4 | Hello

252 30 0
                                    

Nari menghela nafas panjang. Gadis itu sama sekali tak berhenti merutuki dirinya sendiri. Tatapannya kini tertuju pada laki-laki yang sudah berjalan cukup jauh dari jaraknya berdiri. Siapa lagi kalau bukan Wonu. Laki-laki itu terus berjalan tanpa memperdulikan Nari yang tertinggal jauh di belakangnya.

"Sebenarnya siapa yang harus ditemani berkeliling sih? Aku atau dia," desis Nari sembari menginjak-nginjak lantai kesal.

Wonu menghentikan langkahnya kemudian berbalik arah. Ia menatap Nari yang kini berdiri mematung sembari menggenggam dengan malas tote bag putih yang menjuntai hingga menyentuh lantai.

"Ya!! Kau tidak bisa cepat sedikit?"

Nari membulatkan matanya. Ia bergegas mendekati Wonu yang masih terus menatapnya dengan tatapan tajam dan sinis yang menjadi satu. Ingin sekali tangannya bergerak ke rambut laki-laki itu kemudian menjambak dan menyeretnya tiap kali Wonu mengeluarkan tatapan seperti itu.

"Kau yang berjalan terlalu cepat," sengit Nari begitu sampai di hadapan Wonu. "Ayolah, kita pelan-pelan saja. Aku lelah mengikuti langkah panjang kakimu."

Wonu tak bergeming. Laki-laki itu justru memandangi Nari dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sama dengan apa yang ia lakukan ketika masih berada di lapangan basket tadi, "Kurus begitu. Jelas saja tidak ada tenaganya."

"YA!!!" bentak Nari dengan suaranya yang super melengking nyaris membuat mahasiswa lain menoleh kearahnya.

"Ayo cepat." Wonu membalikkan tubuhnya lalu kembali berjalan mendahului Nari.

Gadis itu benar-benar kesal sekarang. Ia sudah tidak peduli lagi dengan lirikan mahasiswa lain yang terlihat saling berbisik melihat kearahnya dan juga Wonu. Nari kembali menghela nafasnya. Menenangkan emosinya kemudian berusaha tersenyum. Ia berlari kecil mengejar Wonu yang sudah semakin menjauh, kemudian berusaha menjajarkan langkah kakinya.

"Disitu perpustakaan, kau bi...."

"Aku sudah tahu." Wonu memotong kalimat Nari. Dan itu membuat gadis tinggi itu kembali menahan amarahnya. Sungguh rasanya ia ingin segera melarikan diri dari laki-laki dingin menyebalkan ini.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau bisa ditransfer kesini?" tanya Nari berusaha basa-basi agar suasana tidak terlalu kaku. Ia terus mempercepat langkah kakinya agar tidak tertinggal di belakang lagi. Wonu sangat tinggi dan kakinya juga panjang, tidak heran jika langkah kakinya terasa begitu cepat bagi Nari, ya meskipun Nari sendiri juga sudah termasuk cukup tinggi diantara teman-teman perempuannya.

"Mereka menyuruhku melanjutkan kuliah disini," jawab Wonu tanpa memperlambat langkahnya ataupun menoleh kearah Nari.

"Ah iya, aku Hwang Nari. Panggil saja aku Nari," ucap Nari lalu tersenyum. Lebih tepatnya memaksakan senyumannya.

"Lalu apa disini ada pohon besar?" tanya Wonu yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Membuat Nari akhirnya juga berhenti.

"Pohon?" tanya Nari bingung.

@@@

"Enaknya," gumam Wonu.

Nari memandang Wonu dengan geram. Rasanya ia ingin sekali memukuli laki-laki itu. Bagaimana tidak, Wonu terus-terusan memaksanya untuk memberitahu tempat dimana letak pohon besar di kampusnya karena ada sesuatu yang penting. Dan ternyata, sesuatu penting yang dimaksudnya adalah berbaring. Ya, laki-laki itu kini tengah berbaring diatas rumput yang tepat berada di bawah pohon besar nan rindang.

"Apa kau mengerjaiku?" tanya Nari dengan ekspresi datar dan kesalnya.

"Cobalah berbaring disini. Ini sangat menyenangkan." Wonu justru semakin menyamankan posisinya dengan tumpukan kedua tangannya yang ia jadikan bantal.

"Prof. Park menyuruhku mengantarmu berkeliling kampus, bukannya malah berbaring disini. Cepat bangun!!" bentak Nari.

Wonu tak bergeming. Laki-laki itu justru memejamkan kedua matanya disaat Nari masih meneruskan ocehannya.

"YA!!!" Suara tinggi Nari kembali keluar dari bibir mungilnya. Kesabarannya sudah menghilang. Ia melepaskan sneakers putih miliknya lalu mengayunkan menuju kaki Wonu.

"Aww!! Hei kau kenapa sih?" Wonu yang kesakitan akhirnya membuka matanya dan melihat Nari masih terus memukulinya dengan sepatu.

Drrrttt.... Drrrttt....

Ponsel Nari bergetar, kemudian berdering. Gadis itu meletakkan sepatunya asal, kemudian segera menjawab panggilan begitu tahu jika Mingyu lah yang kini sedang menghubunginya. Nari tersenyum melihat nama kekasihnya terpampang di layar ponsel, kemudian gadis itu berdehem beberapa kali membenarkan suaranya agar terdengar bagus ketika berbicara.

"Ne, Mingyu-ya," jawab Nari dengan nada yang sangat imut dan terkesan dibuat-buat.

Wonu mengerutkan keningnya melihat kelakuan Nari yang berubah drastis dihadapannya. Ia tak habis pikir jika gadis seperti Nari bisa juga bersikap sok imut seperti itu.

"Aku? Aku ada di taman belakang kampus."

"Oh benarkah? Baiklah, aku segera kesitu," ucap Nari dengan senyum lebarnya lalu memutuskan sambungan telepon. Ekspresi wajahnya kembali datar begitu matanya kembali menangkap sosok menyebalkan yang masih duduk dihadapannya.

"Heol, apa-apaan itu tadi?" cibir Wonu.

"Ini semua tidak ada urusannya denganmu. Terserah kau saja jika ingin disini, yang jelas aku sudah berusaha mengajakmu berkeliling." Nari kembali merapikan rambutnya dan memakai sepatunya kembali, "Aku pergi."

@@@

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang