Sinar matahari menembus melalui celah jendela dan tirai yang sedikit terbuka. Pagi ini cukup cerah dibanding beberapa hari lalu yang terus turun hujan. Bahkan sangat amat cerah. Secerah perasaan Nari pagi ini. Gadis itu kembali tersenyum mendengar suara laki-laki yang kini sedang berbincang dengannya melalui telepon. Sudut bibirnya terus tertarik tak kunjung henti. Siapa lagi kalau bukan Kim Mingyu. Kekasihnya.
"Aku ingin segera bertemu denganmu." Suara berat Mingyu menembus jantungnya. Lagi-lagi Nari menggeliat sambil menahan tawa dibalik selimut tebalnya. Padahal ini sudah tahun keempatnya menjadi pacar laki-laki berkulit tan itu, namun tetap saja ia tidak bisa menahan geli jika Mingyu sudah berlagak manja padanya.
Gadis itu menatap jam dinding yang tergantung tepat diatas meja riasnya. Sudah jam 7 pagi dan ia masih enggan meninggalkan ranjang empuk juga Mingyu tentu saja. Rasanya terlalu berat untuk pergi ke kamar mandi dan bersiap ke kampus. Selalu menjadi rutinitasnya begitu Mingyu selesai menelepon, gadis itu akan langsung bersiap agar bisa tampil cantik tepat waktu ketika Mingyu sampai di rumahnya.
Mingyu memang selalu menjemputnya setiap hari. Mengantarnya kemanapun ia mau, bahkan membelikan semua yang Nari minta. Mingyu akan melakukan demi gadisnya. Hanya saja, Nari selalu menolak tawaran kekasihnya itu. Ia selalu merasa tidak enak jika terus menerus membiarkan Mingyu melakukan hal-hal itu, karena yang ia inginkan hanya Mingyu, bukan materinya.
Nari beranjak dari posisi tidurnya untuk duduk bersandar pada kepala ranjang. Sambungan teleponnya sudah terputus beberapa detik yang lalu, dan kini ia memandangi foto laki-laki yang sedang tersenyum menampilkan gigi taringnya dari layar ponsel. Sekali lagi, bibirnya membentuk lengkungan indah. Seolah foto itu sudah memberikannya suntikan semangat tak terhingga pagi ini.
"Baiklah, ayo kita bersiap," ucapnya pada diri sendiri lalu masuk ke dalam kamar mandi.
Sekitar hampir satu jam, Nari sudah selesai berdandan. Pagi ini ia akan pergi ke kampus selama beberapa jam lalu menghabiskan sisa waktu untuk berjalan-jalan dengan Mingyu.
Perhitungannya sudah tepat, ia memakai celana panjang berbahan denim, t-shirt putih polos dipadu dengan blazer berwarna abu-abu motif kotak kecil. Rambut hitam panjangnya dibiarkan terurai sangat cantik. Kemudian gadis itu memakai sneakers putih keluaran terbaru dari salah satu brand terkenal yang tergolong mahal.
Lahir di tengah keluarga kaya raya membuat hidup Nari seolah sudah sangat amat sempurna. Barang-barang branded kerap melekat di tubuhnya. Selain itu, memiliki tubuh langsing dan wajah cantik, ayah seorang pengusaha, dan pacar yang tampan juga membuat hidupnya bak kisah drama. Namun itu semua tak membuatnya tumbuh menjadi gadis yang angkuh. Ayah dan ibunya selalu mengajarkannya untuk berbuat baik dan sopan kepada siapapun tanpa memandang derajat.
"Apa aku sudah cantik?" gumamnya di depan cermin setelah mengoleskan lip tint berwarna merah di bibirnya.
"Ah terserahlah." Nari menjawab pertanyaannya sendiri lalu segera meraih tote bag putih miliknya dari atas ranjang.
@@@
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Fanfictionapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...