59 | To You

69 10 0
                                    

"Nari-ya, ayo pergi dan makan sesuatu yang enak," seru Sujeong begitu Dosen mata kuliahnya sudah meninggalkan ruang kelas.

Nari hanya menggeleng pelan. Ia terlalu malas untuk melakukan kegiatan lain selain memejamkan matanya di dalam kamar.

"Ohh, ayolahhh," pinta Sujeong seraya memeluk lengan sahabatnya itu.

"Iya iya, baiklah," jawab Nari menyerah.

Kedua gadis itu lantas bergegas menuju halte dan menaiki salah satu bus. Senyum Sujeong terus mengembang di sepanjang jalan, karena ini adalah hal yang akhirnya bisa ia lakukan lagi bersama Nari. Meski ia sendiri tahu jika ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengajak Nari berpergian, yang jelas Nari harus merasa terhibur pikirnya.

"Kau mau pesan apa?" tanya Sujeong begitu duduk di salah satu Kafe yang cukup besar di dekat pusat perbelanjaan. "Kudengar Waffle disini sangat enak," bisik Sujeong.

"Oke, kalau begitu aku akan pesan sesuai rekomendasimu," jawab Nari penuh semangat.

"Kalau begitu aku akan pesan Roti Panggangnya dan minuman untuk kita. Tenang, hari ini aku yang traktir," kata Sujeong lalu memanggil salah satu pelayan.

"Apa Wonu baru saja memberimu gaji?" tanya Nari penuh selidik.

"Hmm, sepertinya begitu." Sujeong tertawa kecil.

Keadaan Kafe cukup ramai ketika mereka memutuskan duduk tepat di samping dinding kaca. Nari sadar usaha Sujeong untuk menghiburnya. Jadi ia berusaha keras untuk membuat perasaannya sendiri senang, dan terus tersenyum meski untuk sementara waktu.

"Sujeong-ah," panggil Nari pelan. Membuat gadis di hadapannya yang begitu asyik memandang melalui dinding kaca menatapnya. "Terima kasih."

Sujeong mengerutkan dahinya. "Terima kasih untuk apa?"

"Semuanya," jawab Nari lalu tersenyum.

"YA!!! Kau membuatku merinding," jerit Sujeong kemudian menggosok kedua lengannya dengan gaya yang dibuat-buat.

Nari terkikik geli. "Aku serius."

"Ada apa denganmu?"

"Aku akan pindah ke Jepang," kata Nari tiba-tiba.

Wajah Sujeong yang semula nampak cerah, kini berangsur murung. "YA! HWANG NARI!!" bentak gadis itu dengan nada sedikit lebih tinggi. "Jangan berani-beraninya kau bohong padaku."

"Aku serius, Sujeong-ah."

"Ada apa? Kenapa tiba-tiba sekali," tanya Sujeong dengan suara bergetar.

"Maafkan aku, tapi kurasa pindah ke Jepang adalah pilihan terbaik. Ayahku akan mengirimku kesana besok."

Kedua mata Sujeong berkaca-kaca. Tak lama kemudian mulai menangis sejadi-jadinya, hingga membuat beberapa pengunjung Kafe menoleh kearahnya.

"Ahhh, kumohon jangan menangis," kata Nari lalu duduk di sebelah Sujeong. Gadis itu ikut menangis sembari memeluk sahabatnya yang sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya. "Maafkan aku. Aku janji aku akan terus mengabarimu," kata Nari dengan suara agak lantang.

Beberapa orang memandang mereka aneh, karena melihat dua orang gadis menangis sambil berpelukan. Hingga akhirnya, salah satu pelayan datang dan menghidangkan pesanan mereka. Nari dan Sujeong yang baru sadar dengan sikap memalukannya memilih untuk segera berhenti menangis. "Gara-gara kau, aku jadi malu seperti ini," bisik Nari setelah mengusap air mata di pipinya.

