5 | OMG

207 25 0
                                    

"Tampan sekali pacar Hwang Nari ini." Mingyu terkekeh setelah melihat pantulan wajahnya dari spion mobilnya. Sudah hampir satu jam laki-laki itu menunggu kekasihnya di parkiran kampus, hanya saja ia tak memberitahu Nari. Mingyu tak mau jika gadis itu terus-terusan merasa tak enak padanya.

Matanya berkeliling ke setiap sudut lapangan parkir, berusaha mencari apakah sosok yang ia rindukan itu sudah dekat atau belum, "Itu dia," ucapnya begitu melihat Nari muncul dari balik gedung putih besar dihadapannya.

"Silahkan masuk tuan putri," kata Mingyu sembari membukakan pintu sebelah kanan dari dalam mobil.

Nari tersenyum lebar melihat tingkah Mingyu yang menggemaskan, "Berhentilah membuatku semakin jatuh cinta padamu, Kim Mingyu." Sedangkan laki-laki di sampingnya yang kini sudah menyalakan mesin mobil itu hanya terkekeh geli.

"Apa kau sudah lama disini?" tanya Nari ketika mobil Mingyu berhasil keluar dari lapangan parkir yang cukup luas.

"Baru 5 menit," jawab Mingyu pelan.

"Kau mau makan apa?" tambah laki-laki itu.

Nari terdiam sejenak. Entah kenapa rasa laparnya menghilang begitu saja. Ia sudah tak nafsu makan lagi sejak rentetan kejadian menyebalkan yang melibatkan dirinya dan Wonu. Terlebih lagi keinginannya untuk makan siang dengan Mingyu sudah menghilang jauh begitu Prof. Park menyuruhnya untuk mengantarkan Wonu berkeliling dan berakhir di pohon besar belakang kampus.

"Aku ikut saja lah. Terserahmu ingin makan apa." Suara Nari terdengar malas. Matanya kini sibuk memandangi pemandangan di luar mobil.

"Baiklah kalau begitu." Mingyu tersenyum lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, membelah padatnya lalu lintas kota Seoul.

Siang ini cuaca cukup panas untuk ukuran musim semi yang biasanya cenderung hangat. Kedai yang menjual minuman di tepian jalan terlihat begitu ramai pengunjung. Tak hanya itu, beberapa kafe yang dilewatinya pun juga nyaris penuh dengan pelanggan. Entah karena AC di dalam mobil Mingyu yang terlalu dingin atau memang sedang malas, Nari enggan membuka blazer abu yang masih melekat pada tubuh mungilnya.

"Kau tidak kepanasan?" tanya Mingyu begitu mobil sudah terparkir tepat di depan sebuah kafe bergaya klasik. Tatapannya kini tertuju pada gadis disampingnya yang serius merapikan rambut. Nari menggelengkan kepalanya pelan menanggapi pertanyaan Mingyu.

"Nari-ya, apa kau lelah?" tanya Mingyu lagi. Nari tetap meresponnya dengan gelengan kepala.

"Entahlah, mood-ku sepertinya tiba-tiba memburuk."

"Eumm mungkin kau butuh Americano," goda Mingyu dengan senyumannya. Ia tahu betul apa yang diinginkan Nari. Jika gadis itu sedang merasa kesal atau malas, segelas Americano dapat menaikkan mood-nya kembali. Itu sudah jelas, dan akan terus seperti itu. Nari memang bukan tipe gadis yang muluk-muluk. Tidak perlu belanja barang mewah untuk menenangkan hatinya. Cukup segelas Ice Americano.

Sudut bibir Nari tertarik melihat Mingyu yang perhatiannya tak pernah berkurang sedikitpun untuknya. Laki-laki itu masih sama seperti Mingyu yang ia kenal 4 tahun lalu. Selalu bersikap manis dan tidak pernah marah sedikitpun meski ia membuat kesalahan.

"Sepertinya tanpa Americano mood-ku sudah membaik," ucap Nari lalu tersenyum begitu matanya bertemu dengan manik mata Mingyu.

"Hahaha baiklah. Ayo keluar," kata Mingyu lalu membuka pintu mobilnya dengan diikuti Nari yang juga langsung keluar dari mobil.

Suasana kafe ini tidak begitu ramai seperti kafe-kafe yang mereka lewati sebelumnya. Pengunjung masih bisa merasakan kenyamanan kafe tanpa diganggu dengan bisingnya suara orang lain.

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang