"Lalu apa kau akan terus-terusan berdiri disana?" tanya Wonu dengan nada datar begitu duduk di salah satu kursi.
"Kau yang meninggalkanku lebih dulu ya," sengit Nari lalu ikut duduk di seberang Wonu. Gadis itu menatap lekat Wonu yang sedang serius membaca tiap kata pada halaman bukunya. Entah sejak kapan sebuah kaca mata sudah bertengger manis di hidungnya. Kedua matanya tidak berkedip hingga si pemilik tubuh menyadari dan membalas tatapan matanya.
"Aku pernah bilang apa padamu?" tanya Wonu sambil menggerakkan dagunya kearah Nari.
"Bilang apa memangnya?" Kening Nari berkerut berusah mengingat hal apa yang dimaksud Wonu.
"Berhenti melihatku seperti itu,"
"Karena aku tidak akan bertanggung jawab jika kau menyukaiku," potong Nari dengan nada mengejek. Ia sadar kalimat apa yang akan keluar dari bibir laki-laki menyebalkan didepannya itu. Sedangkan Wonu hanya tersenyum tipis melanjutkan kegiatan membacanya. Sesekali ia mencatat sesuatu pada buku tulis yang sudah dibawanya sebelum ke perpustakaan.
"Tolong kau catat bagian ini ya," kata Wonu lalu menyodorkan buku catatan kecil dan buku super tebal kehadapan Nari. Gadis itu mengangguk patuh. Setidaknya ia bisa sedikit membantu meringankan pekerjaan Wonu.
"Apa ada lagi?" tanya Nari begitu selesai mencatat bagian yang ditunjuk Wonu. Ia memutar sedikit tubuhnya hingga menimbulkan bunyi. "Aahh," ucapnya lega.
"Kau mau tidur?" tanya Wonu begitu melihat Nari tengah menutupi mulutnya ketika menguap. "Tidur disitu saja. Nanti kalau aku sudah selesai, akan kubangunkan," tambah Wonu ketika Nari menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu." Nari menelungkupkan kepalanya diatas kedua tangan yang ia lipat di meja.
Detik pada jam dinding terus berjalan. Wonu tetap sibuk dengan pekerjaannya dan juga beberapa buku tebal yang sudah ia kumpulkan. Ponselnya bergetar dan nama Soonyoung muncul di layar. Laki-laki itu meraih ponsel dari kolong meja kemudian menjawab panggilan dari sahabatnya itu. "Ada apa?"
"Kau dimana?" tanya Soonyoung dari ujung telepon.
"Masih di perpustakaan menyelesaikan rangkuman," jawab Wonu. Sesekali matanya melirik kearah Nari yang masih tertidur pulas. Tangan kirinya merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah gadis itu. "Untuk besok bagaimana?"
"Besok kita bertiga pergi ke Masan untuk shooting film dokumenternya. Aku dan Hana sudah membuat rundown, kau tinggal melihatnya dan memperbaiki hal-hal yang menurutmu tidak sesuai," jelas Soonyoung kemudian tertawa terbahak-bahak. Sepertinya laki-laki bermata sipit itu sedang bersantai dengan Jihoon dan beberapa teman laki-lakinya yang lain, karena terdengar juga suara Seungcheol di telinga Wonu.
"Kau dimana sekarang? Aku sebentar lagi kembali," ucap Wonu setelah beberapa detik menjauhkan ponsel dari telinganya akibat suara kencang Soonyoung yang sedang tertawa.
"Aku sedang diluar. Mencari beberapa hiburan," kata Soonyoung kemudian kembali tertawa.
Wonu berdecak pelan, "Teleponnya akan kututup."
"Ya, baiklah," jawab Soonyoung. Sedetik setelah itu, Wonu segera memutuskan panggilan. Laki-laki itu meregangkan sedikit tubuhnya lalu melepaskan kaca matanya. Ia memerhatikan tubuh kecil Nari yang masih tertelungkup di depannya. Gadis itu tampak kelelahan.
"Oh ayolah Jeon Wonwoo, ada apa denganmu?" Wonu segera menggeleng-gelengkan kepalanya kemudian meneguk air dari botol disebelahnya. Ia bangkit dari duduknya kemudian merapikan buku-buku dan juga catatannya di atas meja. "Apa aku perlu membangunkanmu?" gumamnya ketika memerhatikan wajah Nari.
"Tidak perlu." Suara laki-laki yang tiba-tiba muncul membuat Wonu mengalihkan pandangannya.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Wonu dingin ketika langkah Mingyu semakin mendekat. "Kalau kau mencari Hana, dia tidak ada disini."
"Aku tidak berniat untuk mencari Hana," jawab Mingyu pelan. "Aku mencari Nari."
"Pergilah. Kurasa dia tidak suka melihatmu ada disini." Wonu menegakkan tubuhnya kemudian berjalan mendekati Mingyu. Kini laki-laki itu sudah berhadapan langsung dengan Mingyu. "Lagi pula apa urusanmu datang kesini malam-malam begini?"
"Ada banyak hal yang ingin kujelaskan pada Nari," jawab Mingyu. Jujur saja, hatinya terasa perih ketika melihat Nari kini ada digendongan punggung Wonu. Harus ia akui, perilaku Wonu begitu lembut ketika memindahkan tubuh gadis itu dari kursi ke punggungnya. Bahkan Mingyu merasa tidak pernah melakukan hal selembut itu pada Nari.
"Minggir," kata Wonu dingin, kemudian berjalan melewati tubuh Mingyu yang sudah berpindah posisi.
Wonu berjalan pelan dengan Nari di punggungnya. Sesekali ekor matanya melirik kesamping menyadari Mingyu tengah mengikutinya dibelakang.
"Kau menyukainya?" tanya Mingyu pelan.
"Memang apa urusanmu," jawab Wonu tanpa ada niat untuk menghentikan langkahnya atapun membalikkan tubuhnya. Ia terus berjalan hingga tulisan Ruang Aula terlihat. Wonu melihat kesekeliling, hanya ada Ryu yang sudah tertidur di sudut ruangan dengan selimut tipis dan hoodie.
"Kau bisa pergi," kata Wonu seraya menyelimuti tubuh Nari. Tangan kanannya segera meraih ponsel dari dalam saku celananya begitu berdering. "Halo," kata Wonu.
"Kemarilah. Aku dan yang lainnya ada di convenience store di ujung jalan," kata Soonyoung di seberang telepon.
Wonu melirik sekilas kearah Mingyu yang masih berdiri di sampingnya. "Apa kau sedang minum?"
"Iya. Makanya cepat kemari," jawab Soonyoung dengan suara lantang membuat Mingyu menyeringai.
"Ya sudah aku kesana." Wonu memutus sambungan telepon. "Pergilah."
"Rupanya kau masih sama seperti dulu ya," kata Mingyu masih dengan seringaiannya.
Wonu menajamkan pandangannya. Ia maju satu langkah di depan Mingyu. "Bukan urusanmu," katanya lalu berjalan kearah pintu keluar.
Mingyu masih berdiri di posisinya. Jelas yang barusan itu sikap lama Wonu. "Kupikir dia sudah berubah," gumamnya kemudian duduk di samping tubuh Nari yang berbalut selimut. Matanya menatap wajah gadis yang tengah terlelap itu. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman. Sungguh sebenarnya ia sangat merindukan Nari. "Aku masih tetap mencintaimu, sayang."
"Mingyu-ssi, kenapa tengah malam begini kau masih disini?" suara Ryu yang tiba-tiba terbangun membuat laki-laki itu sedikit terkejut. Ia menoleh dan mendapati Ryu sedang mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Aku baru saja mengantar Nari dari perpustakaan. Dia tertidur disana," ucap Mingyu dengan santai.
"Sebaiknya kau cepat pergi, karena mungkin sebentar lagi anak laki-laki akan kembali," saran Ryu sebelum berbaring kembali.
"Baiklah kalau begitu," ucap Mingyu kemudian mengalihkan pandangannya pada Nari. "Aku pulang dulu." Sedetik setelah itu ia mendaratkan bibirnya pada kening Nari lalu pergi meninggalkan Aula.
@@@
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Fanfictionapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...