Sujeong menahan tawanya, namun masih diiringi isak tangis. "Akan kupukul jika kau berani melupakanku ya."

"Tidak akan." Nari menyeruput minumannya. "Sebentar aku harus mengangkat telepon," kata Nari lantas bergegas keluar Kafe begitu ponselnya berdering.

"Aku sedang di Kafe dengan Sujeong," kata Nari. "Iya setelah ini aku langsung pulang." Gadis itu memutus sambungan telepon dari Ayahnya secara sepihak.

"Nari-ssi," panggil seseorang yang secara tidak langsung menahan gerakan tangan Nari untuk membuka pintu Kafe.

"Hana," ucap Nari lirih. "Ada apa?"

"Tidak kusangka aku akan bertemu denganmu seperti ini," kata Hana lalu tersenyum.

"Aku tidak suka basa-basi. Ada apa?" jawab Nari ketus.

"Kau tidak ramah seperti biasanya. Apa suasana hatimu sedang buruk?" sindir Hana.

"Kau ingin aku menjambak rambutmu di tengah Kota seperti ini?" tanya Nari dengan wajah datar.

Hana masih tersenyum. Ia menyibak rambut hitam panjangnya kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku yakin kini kau pasti senang karena Mingyu mengungkap semua kebohongannya dan membuat keluargaku membatalkan segalanya."

"Hana-ssi, aku tidak tahu kenapa kau sangat tertarik dengan kehidupanku." Nari mendekatkan tubuhnya dengan Hana. "Kau punya segalanya tapi kenapa suka sekali menggangguku?"

"Oh iya, jangan-jangan kau juga sudah tahu jika tujuanku pindah ke jurusanmu hanya untuk mendekatimu. Jujur saja aku sudah tahu semuanya tentang kau dan Mingyu."

"Siapa yang peduli dengan semua omong kosongmu," jawab Nari kemudian berbalik.

"Hei, satu lagi. Sejak pertemuan keluarga waktu itu, kudengar Ayah Mingyu secara resmi sudah mencoret Mingyu dari daftar keluarganya karena marah besar sudah dipermalukan." Hana tersenyum lebar. "Tidak kusangka efeknya akan sebesar itu."

Nari sudah tidak tahan lagi. Kedua telinganya terasa panas mendengar ocehan dari Hana. Ia kembali mendekat pada Hana kemudian menarik rambut panjang gadis itu. "Ya!"

"AKKHHH!" Jeritan Hana membuat orang-orang di sekitar keduanya terkejut. Beberapa orang bahkan menutup mulutnya karena seperti melihat adegan drama di dunia nyata. Hana terus berteriak seraya berusaha melepaskan genggaman tangan Nari pada rambutnya. "Lepaskan aku!!!"

"Dengarkan aku!! Aku tidak pernah peduli dengan semua yang kau lakukan, kau tahu. Terserah apa katamu saat ini, tapi kau harus tahu jika kau adalah perempuan paling buruk dan paling jahat yang pernah kutemui," jelas Nari kemudian melepaskan genggamannya pada rambut Hana dengan sedikit dorongan hingga gadis itu mundur beberapa langkah dari posisinya. "Apa kau sudah puas merebut kekasihku?" Nari sengaja meninggikan nada suaranya agar orang-orang yang melihatnya dan Hana bisa mendengar. Samar-samar ia mendengar beberapa perempuan di belakangnya berbisik memojokkan Hana. "Kau sudah puas membuat hidup orang hancur?"

"YA! APA MAKSUDMU!!"

Nari tersenyum tipis melihat wajah Hana yang kini berubah menjadi merah padam. "Dan satu lagi, apa kau merasa menjadi seorang Putri jika menyibakkan rambutmu seperti itu? Justru rasanya sangat aneh kau tahu!!" Nari menghentikan semua perkataannya kemudian bergegas masuk ke dalam Kafe. Meninggalkan Hana yang kemudian ikut berlari kecil menuju mobilnya seraya menutupi wajahnya.

@@@

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang