16 | Change Up

97 15 0
                                    

"Hyung, ini sudah jam 11 malam." Seokmin kembali mengingatkan Wonu setelah melirik arlojinya.

Wonu melepaskan celemeknya lalu meletakkannya diatas meja. Ia melihat jam dinding yang ada didekat rak buku. Sudah pukul 11 malam, namun Nari belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Laki-laki itu berjalan menuju ruang belakang lalu kembali lagi ke meja kasir dengan jaket denim hitam sudah melekat di tubuhnya. "Aku akan mencarinya dulu," kata Wonu.

Laki-laki itu meraih kunci motor lalu berlari kecil menuju pintu. Belum sempat ia membuka gagang pintu, namun Nari sudah muncul dibaliknya dengan mata bengkak. Wonu terkejut ketika gadis itu mendorong tubuhnya kesamping agar tidak menghalangi jalan. Laki-laki itu melangkah keluar kafe, melihat kesekeliling berusaha mencari mobil Mingyu, namun sia-sia.

"Kau dari mana saja?" sengit Wonu setelah duduk dihadapan Nari yang kini tengah menundukkan kepalanya diatas kedua tangan yang ia lipat di meja.

Dapat Wonu lihat bahu gadis itu bergetar hebat. Sesekali isak tangis terdengar lirih di telinganya. "Nari-ya, ada apa? Kenapa kau menangis?"

Melihat jika keadaan semakin berantakan, Seokmin berjalan menuju pintu lalu memutar gantungan dengan tulisan "Buka" menjadi "Tutup". Ia sadar ia tidak akan mampu melayani banyak pengunjung jika Wonu sibuk dengan Nari, terlebih hari ini adalah hari Minggu.

"Nari-ssi, kau tidak apa-apa?" tanya Seokmin sambil menyodorkan segelas air putih diatas meja. Ia duduk disamping Wonu yang masih memandang tubuh mungil dihadapannya itu.

Gadis itu mendongakkan wajahnya lalu tersenyum pahit, "Aku tidak apa-apa." Ia menyeka air matanya yang masih terus mengucur deras dari mata indahnya. "Wonu-ya, aku boleh pulang sekarang?"

"Akan kuantar. Ayahmu meneleponku jika hari ini tidak bisa menjemputmu karena ada pekerjaan mendadak di restoran." Wonu berdiri lalu berjalan menjauhinya dan juga Seokmin. Ia berjalan ke balik meja kasir untuk mengambil kunci motornya.

Nari berjalan menuju ruang belakang untuk mengganti pakaiannya. Ia sudah tidak bisa melakukan hal lain lagi selain tidur. Tubuhnya terasa sangat amat lelah. "Aku bisa pulang sendiri," ucapnya seraya membungkukkan tubuhnya menyapa Seokmin yang kini sudah berdiri dibalik meja kasir.

"Aku bilang aku yang akan mengantarmu." Wonu menahan tangan Nari agar gadis itu menghentikan langkahnya. Ia menatap tajam mata gadis itu. Jelas sekali matanya bengkak karena terus-terusan menangis. "Ayahmu yang menyuruhku."

"Sudah kubilang aku bisa pulang sendiri!!!" bentak Nari. Ia melepas paksa cengraman Wonu dari tangannya. Tangisnya kembali pecah. Ia sudah terlalu lelah dengan semua kejadian hari ini. Matanya basah untuk yang kesekian kalinya. Dan Nari merasa jika penyebab semua ini adalah Wonu. "Aku mohon biarkan aku sendiri," ucapnya seraya menyeka air matanya.

"Baiklah." Suara Wonu terdengar lirih. Ia lalu menggeser tubuhnya agar Nari bisa melanjutkan langkahnya keluar kafe.

"Hyung, kurasa dia sedang bertengkar dengan kekasihnya," celetuk Seokmin sambil mengelap meja setelah pelanggan terakhir meninggalkan kafe.

Wonu tersenyum miring. "Aku tak tahu kenapa gadis sebaik dia mau bersama Mingyu."

"Benarkah? Bukankah hyung baru kenal dengan Nari." Seokmin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Laki-laki itu menatap Wonu bingung. Ia menunggu jawaban Wonu, tapi laki-laki berwajah dingin itu justru meninggalkannya keluar kafe tanpa sepatah katapun.

@@@

Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang