"Iklan kalian cukup bagus. Konsep serta pemilihan kalimatnya juga sangat baik." Dosen Ahn tersenyum seraya menulis laporan nilai Nari dan juga Wonu pada sebuah buku tebal. "Kali ini aku tidak kecewa dengan kalian. Aku nyatakan kalian lulus tes."
Nari nyaris berteriak kegirangan jika saja Wonu tak segera menahan tubuhnya untuk bangkit dari kursi. Wajah gadis itu terlihat begitu bahagia. Semburat merah perlahan muncul diiringi senyumnya yang terus mengembang. "Aku sudah menduganya," bisiknya pada Wonu. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis lalu menyenggol lengan Nari agar menutup mulutnya dan kembali fokus dengan perkataan dosen Ahn,
"Kalian bisa kembali ke kelas kurasa." Dosen Ahn menutup buku tebalnya lalu memandangi Nari dan Wonu bergantian. "Dan, apa kalian pacaran?"
"Hmm? Tidak tidak." Nari buru-buru menggelengkan kepala dengan tangan yang bergerak cepat ke kanan dan kiri.
"Benarkah? Wajah kalian mirip, kata orang jika wajah mirip itu berarti berjodoh." Dosen Ahn tertawa kecil melihat ekspresi geli Nari yang sangat kontras dengan Wonu yang dingin.
"Baiklah, kami permisi dosen Ahn." Wonu beranjak lalu membungkukkan tubuhnya diikuti Nari. Ia membuka pintu ruangan setelah dosen Ahn mempersilakan keduanya untuk pergi.
"Aahh, akhirnya lulus juga," seru Nari sambil berlari kecil dan merentangkan tangannya ketika mulai berjalan melewati taman yang menuju danau kecil di lingkungan kampus. Ia memejamkan matanya kemudian menarik nafas. "Ahhhh." Ia mendesah panjang kemudian tertawa kecil. "Bukankah ini melegakan?" tanyanya lalu mendekati Wonu yang sudah duduk pada gubuk kecil yang terdapat di tengah danau.
"Sebenarnya jika kau pintar, bisa saja lulus sejak tes pertama." Wonu mencibir seraya membuka buku dari dalam tas punggungnya. "Sayangnya kau bodoh."
"Terserah apa katamu. Berhubung hari ini suasana hatiku sedang baik, jadi aku tidak akan marah padamu." Nari ikut duduk disamping Wonu sambil terus tersenyum. Ia melirik buku yang sedang dibaca laki-laki menyebalkan itu. "Buku apa yang sedang kau baca?"
"Emotional Healing Therapy," kata Wonu tanpa menoleh Nari. Ia tetap fokus membaca bukunya meski Nari terus berusaha mengganggunya. "Orang sepertimu mungkin cocok membaca ini." Wonu menutup bukunya kemudian menyodorkan pada Nari.
Gadis itu terkekeh melihat ekspresi kesal Wonu yang merasa terganggu. "Aku pinjam ya." Wonu mengangguk pelan menanggapi permintaan Nari.
"Oh iya, memangnya apa benar wajah kita mirip?" Nari mengeluarkan cermin mini yang selalu ia bawa dari tote bag-nya. Ia merapikan poni kemudian menyelipkan beberapa helai rambut dibelakang telinga. "Bukankah aku cantik dan kau jelek?"
Wonu melirik sekilas kearah gadis yang kini tersenyum mematut bayangannya pada cermin. "Mungkin sedikit."
"Benarkah? Kau juga merasa begitu?"
"Aku hanya merasa kau terlihat seperti adikku," ucap Wonu pelan. Ia membalas tatapan Nari. "Benar-benar mirip."
"Aku sudah bisa membayangkan bagaimana cantiknya adikmu itu. Lalu dia sekarang kuliah dimana? Atau masih sekolah?" Nari memasukkan buku kedalam tas. Ia menyerongkan tubuhnya agar lebih nyaman berbagi cerita dengan Wonu.
"Seharusnya dia kuliah semester 2." Wonu mengambil ponsel dari dalam saku setelah ada bunyi pesan masuk. "Kita harus pergi ke aula sekarang. Ada pengumuman dari Soonyoung."
"Ada apa?" Nari ikut bangkit dan mengikuti langkah panjang Wonu menyeberangi jembatan mini diatas danau.
"Katanya semua peserta seminar yang lulus tes harus datang."
Belasan mahasiswa yang datang tentu saja tidak akan memenuhi aula kampus yang sangat luas itu. Dari 20 puluh mahasiswa yang terdaftar di jurusan penyiaran, 3 diantaranya tidak tertarik dengan seminar, dan yang lulus tes hanya 14 orang saja.
Nari mengedarkan pandangannya berusaha mencari Soonyoung. Laki-laki bermata sipit itu biasanya akan segera muncul memberikan arahan mengingat posisinya sebagai perwakilan dosen di jurusan penyiaran. Namun hingga saat ini batang hidungnyapun belum terlihat.
Beberapa mahasiswa terlihat duduk di tepian panggung aula sembari bercengkrama satu sama lain. Sedang Nari hanya bisa berdiri mematung menempel pada dinding aula dengan laki-laki sedingin es. Ia melirik Wonu yang duduk bersila tepat disamping kakinya. Laki-laki itu nampak nyaman-nyaman saja dengan suasana membosankan ini. "Wonu-ya, kenapa Soonyoung masih belum muncul juga sih?"
"Entah." Wonu mengangkat kedua bahunya sambil mengedarkan pandangan ke seluruh sisi aula.
"Ya! Ya! Bukankah itu dia?" Nari refleks berjongkok disamping Wonu. Kedua tangannya menepuk pundak laki-laki itu. Wonu menoleh kearah yang ditunjuk Nari kemudian menyipitkan mata. "Dengan siapa itu? Aku baru kali ini melihatnya," gumam Nari ketika melihat sosok gadis tinggi dan juga cantik tengah berjalan disamping Soonyoung yang baru memasuki aula.
"Teman-teman, berkumpul disini!!" teriak Soonyoung sembari memberi arahan agar semua mahasiswa berkumpul disatu titik. Tempat dimana ia berdiri. "Aku akan memberi pengumuman dari dosen Ahn," tambahnya.
"Soonyoung-ah, cepatlah. Aku harus pergi kerja paruh waktu," kata Jisoo.
"Baiklah baiklah. Aku hanya akan menjelaskan intinya saja. Disampingku ini mahasiswa yang memaksa pindah ke jurusan penyiaran, namanya Jung Hana." Soonyoung tersenyum lalu menyilakan gadis bernama Hana itu untuk memperkenalkan dirinya.
"Annyeonghaseyo, aku Jung Hana dari jurusan bisnis. Tolong bantuannya." Gadis itu membungkuk ramah seraya menebar senyum kepada seluruh mahasiswa yang berdiri dihadapannya.
"Psst, menurutmu apa penyebab dia pindah?" Nari mendengar pertanyaan itu dari salah satu mahasiswa yang ia yakin betul pasti dari Ryu. Si tukang gosip di kelasnya. "Entahlah. Bukankah pindah jurusan tidak boleh?" sahut yang lainnya.
Kedua mata Nari memandangi gadis tinggi dengan mata bulat besar disamping Soonyoung. Rasanya ia pernah melihat gadis itu namun entah dimana. Otaknya tak bisa berpikir ketika perutnya terus menjerit minta diisi.
"Kudengar dia anak pengusaha kaya. Jelas saja bisa seenaknya pindah jurusan, bisa saja mereka memberikan sejumlah uang, cih," cibir mahasiswa lain dibelakang Nari. Membuat gadis itu mengerutkan keningnya.
"Ya! Ya! Ya! Cepat katakan pengumuman penting apa dari dosen Ahn!" seru Wonu yang mulai lelah berdiri.
"Baiklah. Baiklah." Soonyoung terkekeh kemudian membuka buku catatan yang sedari tadi dipegangnya. "Besok jam 4 pagi kita harus sudah berkumpul di halaman kampus untuk berangkat ke Changwon. Dosen Ahn bilang kita akan menggunakan bus dan berangkat bersama dari sini. Karena upacara pembukaannya akan mulai jam 8 pagi," jelas Soonyoung.
"Lalu apa saja yang harus kita bawa?" tanya Nari lalu mengeluarkan buku tulis dan pulpen. Itu sangat penting baginya, mengingat kemampuan mengingatnya sangat lemah.
"Berhubung kita akan berada di Changwon selama 3 hari, dosen Ahn mengatakan untuk membawa pakaian secukupnya, peralatan mandi, juga alat-alat yang akan kalian gunakan untuk membuat film dokumenter nanti." Soonyoung menambahkan, "Dan kudengar nanti disana kita akan melakukan beberapa kegiatan, tidak hanya membuat film."
"Sudah kuduga, si nenek lampir itu pasti akan selalu menyusahkan kita," desis Nari setelah merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Diamlah," desis Wonu sambil menyenggol lengan gadis itu.
"Kurasa itu saja. Ingat ya, besok jam 4 pagi semuanya sudah ada disini." Soonyoung kembali mengingatkan sebelum memperbolehkan semua mahasiswa meninggalkan aula dan menyisakan dirinya juga tiga mahasiswa lainnya. Nari, Wonu, dan juga Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Фанфикapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...