54 | Let Me Hear You Say

97 13 6
                                    

Sujeong sudah menguncir rambutnya dengan rapi, mengenakan apron berwarna cokelat, dan jangan lupa, selembar kain kecil pun sudah siap digenggamannya. Sama seperti hari-hari sebelumnya, ialah yang menggantikan posisi Nari di kafe milik Wonu. Jelas ini bukan kemauannya sendiri, namun Wonu yang memintanya agar menggantikan Nari untuk sementara waktu sampai gadis itu kembali bekerja, karena beberapa minggu ini, banyak pengunjung yang berdatangan seiring dengan beberapa menu baru yang Wonu buka. Hingga membuat dirinya dan Seokmin kewalahan jika tidak merekrut Sujeong untuk sementara.

"Hai," sapa Sujeong dengan wajah cerah begitu Nari menginjakkan kakinya di dalam kafe. "Kau sudah merasa lebih baik?"

"Hmm sedikit," ucap Nari dengan senyum manis. Ia mendekati meja kasir tepat saat Sujeong selesai membersihkan beberapa gelas kotor lalu kembali berdiri dibalik meja. "Kemana Seokmin?"

"Dia pergi mengantar pesanan kopi ke gedung perkantoran di seberang sana, mungkin sebentar lagi datang," jawab Sujeong kemudian tersenyum lebar. "Nari-ya, kau tahu sesuatu?"

Nari menggeleng pelan. Sebagian pikirannya melayang seirama dengan tatapan matanya menuju salah satu meja yang terletak di dekat jalan menuju lorong ke ruang belakang. Senyumannya mengembang tipis namun sempurna. Malam itu bahkan terasa jauh lebih indah dibandingkan dengan malam ketika Mingyu mengunjunginya untuk meminta maaf. "Ada apa?" tanyanya begitu pikirannya kembali sadar.

"Wonu mengizinkan aku bekerja disini." Sujeong tersenyum lebar amat bahagia. Jelas itu terlihat dari wajahnya.

"SUNGGUH??" pekik Nari. Seluruh pengunjung kafe mungkin akan menoleh kearahnya jika Sujeong tidak buru-buru menutup mulutnya.

"Pelankan suaramu bodoh." Sujeong mendorong pelan dahi sahabatnya itu. Sedang gadis di hadapannya hanya terkekeh menahan tawa.

"Waahh, bukankah ini berita bagus. Kau tahu kau sedang membutuhkan biaya tambahan untuk mengambil kelas memasak."

"Hehe begitulah."

"Itu tandanya Wonu menyukai pekerjaanmu, kau tahu." Nari kemudian berjalan mendekati Sujeong di balik meja kasir. "Kalau begitu aku akan ganti pakaian dulu."

"Nari-ssi.." Kedua gadis itu menoleh hampir bersamaan dan mendapati Hana tengah berdiri dengan anggunnya di depan meja kasir. "Lama tidak berjumpa denganmu," lanjut Hana kemudian tersenyum manis.

Sujeong menyikut pelan lengan Nari. Beberapa detik kemudian Nari tersenyum. "Oh, Hana-ssi, kau ingin memesan sesuatu?" tanya Nari setelah menekan layar monitor pada meja kasir.

"Iya sepertinya aku ingin Strawberry Cheesecake." Hana berdiri tepat di depan Nari. Ia terlihat sangat cantik meski hanya mengenakan midi skirt warna cokelat muda dan white blouse. Sesekali ia menyelipkan rambut ke sela telinga begitu beberapa helai rambutnya terurai indah mengikuti gerak kepalanya. "Kudengar kau sudah kembali bekerja, makanya aku sengaja datang kemari," ucap Hana seraya mengeluarkan sebuah undangan. "Ini untukmu."

Kedua mata Nari tidak berkedip setelah membaca nama yang tertera pada undangan itu. Mingyu dan Hana akan melangsungkan pesta pertunangan di Restoran mewah milik ayahnya sendiri. "Tentunya kau akan datang kan?" tanya Hana dengan senyum manisnya.

Nari tersenyum, "Tentu saja. Itu kan Restoran milik Ayahku, bagaimana bisa aku tidak datang," jawab Nari pada akhirnya.

"Sujeong-ssi, kau juga bisa datang." Kini tatapan Hana tertuju pada Sujeong yang sedang membawa nampan berisi piring kotor dari salah satu meja pelanggan.

"Ohh maaf, aku sangat sibuk sekali akir-akhir ini. Mungkin aku tidak bisa datang." Sujeong menjawab seadanya tanpa menoleh sedikitpun kearah Hana.

"Hmm, baiklah." Hana tetap tersenyum meski kali ini terlihat dipaksakan. "Nari-ssi, tolong bungkus saja kuenya ya. Aku akan membawanya pulang."

"Oke, tunggu sebentar ya."

Seokmin berlari kecil tepat saat Hana akan membuka pintu kafe. Wajah laki-laki itu sedikit pucat, namun masih bisa tersenyum ramah dan menyapa Hana. Ia berjalan cepat menuju meja kasir dan menaruh nampan diatasnya.

"Hei, ada apa denganmu?" tanya Sujeong begitu selesai melayani pembeli.

"A-aku harus pergi," kata Seomin terengah-engah.

"Seokmin-ah, tarik nafas dahulu. Ada apa?" timpal Nari.

"Keadaan Ibuku memburuk dan aku harus segera pergi ke Rumah Sakit." Seokmin menyelesaikan kalimat terakhirnya kemudian berlari menuju ruang belakang dan segera kembali ke meja kasir setelah mengganti pakaian dan menggendong tas punggungnya. "Aku pergi dulu."

"Seokmin-ah, hati-hati." Ucapan Nari berlalu begitu saja bersamaan dengan menghilangnya laki-laki jangkung itu dibalik pintu.

@@@

haii, maaf banget aku up jaraknya jauh dari bab terakhir kali huhuu, sebelumnya mau bilang makasih dulu buat semua temen-temen yang masih setia baca dan nungguin bab baru dari Love Blossom, makasih banyak banyakk ><

aku dapet banyak pesan dari kalian dan positif semua hihi makasih suntikan semangatnya supaya Love Blossom segera tamat. Doain supaya aku dapet banyak waktu luang buat nyelesein cerita ini bisar nggak gantung lagi ehehehe


daaaaaaannn, aku mau tanya, menurut kalian sejauh ini Love Blossom gimana? masih seru buat diikutin atau nggak? wkwkwk jujur aja gapapa kok. Aku butuh saran dan kritik dari kalian ehe itu ajaa.


Jangan lupa vote dan komen ya gaisss, laff u kalian semuaaa

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang