2 | Hello

380 32 0
                                    

Mingyu masih tetap fokus dibalik kemudinya. Matanya tak pernah lepas dari jalanan yang cukup padat. Kota Seoul selalu ramai seolah tak kenal waktu. Pagi hingga malam jalanan akan selalu penuh dengan kendaraan. Sesekali ia melirik gadis yang duduk di samping bangkunya, lalu tersenyum tipis. Gadis itu tetap mengerucutkan bibirnya begitu mendengar ucapan Mingyu yang membatalkan janjinya untuk pergi ke Lotte World.

"Nari-ya, berhentilah mengerucutkan bibirmu," goda Mingyu lalu menyunggingkan senyum yang memperlihatkan gigi taringnya.

Nari tak menjawab. Gadis itu justru memutar sedikit tubuhnya agar menghadap jendela.

"Bagaimana aku bisa hidup jika kekasihku bersikap seperti ini padaku," ucap Mingyu lalu kembali tersenyum.

"Berisik," sentak Nari.

Mingyu tertawa kecil melihat tingkah Nari yang begitu menggemaskan. Entah kenapa meski sedang marah, gadis itu justru semakin terlihat lucu dan cantik di mata Mingyu.

"Maafkan aku. Ayah menyuruhku untuk mampir ke kantor, katanya ada hal penting yang harus dibicarakan," kata Mingyu pelan.

Nari menghela nafasnya pelan. Ia tak bisa lebih lama lagi untuk marah dengan laki-laki yang sangat dicintainya itu. Mingyu selalu punya berbagai cara untuk meredakan amarahnya, meski itu hanya karena masalah sepele. Laki-laki itu pasti akan meluluhkan hatinya. Bagaimanapun caranya.

Gadis itu memutar tubuhnya untuk menghadap Mingyu yang masih mengemudikan mobil. Sudah beberapa hari terakhir ini laki-laki itu selalu membatalkan janjinya. Nari sendiri sadar jika Mingyu yang merupakan putra pemilik stasiun televisi Mchannel sudah dipastikan akan selalu sibuk dengan pekerjaan yang dibebankan sang ayah padanya.

"Kita benar-benar tidak bisa pergi ya?" tanyanya dengan nada manja.

Mingyu mengarahkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan mungil milik Nari. Ia benar-benar tak tahan untuk tidak memeluk Nari jika gadis itu mulai bertingkah manja. Batinnya bergejolak seolah ingin segera sampai di kampus lalu memeluk erat tubuh kekasihnya.

"Sebagai gantinya, aku akan mentraktirmu makan siang. Bagaimana?" tanya Mingyu dengan nada yang begitu menenangkan.

"Baiklah. Dari pada tidak sama sekali. Akhir-akhir ini kekasihku sangat sangat sangat sibuk," jawab Nari dengan nada manja yang dibuat-buat.

Mingyu tertawa lepas mendengar jawaban Nari. Sedetik kemudian ia melepaskan genggaman tangannya untuk kembali memegang setir begitu mobil mulai memasuki kawasan kampus. Nari dan Mingyu memang satu kampus, maka tidak heran jika setiap hari Mingyu selalu pulang dan pergi bersama dengan kekasihnya itu.

"Ahh itu Sujeong. Aku turun disini saja ya," kata Nari lalu merapikan pakaiannya.

"Sungguh kau ingin turun disini?" tanya Mingyu sambil memerhatikan keadaan sekitar. "Gedung utama kan masih jauh," tambahnya.

"Tidak apa-apa. Aku akan jalan dengan Sujeong. Cepat tepikan mobilnya," kata Nari pelan.

Mingyu menepikan mobilnya lalu memandangi gadisnya, "Kau yakin?"

"Yakin sayangku." Nari tersenyum lebar lalu mencium cepat pipi laki-laki itu.

"Aku pergi ya," kata Nari lalu membuka pintu mobil.

"Nanti siang kutelepon jika sudah selesai kelas," kata Mingyu lalu dijawab anggukan kepala Nari. Gadis itu segera berlari kecil mengejar Sujeong begitu mobil Mingyu sudah melaju menjauhinya.

"Sujeong-ah," seru Nari seraya memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Ah kau ini selalu saja mengejutkanku," ucap Sujeong sembari mengusap dadanya beberapa kali.

"Maafkan aku, hehe."

Kedua gadis itu berjalan menyusuri jalan setapak kecil menuju gedung utama kampus mereka. Beberapa kali jari-jari lentik Nari merapikan rambutnya yang berantakan karena hembusan angin. Bibirnya mengerucut. Ia benci rambutnya berantakan.

"Kau sudah cantik. Berhentilah merapikan rambutmu," ucap Sujeong ketika mulai memasuki areal taman di kampusnya. Nari menoleh sekilas kearah sahabatnya itu, "Aku benar-benar tidak suka rambutku terkena angin. Aku akan terlihat aneh."

Sujeong menggelengkan kepala pelan kemudian melihat layar ponselnya yang sedari tadi sudah bergetar di dalam saku jaketnya. Gadis itu membaca pesan yang tertera disana kemudian menepuk dahinya dengan kencang.

"Astaga, aku lupa ada janji dengan dosenku. Nari-ya, aku duluan," ucap Sujeong lalu segera berlari meninggalkan Nari yang bahkan belum sempat menjawabnya.

"Baiklah, kini aku sendiri lagi," gerutu Nari.


Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang