9 | Bring It

137 20 0
                                    

Nari mendelik sebal begitu ucapan dosennya yang mengatakan jika nilainya tak cukup bagus untuk mengikuti kegiatan tahunan di kampusnya kembali terngiang di telinga. Dosen perempuan yang tidak disukai oleh hampir setiap mahasiswa itu dengan tegasnya mengatakan jika Nari tidak terlalu pintar untuk hadir dalam workshop di kampusnya.

Workshop yang dimaksud adalah workshop tentang pembuatan film dokumenter yang dikhususkan untuk mahasiswa jurusan penyiaran. Nari memang salah satu diantara puluhan mahasiswa itu, hanya saja nilainya tak cukup untuk mengikuti program yang sangat amat didambakannya sejak masuk kuliah di tahun pertama.

Jurusan penyiaran di kampus Nari memang tak terlalu digemari. Terbukti setiap tahunnya hanya meluluskan 15 hingga 20 mahasiswa. Kebanyakan dari mereka justru memilih jurusan bisnis dan hukum. Entahlah, Nari selalu bergidik ngeri ketika melihat salah satu mahasiswa dari kedua jurusan itu membawa buku super tebal yang selalu dibawanya kemanapun.

"Auhh, aku kesal." Nari menopang dagunya diatas meja. Matanya memperhatikan satu persatu mahasiswa yang nampaknya cukup senang dengan hasil tes barusan karena bisa mengikuti program workshop selama 3 hari.

"Eii sudahlah. Kau bisa mengikutinya tahun depan," kata Sujeong sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

"Tapi aku benar-benar ingin ikut. Apa aku sebodoh itu sih, sampai tidak bisa ikut seminar," gerutu Nari.

Sujeong terkekeh geli, "Lihat saja transkrip nilaimu."

"Baiklah baiklah. Aku memang bodoh." Nari buru-buru menyela. Ia tak mau lagi melanjutkan obrolannya tentang transkrip nilai miliknya yang isinya begitu mengerikan. Jangankan A, ia dapat nilai C saja sudah sangat bahagia.

"Dari pada memikirkan itu, lebih baik kita pergi ngopi," kata Sujeong lalu bangkit dari duduknya.

"Yaya, mungkin itu ide yang bagus." Nari menjawab malas kemudian bergegas mengekor di belakang sahabatnya itu.

Suasana kampus tak seramai biasanya ketika Nari dan Sujeong keluar dari dalam kelas. Hari ini memang sebagian mahasiswa diliburkan karena dosen yang mengisi kelas mereka sedang melakukan kunjungan di kampus lain. Namun bagi mahasiswa jurusan penyiaran, kata libur tidak pernah ada dalam kamus mereka. Setiap harinya selalu ada tugas yang dibebankan pada mereka dari dosen yang berbeda-beda. Seolah para pengajar itu tahu jika mahasiswa penyiaran harus 'dilestarikan'.

"Jika begini aku malah merindukan Americano, bukan Mingyu," gumam Nari sambil memasuki pintu bus yang terbuka. Ia menempelkan tasnya pada mesin lalu duduk disamping jendela begitu bunyi 'bib' terdengar. Kali ini ia tak meninggalkan kartunya lagi.

"Aku tahu tempat Americano yang enak dimana." Sujeong menimpali begitu tubuhnya sudah duduk dengan nyaman disamping Nari.

"Dimana?"

"Nanti juga kau akan tahu."

Nari diam. Jika sudah begini ia tidak akan bertanya lagi pada sahabatnya itu. Sujeong memang tipikal gadis yang tidak banyak bicara. Sifat mereka sangat amat kontras namun entah kenapa bisa berteman begitu dekat.

Pemandangan di luar bus begitu menenangkan. Masih ada beberapa pohon Sakura yang akan tumbuh, dan sisanya sudah mulai kembang. Para gadis berlomba-lomba untuk mengenakan pakaian terbaik mereka di musim semi. Seperti floral blouse atapun flare skirt. Pakaian yang sangat identik dengan musim semi tentunya.

Nari sangat suka dengan musim semi. Musim dimana semua orang diselimuti dengan rasa cinta. Udara yang hangat dan guguran bunga Sakura menambah kesan manis didalamnya. Teduh rasanya melihat ribuan orang tersenyum bahagia melihat festival bunga Sakura.

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang