Ribuan orang memenuhi gedung tinggi yang penuh dengan ratusan toko di dalamnya. Semakin sore justru semakin ramai. Lotte Department Store memang selalu begitu. Bangunan megah yang berdiri dengan gagah di tepi jalan itu tak pernah sepi pengunjung. Dengan eksterior sempurna menjadikannya salah satu mall yang selalu dikunjungi. Tak terkecuali Mingyu.
Laki-laki bertubuh tinggi itu berdiri didekat pilar super besar yang berada di lantai satu begitu memasuki kawasan mall. Wajahnya sudah bisa menjelaskan semuanya. Ia nampak malas sembari menyandarkan punggungnya pada pilar, sedang kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantung celananya. Matanya tertuju pada seorang gadis dengan kaki jenjang berkulit putih pucat yang sedang memilih sebuah jam tangan di salah satu toko yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Gadis itu nampak sedang menimbang jam mana yang harus ia beli.
Mingyu mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Ia memasukkan 4 digit angka untuk membuka kunci lalu membuka aplikasi kakao miliknya. Ibu jarinya menekan salah satu pesan yang selalu berada paling atas diantara semua pesan masuk. Laki-laki itu sengaja memberikan pin agar pesan dari kekasihnya tak pernah tertimbun dengan pesan lainnya. Siapa lagi kalau bukan Nari. Ia membaca pesan yang dikirimkan padanya 5 jam yang lalu. Nari menanyakan kabarnya, apakah ia sudah makan atau belum, apakah ia sudah merasa baikan atau belum, namun dengan sengaja ia mengabaikan semuanya.
"Maafkan aku Nari-ya," ucapnya seraya memperhatikan raut wajah cantik pada foto profil gadisnya. Ia segera menutup kembali kakao-nya begitu gadis cantik yang sebelumnya sibuk memilih jam tangan berjalan kearahnya.
"Kau sudah mendapatkannya?" tanya Mingyu lalu tersenyum manis menatap gadis berambut cokelat gelap dihadapannya. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum.
"Mingyu-ya, kau mau mengantarku mencari sepatu kesana?" Gadis itu menunjuk lantai 3 dengan jari telunjuknya. Tangannya kini melingkar manis pada lengan Mingyu.
"Baiklah. Akan kutemani." Mingyu kembali tersenyum seraya melangkahkan kakinya menuju eskalator untuk pergi ke lantai 3.
Di lantai 3, salah satu toko sepatu dengan brand ternama tengah ramai dikunjungi karena sedang mengadakan sale. Toko itulah yang akan dimasuki Mingyu dengan gadis disampingnya. Hati Mingyu bergemuruh begitu sadar jika toko yang akan dimasukinya adalah toko yang sering ia kunjungi bersama Nari. Kekasihnya itu selalu membeli sepatu dengan merek yang sama berulang kali. "Hana-ya, sepatu mana yang kau cari?"
"Eumm, itu." Hana melepaskan lilitan tangannya dari lengan Mingyu lalu berjalan pelan menuju rak kaca yang memajang beberapa sepatu keluaran terbaru. "Aku sudah lama menunggu sepatu ini rilis, hihi." Gadis itu mengambil sepatu incarannya sambil terus menyunggingkan senyum.
Mingyu mendekati Hana yang kini tengah duduk diatas sofa sambil mencoba sepatunya. Ia ikut duduk disamping gadis itu. "Cantik."
"Benarkah? Lalu mana yang lebih cantik, aku atau sepatunya?" Hana tersenyum lebar lalu menyenggol pelan tubuh Mingyu.
"Tentu saja kau lebih cantik." Tangan Mingyu merapikan poni Hana yang sedikit berantakan. Laki-laki itu tersenyum. Menatap lekat mata gadis dihadapannya yang sedari tadi tak berhenti tersenyum.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan membayar ini dulu." Hana bangkit dari duduknya lalu segera memberikan sepatunya kepada pramuniaga yang berdiri disampingnya. Gadis itu lalu berjalan menjauhi Mingyu untuk pergi ke kasir.
Suasana toko cukup ramai namun tidak sampai berdesakan. Mingyu masih bisa merasakan kelegaan di toko itu, karena ia benci tempat ramai yang penuh sesak. Dan mungkin kini hatinya jauh lebih sesak. Menahan gejolak yang sedari tadi menganggunya. Pikirannya tak kalah kacau. Ia terus teringat bagaimana wajah bahagia Nari ketika mendapatkan sepatu incarannya. "Kau memang bodoh." Mingyu merutuki dirinya sendiri.
Laki-laki itu menghela nafas seraya mengedarkan pandangan ke beberapa sudut toko. Pandangannya tertuju pada sneakers putih dengan hiasan patch berbentuk petir di salah satu sisinya yang terpajang manis pada rak kaca didepannya.
Seorang gadis mendekati rak kaca tepat dimana sepatu yang ia pandangi berada. Dengan sigap ia segera berdiri lalu berjalan cepat mendahului seorang gadis dan mengambil sneakers putih yang mengalihkan pandangannya. Telinganya samar-samar mendengar desisan dari gadis yang baru saja ia lewati. Tentu saja, gadis itu pasti kesal karena Mingyu sudah mengambil sepatu yang juga menjadi incarannya.
"Tolong berikan aku yang ini," kata Mingyu kepada salah satu pramuniaga yang sedang merapikan rak sepatu.
"Oh anda memiliki selera yang bagus tuan. Sepatu ini hanya tersisa satu pasang dan sudah tidak produksi lagi." Jelas pramuniaga itu sembari menerima sepatu dari tangan Mingyu.
Mingyu mengangguk paham lalu tersenyum tipis. "Bisa dikirim ke alamat ini?" tanyanya seraya memberikan kartu nama apartemennya. Pramuniaga itu mengangguk tanda jika bisa dikirimkan menuju alamat yang tertera.
"Terima kasih banyak."
@@@
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Blossom
Fanfictionapa yang akan kamu lakukan jika hidupmu yang sempurna bak kisah drama, tiba-tiba berubah menjadi suatu paksaan yang bahkan kamu tidak inginkan sama sekali? -- paksaan yang menuntutmu melakukan hal-hal diluar zona nyamanmu, hingga akhirnya membuatmu...