"Hari ini kurasa kalian sudah bisa langsung memproduksi film dokumenternya. Silahkan lakukan survey dan lainnya. Di hari ketiga kalian akan mempresentasikan hasilnya." Itulah ucapan dosen Ahn sebelum membuyarkan seluruh mahasiswa untuk memilih teman satu kelompoknya.
Tentu saja semua berebut ingin satu tim dengan Wonu, karena meskipun ia tergolong mahasiswa baru, namun kepandaiannya di bidang produksi film tak perlu diragukan lagi. Hanya butuh beberapa hari, Wonu kini termasuk dalam jajaran mahasiswa pintar di jurusan penyiaran. Meskipun pada akhirnya, ia memilih Nari dan juga Soonyoung sebagai teman setimnya.
Seluruh mahasiswa memilih tempat berkumpulnya masing-masing. Tim satu dan tim dua memilih atap juga ruang istirahat sebagai tempat merencanakan filmnya masing-masing. Sementara Wonu yang mendapat nomor urut 3, atau tim ketiga, memilih halaman luas berhiaskan pohon rindang untuk menyiapkan segalanya. Dan jangan lupakan Hana. Gadis itu kini ikut duduk bersama Wonu dan lainnya dibawah pohon, karena tidak ada yang mau satu tim dengannya. "Aku tidak mau nanti begitu kita terjun ke lapangan, dia hanya berdiam diri karena takut kulitnya akan menjadi kusam," kata Jihoon dengan senyum sarkasme.
"Nari-ssi, kau juga menyukai sepatu dari merek itu?" tanya Hana tiba-tiba begitu melihat sepatu yang dikenakan Nari.
"Oh, iya. Kekasihku yang membelikannya, hehe." Nari terkekeh melihat sneakers putihnya yang terlihat begitu mencolok karena masih baru.
"Hana-ssi, aku penasaran kenapa kau tiba-tiba pindah jurusan ke penyiaran?" tanya Soonyoung dengan mata tetap fokus menghadap laptop. "Apa ada laki-laki yang kau kejar?" sindirnya.
"Ayahku memiliki stasiun radio, jadi aku harus pindah ke penyiaran. Lagipula aku sudah memiliki kekasih," jawab Hana kemudian tersenyum manis.
"Lalu kenapa tidak dari awal saja masuk penyiaran?" lanjut Soonyoung.
"Ya! Ada apa kau ini." Nari memukul pelan lengan Sooyoung. "Biarkan saja. Itu haknya," tambahnya dengan tawa kecil yang dibuat-buat.
Wonu menutup buku tebalnya yang membahas seputar dunia perfilman. Ia tak bisa berpikir karena suara Soonyoung dan juga Nari yang terus mengganggunya. "Sepertinya aku salah memilih kalian menjadi teman satu timku. Harusnya tadi aku pilih Jihoon saja."
"Eii Jeon Wonwoo, nasi sudah menjadi bubur. Sekarang akulah yang menjadi teman sekelompokmu." Soonyoung terkekeh seraya mengetik sesuatu di laptopnya. "Bukan begitu Nari-ya?"
"Yap, betul sekali." Nari tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang putih bersih. "Aku sudah memikirkan ini jauh-jauh hari, kupikir kita harus mencari informasi dulu tentang kota ini, melakukan survey, kemudian menetapkan tema. Nanti urusan script serahkan saja padaku, hehe."
"Wonu-ya, kau kan mahasiswa transfer dari sini, apa yang kau tahu?" tanya Soonyoung lalu memandang Wonu yang masih sibuk membaca bukunya kembali.
Sebuah kenangan pahit kembali melintas di kepala Wonu. Kenangan yang mati-matian ingin ia lupakan, namun tak pernah bisa. Baiklah, anggap saja ia berhasil melupakan seluruh kejadian di hari itu, namun begitu mendengar nama tempatnya saja, apakah Wonu bisa melupakannya? Tentu tidak. Sejujurnya, kembalinya ia ke kota Changwon justru malah semakin menimbulkan luka lama. Semua yang ada didalam kota ini begitu menggores hatinya. "Yang kutahu, kota ini adalah tempat kelahiranku," jawab Wonu pada akhirnya.
"Cih, bukan itu maksudku," desis Soonyoung lalu melahap keripik kentang yang baru saja ia buka. Matanya kembali menyisir layar laptop. Ia harus mencari informasi, setidaknya yang menarik dan layak untuk difilmkan.
"Kalian disini rupanya," kata dosen Ahn tiba-tiba. Wanita itu datang dengan seorang laki-laki yang merupakan senior di jurusan penyiaran. "Sudah tau apa yang akan kalian lakukan?"
Nari berdehem, "Hmm, kita...."
"Kita masih mencari informasi, dosen Ahn. Mungkin jika nanti sudah menemukan informasi yang menarik, kita akan melakukan survey dan langsung menentukan tema," jelas Hana yang berhasil mendahului kalimat Nari. "Sepertinya ini tidak mudah, tapi kami akan melakukan yang terbaik."
"Oh, Hana-ssi, tak kusangka ternyata kau pandai juga. Bahkan kau tahu apa saja yang harus dilakukan, meski baru pindak ke jurusan penyiaran," puji senior laki-laki itu sambil menepuk-nepukkan kedua tangannya perlahan. Wonu melirik kearah Hana yang kini tersipu malu mendengarnya. Jelas itu kalimat Nari sebelumya.
"Percayalah dia tidak sepandai itu," kata Wonu santai sambil melanjutkan bacaannya.
"Wonu-ssi, jika kau takut tersaingi, berlatihlah setiap hari. Mengerti?" kata senior laki-laki itu seraya berjalan menjauhi Wonu dan kelompoknya.
Sadar jika Wonu mulai kesal dengan sikap Hana yang 'mencuri' kalimatnya, Nari buru-buru menutup mulut laki-laki itu. Ia tahu Wonu akan kembali membalas perkataan meskipun itu adalah seniornya. "Sudahlah. Biarkan saja," kata Nari gemas.
"Mianhae Nari-ssi. Aku tidak bermaksud begitu, sungguh." Hana melemahkan suaranya.
"Tidak apa-apa. Lagipula apa bedanya jika kau yang menjelaskan, hehe." Nari berusaha tersenyum agar Hana tak lagi merasa tidak enak padanya. Ia berusaha menerima kehadiran Hana di kelas, terlebih mahasiswa lain tidak ada yang mau berteman dengannya. Nari tahu betul rasanya. Seolah diasingkan tanpa tahu kesalahan apa yang telah diperbuatnya.
"Kita bagi tugas. Hari ini aku dan Nari akan pergi ke Jinhae, kalian berdua ke Masan," ucap Wonu tiba-tiba. Laki-laki itu merapikan alat tulis dan memasukkan semua bukunya kedalam tas. "Kita kembali sebelum malam."
"Hana-ssi, kumohon jangan menyusahkanku selama di jalan nanti." kata Soonyoung begitu ia berdiri dan menggendong tasnya. "Kopermu tinggal di aula saja."
Hana mengangguk patuh. Gadis itu segera menarik kopernya untuk pergi ke aula. Meninggalkan Soonyoung yang kini tengah membicarakannya dengan Wonu dan juga Nari. "Entah kenapa, melihatnya saja aku malas," kata Soonyoung lalu terkekeh. "Dia memang cantik, tapi kurasa dia tidak cocok sama sekali masuk jurusan penyiaran."
"Setidaknya jangan terlalu memperlihatkan kebencianmu," jawab Nari pelan. "Aku tahu rasanya bagaimana."
"Lagipula kita semua tidak ada yang membencimu Nari-ya. Untuk ukuran gadis kau termasuk cekatan jika sudah menyangkut tugas kerja lapangan." Soonyoung menatap layar ponselnya. "Untung saja gadis di kelas kita hanya kau, Sujeong, dan juga Ryu."
"Soonyoung-ah, gadismu sudah datang," desis Wonu pelan begitu melihat Hana sudah terlihat kembali.
"Ya! Jeon Wonwoo! Kau mau berkelahi denganku?" sengit Soonyoung dengan wajah kesalnya yang justru membuatnya menjadi terlihat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Fanfictionapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...