentakku seperti yang kau lakukan padaku waktu itu. Dia juga tidak pernah bicara kasar padaku."

Mingyu mengakui jika itu semua kesalahannya. Sifat asli yang bertahun-tahun disembunyikan dari Nari tidak memberi akhir yang bahagia. Jika saja saat itu ia bisa menahan amarahnya sedikit saja, mungkin hingga detik ini Nari masih menjadi kekasihnya.

"Jujur aku masih terus memikirkanmu meski aku sudah berkencan dengan Wonu, tapi kemudian aku berpikir, kalau aku terus mengharap kau kembali padaku, bukankah aku jahat kepada Wonu. Itu berarti kau dan aku tidak ada bedanya, benar kan?" Nari melirik layar ponselnya yang tiba-tiba menyala. "Halo?" sapa Nari setelah menempelkan ponsel pada telinganya. "Ya, baiklah."

"Aku harus segera kembali ke rumah," kata Nari.

"Apa itu tadi Wonu?"

"Iya." Nari beranjak dari duduknya. "Aku pergi."

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Mingyu menahan Nari dengan menggenggam tangan gadis itu.

"Mingyu-ya, aku mohon."

"Kau sangat mencintainya?" tanya Mingyu sekali lagi.

"Iya aku sangat mencintainya. Dan kalau boleh jujur dia jauh lebih baik darimu. Kau puas?!"

Perlahan genggaman tangan Mingyu melonggar. Jawaban Nari memang sedikit melukai hatinya. Kini ia benar-benar tahu kalau Nari memang sanat mencintai Wonu, lebih dari dirinya. Dan sekali lagi, ia sadar jika rentetan masalah ini terjadi karena ulahnya sendiri.

"Baiklah," jawab Mingyu lalu tersenyum. "Maafkan aku Nari-ya."

Nari mengubah posisinya hingga berdiri menatap Mingyu yang nampak rapuh. "Dan kenapa kau bisa sejahat itu pada Eunji?"

"E-Eunji..." Mingyu tergagap. Pertanyaan yang tiba-tiba saja terlontar dari bibir gadis di hadapannya itu membuatnya gagu.


weii, maapkan aku jarang banget up, soalnya bener-bener sibuk huhu doakan segera tamat ><

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang