04

74 7 0
                                    

Al-Qur'an sebaik2nya bacaan.

Hidup itu perjalanan, nikmati setiap proses yang terjadi. Karena kamu belum tentu bisa merasakannya kembali.

- Arah Pulang -

       "Tau manusia manapun gak punya kendali tentang kematian kan?" aku menghela nafas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

       "Tau manusia manapun gak punya kendali tentang kematian kan?" aku menghela nafas. Kata-kata bijaknya sudah terpendam sejak kejadian kemarin sore.

"Ga, kita cuma punya Papa di dunia ini. Satu-satunya sayap yang tersisa. Kita bahkan gak tahu punya waktu berapa lama lagi dengan dia." aku mendengus. Menatap anak-anak yang sudah memasuki gerbang. Sedangkan aku berdiri saat Kak Keisya keluar mobil, lalu meminta untuk berbicara sebentar.

"Kak plis ya. Gue mau sekolah ini tuh. Lo kan kalo ngeluarin kata-kata bijak agak nguras waktu ya. Jadi nanti lagi aja." ucapku. Dia mencekal tanganku agar tidak segera beranjak pergi dari sana.

"Mama gak pernah ngajarin kamu gak sopan kayak gini." aku tertawa getir mendengar itu.

"Tau apa lo tentang didikan Mama?" tanyaku sarkas. Dia diam saat menatap kilatan merah di mata itu.

"Cuma dikasih kesempatan empat taun bareng. Lo tau didikan apa aja yang Mama sampaikan?" kali ini Kak Keisya yang terdiam.

"Jangan seolah sok tahu dengan dunia gue deh." dia menatapku. Tahu bahwa kalimat itu menggores perasaannya.

"Lo mending siap-siap. Mau fitting kan?" aku mencoba mengubah topik. Menatapnya yang masih menatapku tanpa kata.

"Kak Ghifar!" Kak Keisya ikut menoleh. Menatap laki-laki yang melewatiku dengan motornya. Dia terhenti, menatapku dengan pandangan tanya membuat aku tertawa pelan.

"Kak, gue sekolah dulu ya! Bye!" teriakku sambil mendekat ke arah Kak Ghifar. Dengan tidak tahu dirinya langsung menduduki jok belakang motor itu membuat ia melotot.

"Turun." ucapnya membuat aku berpura-pura tak mendengar.

"Bentar lagi gerbangnya di tutup loh Kak." ucapku membuat dia berdecak.

"Gak ada yang kasih lo izin buat naik motor gue." aku memainkan tasnya yang ia letakkan di belakang.

"Gue si gak butuh izin buat itu." balasku membuat dia beristigfar pelan.

"Senja, turun." ucapku dengan suara yang cukup memberat. Aku tersenyum salah tingkah mendengar itu.

"Gila, jam berapa ini...jam berapa?" dia ikut memeriksa jam tangan di tangannya membuat aku sedikit mengintip.

Arah Pulang [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang