6 | OMG

163 23 0
                                    

Mingyu melepas sepatu dan melemparkannya asal. Ia sudah sampai di rumah mewah milik keluarganya beberapa menit yang lalu. Lebih tepatnya milik ayahnya. Ya, Mingyu memang sudah berbohong pada Nari. Ia tak pergi ke kantor ayahnya, melainkan pergi ke rumah super besar yang sering ia tinggalkan. Rumah dengan fasilitas 'wah' yang beberapa tahun belakangan ini menjadi saksi bagaimana ia menjalani hidup dengan ayahnya.

Keadaan nampak sepi begitu Mingyu melewati ruang tamu yang berada di dekat pintu masuk. Matanya mengarah pada meja dapur yang terlihat berantakan. Untuk beberapa detik laki-laki itu menghentikan langkahnya sambil terus memandangi setiap sudut rumahnya yang tidak rapi sedikitpun, namun ia sendiri juga enggan untuk membereskannya. Ia tahu betul jika ayahnya lah yang melakukan ini semua.

Semenjak perceraian kedua orang tuanya, Mingyu terpaksa ikut sang ayah untuk pindah ke kota Seoul. Menjauh dari ibunya dan kehidupan damai di kota Changwon. Meninggalkan semua kenangan masa kecilnya lalu menguburnya dalam-dalam. Seluruh luka lama dalam hatinya masih membekas dan tidak akan pernah hilang. Kenangan manis yang tertutupi dengan pahitnya masa lalu kini sedikit demi sedikit mulai terlupakan.

"Oh kau sudah datang rupanya," kata ayah Mingyu yang baru keluar dari kamarnya. Mingyu menoleh sekilas lalu kembali menatap layar televisi di ruang tamu yang sudah ia nyalakan sebelumnya.

"Kau sudah makan?" tanya pria itu lagi.

Mingyu menggeleng pelan, "Belum." Laki-laki itu menyamankan posisi duduknya pada sofa besar di ruang tamu. Matanya masih terus menatap layar televisi.

"Mau pesan sesuatu?"

"Apa ada hal yang ingin dibicarakan?" tanya Mingyu tanpa menjawab pertanyaan ayahnya.

Pria paruh baya bermarga Kim itu berjalan mendekati anak laki-lakinya kemudian ikut duduk di samping Mingyu, "Aku akan mengenalkanmu...."

"Pada pacar appa?" potong Mingyu. Kini tatapannya mengarah pada ayahnya yang juga sedang memandangnya.

"Sekarang wanita mana lagi?" Mingyu memutar bola matanya kemudian tersenyum sinis. Ini sudah kesekian kalinya sang ayah berganti pasangan. Rasanya begitu malas jika harus berkenalan lagi dengan kekasih barunya.

"Kukira appa akan menyuruhku menyelesaikan tumpukan berkas di kantor. Demi tuhan, aku lebih baik tak tidur semalaman untuk mengerjakan berkas-berkas itu dari pada harus berkenalan dengan wanita yang bahkan aku tak tahu bagaimana sifat aslinya." Mingyu beranjak dari duduknya untuk kemudian pergi menaiki tangga menuju kamarnya.

"JAGA MULUTMU!! MINGYU-YA, AKU BELUM SELESAI BICARA!!" teriak ayahnya dari sofa. Mingyu tak menghiraukan teriakan dan umpatan ayahnya lagi. Hal ini sudah biasa terjadi, dan hampir setiap hari. Mingyu dan ayahnya tak pernah akur. Selalu ada saja hal kecil untuk diperdebatkan.

Mingyu menghempaskan tubuh tingginya pada ranjang super empuk yang sudah menantinya sepanjang hari. Laki-laki itu memejamkan mata hingga tak terasa bulir-bulir bening meluncur bebas dari pelupuk matanya. Ia sungguh merindukan ibunya di Changwon. Merindukan hangatnya pelukan wanita yang telah menjaganya hingga tumbuh sehat seperti sekarang ini. Kalau saja waktu itu ayahnya tak bermain dengan wanita lain, mungkin sampai saat ini ia masih bisa memeluk ibunya.

Drrrtt.. Drrrttt

Ponsel Mingyu bergetar hebat membuat laki-laki itu segera meraihnya dari kantong celana. Ia menyeka air matanya lalu mengerjapkan mata beberapa kali. Senyuman lebar dan rasa senang tak bisa ia tutupi lagi begitu membaca nama kekasihnya pada layar ponsel.

"Apa kau merindukanku?" goda Mingyu begitu menempelkan ponsel di telinganya.

"Tidak. Aku hanya ingin mengatakan sesuatu," kata Nari di ujung telepon.

"Apa?"

"Aku mencintaimu."

"Itu saja?"

"Ya, hehe." Nari tertawa di seberang telepon. Tingkah lakunya yang menggemaskan membuat sudut bibir Mingyu tertarik membentuk senyum. Untuk sementara, laki-laki itu bisa melupakan beban pada dirinya. Melupakan sejenak masalah yang selama ini menyelimutinya. Hanya Nari yang bisa membuatnya melepaskan itu semua.

Gadis yang bersikap apa adanya, tidak pernah jaim sedikitpun, cenderung banyak tingkah, namun tetap bisa bersikap baik dan manis. Nari, gadis yang berhasil membuat Mingyu jatuh cinta hanya dalam sekali tatap. Membuatnya seolah jatuh pada lembah yang begitu dalam hingga sulit rasanya untuk kembali.

@@@



Love BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang