Tepat pukul 4 pagi Nari sudah berkumpul dengan mahasiswa lainnya di halaman. Sebuah bus juga sudah terparkir di tepi jalan utama sekitar halaman, seolah sudah siap mengantar seluruh rombongan menuju Changwon.
Nari berjongkok untuk mengencangkan tali sepatunya, hingga ia terkejut dengan pukulan pelan seseorang yang mendarat di kepalanya. "Ya!" jeritnya sambil mendongakkan kepala kearah laki-laki yang kini tengah terlihat menahan senyumnya. "Tidak usah memukulku bisa tidak sih?!" seru Nari begitu menegakkan tubuhnya kembali.
"Untukmu," kata Wonu setelah tangan kanannya menyodorkan sekotak susu rasa strawberry.
Kedua mata Nari membulat, "Untukku?" tanyanya memastikan.
"Siapa lagi gadis bodoh yang tidak bisa menalikan sepatunya dengan benar?" balas Wonu dengan ekspresi datarnya.
"Oh ayolah Jeon Wonwoo, aku tidak sebodoh itu," kata Nari begitu sekotak susu sudah berpindah di tangannya. Ia menusuk kotak susu dengan sedotan kemudian meminumnya. "Gomawo."
Ia melirik laki-laki yang kini merubah posisi menjadi disampingnya. Wonu tengah menggenggam kaleng kopi dan sesekali menyeruput isinya. Wonu mengenakan hoodie berwarna abu muda dan celana denim hitam. Potongan rambut dengan model the dandy membuat laki-laki itu terlihat semakin tampan dengan poni yang tidak terlalu panjang.
"Berhenti menatapku seperti itu," kata Wonu tiba-tiba tanpa menoleh. "Sudah kubilang, jika kau jatuh cinta padaku, aku tidak akan bertanggung jawab."
"Cih, siapa juga yang memperhatikanmu." Nari buru-buru membuang pandangannya. Tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang.
"Kalian semua, segera masuk ke dalam bus. Kita akan berangkat sekarang juga," seru Dosen Ahn sembari menggerakkan tangannya memberi aba-aba pada seluruh mahasiswa untuk mendekat.
Seluruh mahasiswa penyiaran masuk ke dalam bus dan memilih tempat duduknya masing-masing. Nari berjalan pelan sambil menimbang-nimbang dimanakah seharusnya ia duduk, karena menuju Changwon akan memakan sekitar 4 jam perjalanan. Akhirnya setelah melalui pergolakan batin yang cukup rumit, ia memutuskan untuk duduk pada kursi nomor 2 dari belakang. Ia meletakkan tas didekat kakinya, lalu menempelkan kepalanya pada jendela. Namun beberapa saat kemudian ia menoleh begitu Wonu tiba-tiba duduk disampingnya. "Carilah kursi lain sana, aku ingin duduk sendiri," kata Nari seraya mendorong pelan tubuh Wonu.
"Aku sudah duduk disini. Kalau kau mau menggendongku, aku kan pindah." Wonu menatap wajah Nari yang mulai memerah menahan rasa kesalnya.
"Auuhh, ingin kupukul rasanya," geram Nari setelah mengacak rambutnya sendiri.
"Soonyoung-ah, dimana Hana?" tanya dosen Ahn begitu menyadari jika gadis yang baru saja pindah ke jurusan penyiaran itu tidak ada didalam bus.
"Dia bilang padaku akan berangkat sendiri kesana. Dia bilang dia tidak bisa berdesakan," jelas Soonyoung yang langsung diikuti sorakan dan cibiran dari beberapa mahasiswa untuk Hana.
"Sudah kubilang, dia bebas melakukan apapun dengan uangnya," kata Ryu lantas tertawa.
Bus mulai melaju pelan menuju ibu kota provinsi Gyeongsang Selatan. Changwon. Kota yang dikenal dengan tempat persembunyian para seniman itu menjadi tempat workshop yang diadakan kampus Nari. Sudah sejak lama ia ingin pergi ke kota Changwon, karena mendengar cerita jika disana ada banyak tempat yang indah. Jalan setapak dengan bunga di kedua sisinya, pohon-pohon besar yang tumbuh dengan baik, juga desa mural yang terkenal menawan. Nari sangat ingin melihat itu semua secara langsung. Terlebih ini masih musim semi, dimana festival bunga Sakura terbesar akan diadakan di Jinhae, sebuah distrik di kota Changwon. Membayangkannya saja sudah membuat gadis itu tersipu malu.
"Hoahem.." Tanpa sadar Nari menguap terlalu lebar hingga harus ia tutupi dengan kedua tangannya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Berusaha mentralisir agar kantuknya segera pergi.
"Kau tidak tidur semalam?" tanya Wonu saat memperhatikan Nari yang mulai gelisah. Gadis itu terkekeh kemudian mengangguk. "Kenapa tidak tidur?"
"Mingyu menghubungiku. Kita ngobrol sampai jam setengah 3 pagi," jelas Nari lalu kembali menguap. "Aku tidur ya. Kalau sudah sampai jangan lupa membangunkanku."
Wonu mengangguk. Ia membiarkan Nari memejamkan mata dan terlelap disampingnya. Tidak butuh waktu lama hingga gadis itu tertidur pulas. Sesekali kepalanya terbentur jendela karena laju bus yang cukup kencang. Wonu menoleh kearah Nari. Melihatnya tertidur dengan bibir sedikit terbuka mengingatkannya pada sosok gadis yang juga memiliki kebiasaan yang sama dengan Nari. Eunji, adik perempuannya.
Kedua tangan Wonu bergerak menuju kepala Nari. Membenarkan posisi kepala gadis itu agar menempel pada bahunya. Entah kenapa tiap kali ia melihat Nari, bayangan Eunji selalu menghantuinya. Gadis itu terlihat sangat mirip dengan Eunji. Mulai dari wajahnya, perilakunya, hingga cara tidurnya. Semua mengingatkan Wonu pada adik perempuannya. Sosok yang amat sangat ia rindukan.
Laju bus mulai melambat begitu memasuki kawasan pedesaan yang asri. Aroma tanah basah dan rumput yang khas mulai tercium begitu salah satu jendela dibuka. Wonu melirik Nari yang masih tertidur dengan mulut terbuka dibahunya. Ia menjauhkan kepala gadis itu dengan jari telunjuknya hingga sedikit membentur kaca jendela. "Aaakk," seru Nari seraya membuka pelan kedua matanya. "Kita sudah sampai ya?" tanya gadis itu lagi.
"Sudah," balas Wonu tanpa menoleh gadis yang kini tengah membersihkan air liur yang menempel pada pipinya.
"Semuanya, tolong dengarkan aku dulu. Mulai hari ini hingga dua hari kedepan, kalian akan tidur dan belajar disini," kata dosen Ahn begitu bus sudah berhenti di sebuah gedung yang tidak terlalu besar. Gedung dengan gaya bangunan tradisional itu merupakan sebuah museum, sekaligus perpustakaan yang khusus membahas tentang dunia penyiaran. Baik penyiaran radio, maupun televisi.
"Kampus sudah bekerja sama dengan ketua asosiasi gedung ini, supaya kalian dapat memanfaatkan semua fasilitas didalamnya," tambahnya. "Di lantai dua, ada ruang aula yang cukup besar, nanti kita semua akan tidur disana. Jika tidak ada pertanyaan, silahkan turun satu persatu dengan tertib."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Fanfictionapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...