Wonu baru saja menyelesaikan biaya administrasi rumah sakit dan bergegas kembali pada Ibunya yang sedang menemani Seokmin di ruang tunggu. Seokmin duduk bersandar pada dinding dengan tatapan mata kosong. Semua tergambar jelas di matanya, bagaimana kalutnya ia ketika Wonu menghubunginya untuk memberi tahu jika keadaan Ibunya memburuk.
Selama ini, keadaan Ibu Seokmin semakin memburuk, karena itulah Dokter menyarankan agar sang Ibu dirawat di rumah sakit saja. Sejak saat itu juga, Wonu dan Seokmin bergantian untuk menjenguk dan merawatnya. Bahkan Ibu Seokmin sudah menganggap Wonu seperti anak kandungnya sendiri karena terlalu sering bertemu dengan laki-laki itu.
"Makanlah dahulu," kata Wonu begitu duduk di samping laki-laki jangkung tersebut.
"Seokmin-ah, ayo makan dulu. Setidaknya kau harus mengisi perutmu." Kali ini Ibu Wonu ikut menimpali. Wanita paruh baya itu awalnya sedang berbelanja di supermarket dengan Wonu, sampai akhirnya pihak rumah sakit menelepon Wonu dan memintanya untuk segera datang karena keadaan darurat.
Seokmin menggeleng pelan. Wajahnya terlihat pucat hingga bibirnya sedikit memutih. "Terima kasih banyak Bibi."
"Semua akan baik-baik saja. Percayalah." Wonu menepuk pulan pundak Seokmin hingga laki-laki itu menoleh padanya.
"Hyung, aku berhutang banyak padamu," katanya lalu menangis. "Aku tidak pernah tahu bagaimana nasibku jika tidak pernah bertemu denganmu."
"Kalau kau merasa berhutang padaku, sekarang cepat makan."
Seokmin tersenyum haru. Ia benar-benar merasa diberkati memiliki bos sekaligus teman seperti Wonu yang begitu perhatian dan juga baik padanya. Wonu tidak pernah meminta kembali uang untuk biaya rumah sakit yang selama ini ia bayarkan. Sekeras apapun Seokmin memaksa untuk mengembalikannya, Wonu tetap tidak mau.
"Seokmin-ah," panggil Nari dari jauh. "Bagaimana keadaan Ibumu?" tanya gadis itu seraya menormalkan nafasnya yang terengah-engah karena berlari. Gadis itu datang dengan Ayah dan Ibunya.
"Operasinya berjalan lancar. Dokter baru saja pergi," jawab Seokmin lalu tersenyum.
"Syukurlahh. Aku sangat khawatir, lalu begitu Ayah dan Ibuku mampir ke Kafe, kupaksa kesini." Nari tertawa kecil begitu sadar akhirnya keadaan tidak sedarurat sebelumnya. "Oh iya, kenalkan ini Ayah an Ibuku."
"Halo, aku Seokmin. Teman kerja Nari di Kafe milik Wonu Hyung." Seokmin terenyum lebar lantas membungkukan tubuhnya.
"Iya halo, syukurlah jika keadaan Ibumu sudah baik-baik saja," jawab Ayah Nari lega. Ia tersenyum hingga kedua matanya menangkap sosok yang tidak asing lagi. "Kang Ara-ssi??"
Ibu Nari ikut menoleh ke arah wanita di samping Seokmin, kemudian menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Ibu Wonu menyadari sesuatu lantas bangkit dari duduknya, "Hwang Jae Min-ssi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Fanfictionapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...